Indonesia yang kaya akan keanekaragaman hayati sebagai negara agraris dan
kaya akan sumber daya alam pertanian akan kekurangan tenaga-tenaga ahli atau
SDM yang mampu mengolah hasil pertanian dan pangan pertanian sehingga Indonesia
akan terancam ketergantungan pangan dengan negara lain. Pembahasan dalam sektor
pertanian umumnya dilakukan tanpa dikaitkan dengan sektor lainnya. Akibatnya
pembangunan ekonomi dipandang sebagai bagian yang terpisah dari pembangunan di
bidang lainnya seperti bidang industri, perdagangan dan jasa serta sektor
ekonomi lainnya. Jika kita melihat salah satu contoh negara Amerika Serikat dan
Jepang yang memiliki role model yang
baik dalam penerapan konsep hulu-hilir. Amerika merupakan negara produsen
terbesar jagung dan gandum. AS pula merupakan produsen terbesar tepung gandum
yang diimpor oleh Indonesia sebagai bahan baku pembuatan mie instan. (Berbagai
sumber media terkait, data diolah F. Hero K. Purba).
Dunia agribisnis dalam pertanian tidak lagi dipandang sebelah mata karena
merupakan sektor strategis dalam menunjang perekonomian suatu Negara. Pada
tahun 1982, dalam pekerjaan di sektor pertanian didominasi oleh pekerja yang
berusia di usia 31-65 tahun yakni mencapai 62%. Sementara untuk pekerja yang
berusia di bawah 30 tahun mencapai sekitar 12 juta orang atau 38 % dari total
jumlah pekerja sektor pertanian. Dua dekade kemudian (2003), komposisinya
berubah, yaitu jumlah pekerja di sektor pertanian yang berumur di bawah 30
tahun kaum pemuda semakin menurun menjadi sekitar 11 juta orang atau 27% dari
total pekerja di sektor ini sedangkan pekerja di atas usia ini mencapai 73%. Sementara itu
pemuda yang bekerja di sektor nonpertanian telah mengalami peningkatan. Pemuda
yang bekerja di sektor perdagangan telah meningkat dari 2,859 juta orang di
tahun 1982 menjadi 4,735 juta orang di tahun 2003.(Mubyarto,2003).
Jika kita menyadari bahwa tahu bahwa lahan pertanian Indonesia sangat luas
dan akan menyerap banyak tenaga kerja yang sangat membantu mengurangi
pengangguran di Indonesia. Jika pertanian Indonesia maju, Indonesia sangat
mungkin akan menjadi negara yang kaya.
Jika Indonesia sudah berhasil mengatasi pemberantasan korupsi dan merubah
perilaku birokrasi menjadi lebih efisien, bersifat melayani, dan
mampunmensinergikan instansi terkait untuk mendukung pembangunan pertanian yang
berkelanjutan.
Dan perlu kita waspadai dengan
besarnya impor Indonesia yang masih harus mengimpor bahan pangan. Sepanjang tahun
2012, impor beras sudah mencapai 1,95 juta ton, jagung sebanyak 2 juta ton,
kedelai sebanyak 1,9 juta ton, daging sapi setara 900.000 ekor sapi, gula
sebanyak 3,06 juta ton, dan teh sebesar 11 juta dollar. Dalam upaya daya saing
pemasaran global perlu adanya kesinergian dari Pelaku Usaha Pertanian,
Akademisi dan Pemerintah untuk mendukung dan mengembangkan stabilitas pangan
yang berdaya saing sehingga kedepan tidak banyak ketergantungan impor.
No comments:
Post a Comment