Beraneka ragam bahan
pangan lokal Indonesia
yang mempunyai potensi gizi dan komponen bioaktif yang baik, namun belum
termanfaatkan secara optimum. Salah satu penyebabnya adalah keterbatasan
pengetahuan masyarakat akan manfaat komoditas pangan tersebut. Labu kuning
adalah salah satu komoditas pertanian yang banyak mengandung β - karoten atau provitamin A yang sangat
bermanfaat bagi kesehatan. Labu merupakan buah yang dihasilkan oleh
sejumlah anggota suku labu-labuan (Cucurbitaceae),
terutama yang berukuran cukup besar dan berbentuk bulat atau memanjang. Buah labu kuning dapat digunakan sebagai
sayur, sup, atau desert. Masyarakat umumnya memanfaatkan labu yang masih muda
sebagai sayuran (lodeh, asem-asem, brongkos). Olahan tradisional yang paling
dikenal dari labu kuning ialah kolak. Disamping itu, labu kuning juga
mengandung zat gizi seperti protein, karbohidrat, beberapa
mineral seperti kalsium, fosfor, besi serta beberapa vitamin B dan C. Kandungan
gizinya yang cukup lengkap dan harganya yang relatif murah, maka labu kuning
ini merupakan sumber gizi yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai
alternatif pangan masyarakat. (Sources: data media, Wikipedia, data diolah F.
Hero K. Purba)
Labu kuning merupakan
tumbuhan yang kaya betakaroten dapat menjadi bahan biofortifikasi pada produk
pangan olahan. Fortifikasi dapat dilakukan dengan menggunakanlabu kuning segar
yang ditambahkan pada pembuatan roti, es krim danproduk pangan lain yang disukai
anak-anak.Fortifikasi juga dapat dilakukandengan terlebih dahulu mengolah labu kuning
menjadi tepung yang selanjutnyadiaplikasikan pada pengolahan pangan. Tepung
labu kuning yang dihasilkanmengandung karbohidrat 78,77%; protein3,74%; lemak
1,34%; serat kasar 2,90%;betakaroten 7,29 mg/100 g. Dengankandungan gizi yang
dimilikinya, terutamabetakaroten (provitamin A) nya yangtinggi, tepung labu
kuning baik digunakanuntuk bahan fortifikasi pangan terutamamakanan anak-anak
sehingga dapatmeningkatkan nilai gizinya.
Labu kuning tergolong
dalam bahan pangan minor, karena pemanfaatannya sebagai bahan pangan masih
sangat minim. Tingkat konsumsi labu kuning di Indonesia masih sangat rendah kurang dari 5
Kg per kapita per tahun. Pemanfaatan labu kuning selama ini terbatas dalam
ruang lingkup olahan tradisional, misalnya sebagai sayuran (lodeh, asem-asem,
brongkos), bahan dasar kolak dan aneka kue (dawet, lepet, jenang, dodol). Bagi
masyarakat Manado labu kuning digunakan dalam pembuatan Bubur Manado dan di
Sulawesi Selatan, labu kuning digunakan dalam sayur bayam.Pemanfataan labu
kuning labu kuning merupakan bahan pangan yang mengandung kalori, karbohidrat,
protein, lemak, mineral (kalsium, pospor, besi, natrium, kalium, tembaga dan
seng), ß-karoten, tiamin, niacin, serat, dan vitamin C. Kandungan gizi yang
sering diunggulkan dari labu kuning adalah kandungan ß-karoten yang merupakan
pro vitamin A (sumber vitamin A), di dalam tubuh akan dirubah menjadi vitamin A
yang berfungsi melindungi mata (dari serangan katarak) dan kulit, kekebalan
tubuh dan reproduksi. Karena itu labu kuning dikenal sebagai “raja
betakarotan”. Daging buahnya juga mengandung antioksidan yang bermanfaat
sebagai anti kanker. Labu kuning juga dapat digunakan untuk pengobatan radang,
jantung, diabetes, disentri, ginjal, demam dan diare.Untuk harga jualnya akan
meningkat, misalnya aneka cemilan dari labu kuning seperti keripik dan stick
dapat mencapai harga Rp 15.000-Rp 30.000 jauh lebih tinggi dari harga buah labu
kuning tanpa pengolahan. Hal ini meningkatkan nilai ekonomis dari labu kuning
serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama bagi para produsen
pengolahan labu kuning. Diharapkan potensi usaha labu kuning ini dapat
digiatkan dengan menggali potensi olahan yang ada sebagai agroindustri berbasis
produk olahan bahan lokal.
1 comment:
sip, setuju saya pa
Post a Comment