Jahe
merupakan salah satu komoditas biofarmaka yang sangat potensial yang merupakan
salah satu komoditas yang potensial. Indonesia pernah menguasai pangsa pasar
jahe dunia dengan nilai ekspor terbesar pada tahun 1990 sampai 1993 namun sejak
tahun 1994 sampai tahun 2007 posisi ini digantikan Cina. Lima
negara pengekspor jahe terbesar pada tahun 2007 adalah Cina dengan nilai ekspor
US$ 153.298.869, Belanda US$ 16.178.743, Thailand
dengan nilai ekspor sebesar US$
14.890.545, India di urutan
keempat dengan nilai US$
8.951.147, dan Brazil
sebesar US$ 6.436.831
sedangkan pada tahun 2009, Indonesia
hanya menempati posisi ke-14 dengan nilai ekspor sebesar US$ 1.635.026. Jahe merupakan
tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe berasal
dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu
kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan Jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan
obat-obatan tradisional. Jahe termasuk
dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), se-famili dengan temu-temuan lainnya
seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa),
kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas
galanga) dan lain-lain. (Sources data media terkait, data Kemebtan, data diolah
F. Hero K. Purba)
Untuk Industri pengolahan
komoditas jahe adalah industri obat tradisional industri makanan dan minuman
juga industri kosmetika. Kondisi masyarakat yang back to nature membuat
industri obat tradisional menjadi besar dan kebutuhan akan jahe ikut meningkat
karena jahe merupakan salah satu bahan penting dari industri ini. Seiring
perkembangan, industri makanan dan minuman yang berbahan dasar jahe juga digemari
oleh masyarakat sehingga kedua industri ini menjadi industri yang sangat kuat
mendukung perkembangan dalam komoditas jahe.
Jahe pada umumnya ditanam pada daerah tropik dan sub tropik
yang mendapat curah hujan yang agak merata sepanjang tahun dan curah hujan yang
cocok berkisar antara 1.500 – 4.000 mm / tahun. Selain itu tanaman jahe paling cocok ditanam
pada daerah yang beriklim sejuk dengan ketinggian tempat antara 500 – 1.000 m
dari permukaan laut. Walaupun demikian
jahe gajah masih dapat ditanam pada lahan yang curah hujannya kurang dari 2.500
mm, dataran rendah dan lahan gambut dengan penambahan unsur hara dan pengaturan
drainase.
Untuk
nilai ekspor
dan volume, jahe adalah
salah satu rempah-rempah perdagangan
utama di dunia. Negara-negara
pengekspor utama jahe
adalah Cina, Belanda,
Thailand,
India dan Nepal. Pertumbuhan
tahunan nilai antara
tahun 2005 sampai 2010 adalah 9%.
Nilai ekspor tertinggi
pada tahun 2008 (ITC, 2010). Tabel 6
memberikan indikator perdagangan dari top
10 negara pengekspor pada tahun 2010. Menurut data, jumlah total
ekspor jahe pada tahun 2010
adalah 491.408 MT
dengan nilai USD
406 juta. Cina memiliki dominasi yang besar untuk ekspor jahe. China tetap
berada di posisi teratas dalam
jumlah ekspor dan menangkap
pangsa 69,3% di
ekspor dunia. Beberapa
negara utama pengimpor jahe Cina adalah Jepang,
Pakistan, Amerika Serikat, Bangladesh, negara-negara Arab, Inggris, Belanda, Kanada,
Republik Korea dan
Vietnam. Nilai unit tertinggi
(USD / MT)
ditawarkan kepada jahe Cina adalah USD 5000 oleh Suriname yang
diimpor hanya 3 MT
sedangkan nilai unit terendah yang ditawarkan adalah USD 305 oleh Vietnam. Nilai unit
rata-rata dihitung untuk ekspor
Cina sebesar USD 828. Nepal juga mengimpor 6110
MT jahe yang
dihargai Rupee 3.578.000 dari China dengan nilai satuan rata-rata USD
586.
No comments:
Post a Comment