Tanaman
obat atau biofarmaka didefinisikan sebagai jenis tanaman yang sebagian, seluruh
tanaman dan atau eksudat tanaman tersebut digunakan sebagai obat, bahan atau
ramuan obat-obatan.Peluang prospek bisnis tanaman berbasis biofarmaka masih
memiliki peluang yang cerah untuk memenuhi potensi pasar. Sebagai dasar bahan
konsumsi obat-obatan untuk pasokan pabrik obat/medicinal factory tentunya memerlukan jumlah untuk bahan baku yang
cukup sesuai dengan mutu dan standardisasinya. Dari jumlah tersebut, 180
spesies telah dimanfaatkan oleh industri jamu tradisional. Kenyataan tersebut menunjukkan
potensi Indonesia yang sangat besar sebagai pasar obat herbal dan fitofarmaka.
(Berbagai sumber media terkait, data diolah F. Hero K. Purba). Indonesia
adalah negara kedua terkaya di dunia
dalam hal keanekaragaman hayati. Untuk tanaman biofarmaka terdapat sekitar
30.000 jenis (spesies) yang telah diidentifikasi dan 950 spesies diantaranya
diketahui memiliki fungsi biofarmaka, yaitu tumbuhan, hewan, maupun mikroba
yang memiliki potensi sebagai obat, makanan kesehatan, nutraceuticals, baik
untuk manusia, hewan maupun tanaman termasuk tanaman obat. Dengan kekayaan
tersebut Indonesia berpeluang besar untuk menjadi salah satu negara terbesar
dalam industri obat tradisional dan kosmetika alami berbahan baku
tumbuh-tumbuhan yang peluang pasarnya pun cukup besar. Salah satu alternatif
pengembangan biofarmaka, fitofarmaka atau lebih dikenal dengan tanaman obat,
sangat berpotensi dalam pengembangan industri obat tradisional dan kosmetika
Indonesia. Selama ini, industri tersebut berkembang dengan memanfaatkan
tumbuh-tumbuhan yang diperoleh dari hutan alam dan sangat sedikit yang telah
dibudidayakan petani. Teknik budidaya dan pengolahan bahan baku belum
menerapkan persyaratan bahan baku yang diinginkan industri , yaitu bebas bahan
kimia dan tidak terkontaminasi jamur ataupun kotoran lainnya. Dalam teknologi
pasca panen, terutama diversifikasi produk, yang sangat penting pada saat harga
produk segar tanaman obat atau simplisia rendah diwaktu terlalu banyak pasokan,
masih sangat terbatas. Potensi besar dalam produksi biofarmaka khususnya
rimpang-rimpangan, namun masih banyak hambatan dalam pengembangan biofarmaka.
Kuantitas dan kualitas produk olahan biofarmaka sangat dipengaruhi oleh
peralatan yang digunakan. Alat mesin pengolahan biofarmaka telah banyak dijual
di pasaran namun demikian penggunaannya masih sangat terbatas.Budidaya tanaman obat / biofarmaka yang disesuaikan
dengan keadaan tanah dan iklim akan menghasilkan kandungan zat berkhasiat
secara maksimal. Peningkatan dan pengembangan hasil olahan
biofarmaka perlunya keseriusan dalam pengolahan hasil yang berkelanjutan dengan
melihat seberapa besar potensi tersebut dari segi kuantitas, kapasitas dan
kualitas dalam rantai pasok bahan biofarmaka/ tanaman obat di pasar domestik
maupun pasar ekspor.
No comments:
Post a Comment