Prospek
komoditi Kelapa
Indonesia menjadi agribisnis baik skala besar maupun kecil mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit,
pupuk, pestisida, dll); proses produksi, pengolahan produk kelapa (turunan dari
daging, tempurung, sabut, kayu, lidi, dan nira), dan aktivitas penunjangnya
(keuangan, irigasi, transportasi, perdagangan, dan sebagainya). Serta daya
saing produk kelapa pada saat ini terletak pada industri hilirnya, tidak lagi
pada produk primer, di mana nilai tambah dalam negeri yang dapat tercipta pada
produk hilir dapat berlipat ganda daripada produk primernya. Adapun jenis dari olahan
minyak Kelapa sebagai berikut: 1. Minyak RBD, Minyak
ini berasal dari kopra. Kopra biasanya tercemar oleh debu, kotoran, jamur,
kuman dan lain sebagainya. Maka untuk membuatnya jadi minyak berkualitas, kopra
diproses dengan 3 tahap yaitu Refining/Netralisasi, Bleaching (pemucatan) dan
Deodorisasi (mengurangi warna yang tidak sedap). Minyak ini banyak beredar di
pasar-pasar dan supermarket. 2. Minyak Kelapa Tradisional / Kampung.Minyak
Tradisioanal/kampung adalah yang paling umum ditemui di masyarakat. Aroma
baunya harum, sementara blondo (sisa minyak) digunakan sebagai bumbu masak.
Minyak ini diproses dengan cara perasan santan dipanaskan dengan api sedang
sampai keluar minyaknya dan terpisah dengan blondonya (ampas). Kelemahan minyak
ini adalah tidak tahan lama atau cepat tengik. 3. Minyak Kelapa Murni, Minyak
ini diperoleh dari santan dengan tanpa pemanasan, minyak ini terkenal dengan
VCO (Virgin Coconut Oil). Khasiat dari minyak ini adalah mampu sebagai obat.
Penggunaanya sangat kecil dibandingkan untuk konsumsi. Aroma minyak ini sangat
kuat jika digunakan untuk langsung menggoreng dan asapnya sangat banyak,
sehingga kadang sangat menggangu udara. Karakteristik minyak ini kurang disukai
oleh Ibu-ibu untuk menggoreng atas dasar alasan diatas. 4. Minyak Goreng Kelapa Murni. Kelemahan yang
ada pada minyak VCO untuk menggoreng, kami yang ada di Kawasan Industri minyak
Kelapa Galur Kulonprogo telah menyempurnakan VCO layak menjadi minyak goreng
kelapa premium. Artinya minyak ini mampu bersaing dengan minyak RBD dalam
hal kualitas ketahanan minyak, yaitu dapat tahan 2-3 tahun, lebih unggul dari
minyak tradisioanal dan lebih sempurna dari minyak VCO jika digunakan untuk
minyak goreng. Istilah yang kami kembangkan untuk jenis minyak ini adalah
Refined VCO. (Berbagai sumber terkait media, litbang kementan, data diolah F.
Hero K. Purba)
Peranan
ekonomi untuk komoditas kelapa belum secara
optimal dimanfaatkan bila dilihat dari segi pendapatan petani, pemenuhan
kebutuhan bahan baku industri, dan sumber devisa. Hal ini disebabkan oleh
rendahnya produktivitas usahatani dan sangat bervariasinya jumlah pohon kelapa
yang ada dalam satu hektar dan rendahnya harga yang diterima oleh petani. Apabila
dilihat dari dari segi umur produktif
tanaman kelapa berada pada usia tanaman 15 – 50 tahun. Lokasi penanaman sangat menentukan produksi/buah
kelapa yang dihasilkan dalam 1 pohon. Pada lokasi dataran/pesisir dapat
menghasilkan buah antara 35 – 50 biji
per musim panen. Sedangkan pada daerah perbukitan dan daerah – daerah
dengan tingkat kesuburan tanah yang rendah seperti di beberapa wilayah
kepulauan hanya menghasilkan 15 – 35 biji kelapa per musim. Musim panen dilakukan setiap 3 bulan dengan produksi
rara-rata 30 biji per pohon. Sehingga
dalam 1 hektar dapat menghasilkan biji kelapa sebanyak 4.140 per panen. Potensi
komoditi kelapa yang tinggi di sentra
kelapa maka para pelaku usaha ini tetap
berminat dan termotivasi
menggeluti usaha kelapa yang diolah menjadi kopra atau produk turunan lainnya.
Para petani/pelaku usaha lainnya sangat berminat jika ada pembeli dari luar yang ingin menampung
produksi kelapa dengan berbagai produk olahan tersebut.
No comments:
Post a Comment