Kunyit (curcuma domestica) atau
di daerah lebih terkenal disebut kunir atau koneng, jika dibudidayakan secara
serius, keuntungannya ternyata merupakan potensi yang sangat menguntungkan. Di Negara Vietnam diolah lagi menjadi
obat-obatan. Dalam analisa potensi usaha bahwa Modal dalam budidaya kunyit
untuk 1 hektar, termasuk sarana produksinya selama 6 bulan, hanya berkisar Rp 8
juta sampai Rp 11 juta. Oleh karena itu, budi daya kunyit dalam satu musim
tanam keuntungannya bisa diketahui minimal Rp 37 juta atau Rp 6,1 juta per
bulan.
Kunyit yang digunakan
sebagai bahan baku
farmasi, produk kunyit mampu bersaing dengan bahan-bahan lain, terutama yang
sudah dipatenkan. Misalnya saja produk untuk bahan obat radang sendi
(arthiris-rheumatoid), dan osteo-arthritis. Obat penyakit tersebut antara lain
berbahan aktif natrium deklofenak, piroksikam, dan fenil butason, yang bisa
diganti dengan bahan alternatif dari kunyit. Secara tradisional, kunyit digunakan
untuk menghilangkan bau badan, menghilangkan gangguan lambung dan usus, dengan
cara meminum secara teratur sari rimpangnya (filtratnya). Di pasar swalayan,
sekarang ini sudah banyak beredar ekstrak atau filtrat minuman sari kunyit,
serta kunyit asam. Untuk kunyit segar yang ada di pasaran, merupakan rimpang
yang setelah dipanen, langsung dijual, tanpa proses pencucian. Sebab panen
rimpang selalu terjadi pada musim kemarau, dan ketika itu tanah cukup kering,
hingga kondisi rimpang relatif bersih. Namun untuk diolah menjadi irisan
rimpang kering, dan filtrat, kunyit perlu dicuci bersih dan dikering anginkan.
Setelah itu, satu per satu rimpang kunyit diiris dengan alat perajang manual.
Irisan kunyit selanjutrnya dijemur sampai kering, dengan kadar air 15 sd. 11%.
Irisan rimpang kering ini disebut sebagai simplisia, dan dikemas dalam
karung plastik atau wadah lain untuk dipasarkan ke pelaku industri jamu dan
farmasi. (Sources: berbagai sumber media terkait, data BPS, data diolah F. Hero
K. Purba)
Berdasakan data BPS bahwa
nilai perdagangan luar negeri dari kunyit selama tahun 2011 adalah sebesar 4,5
juta US$
dengan volume seberat 2.672 ton. Sementara volume importasinya hanya
sebesar 269 ton dengan nilai 332 ribu US$. Sehingga surplus perdagangan
yang diperoleh sebesar 2.402 ton dengan nilai 4,1 juta US$. Negara
tujuan ekspor kunyit Indonesia
adalah Asia (Malaysia,
Singapura, Hongkong, Taiwan, dan Jepang), Amerika, dan
Eropa (Jerman Barat dan Belanda). Produksi kunyit tersebar hampir di seluruh
provinsi, produksi tertinggi berada di provinsi Jawa Timur 25.043 ton
dengan luas panen 1,215 hektar disusul kemudian urutan kedua adalah provinsi
Jawa Tengah sebesar 18.928 ton dengan luas panen 1.023 hektar. Ekspor Indonesia
tahun 2010 sebesar 6,1 ribu ton tersebut mengalami kenaikan 129,6 %
dibanding tahun 2009 sebesar 2,7 ribu ton. Kenaikan nilai mencapai 180,2
% dari 2,7 juta pada tahun 2009 menjadi 7,5 juta pada tahun 2010. Volume maupun
nilai ekspor Indonesia tahun 2010 merupakan rekor tertinggi. Bagi India,
Indonesia juga merupakan pemasok utama, 54,3 % dari total impor India berasal
dari Indonesia. Pemasok lainnya adalah Myanmar, Vietnam, China, Nigeria
masing-masing dibawah 17 %. Uni Emirat Arab (UEA) merupakan negara tujuan utama
baik bagi India, Indonesia dan Malaysia. India sebagai salah satu eksportir
terbesar berhasil merebut pasar UEA hampir 16 ribu ton, sedangkan Indonesia
hanya bisa merebut 593,7 ton. India juga dapat merebut pasar Malaysia sebesar
9,4 ribu ton, sedangkan Indonesia hanya bisa memasok ke Malaysia sebesar 211
ton. India juga dapat merebut pasar AS sebesar 5,8 ribu ton sedangkan Indonesia
hanya merebut 239 ton. Indonesia sebenarnya sudah mulai mengekspor kunyit. Negara yang dituju antara lain Asia (Malaysia, Singapura, Hongkong, Taiwan,
dan Jepang), Amerika, dan Eropa (Jerman Barat dan Belanda).
Kunyit yang sangat
bermanfaat dimana kandungan aktif kunyit mengarah kepada penemuan curcumin.
Secara eksperimental curcumin efektif mencegah dan memperbaiki luka lambung
yang diinduksi oleh phenylbutazone dan aspirin. Curcumin meningkatkan mukus
lambung sehingga aktivitas nyeri lambung dapat dijelaskan melalui stimulasi
produksi mukus. Percobaan klinis efek kunyit pada penderita dilakukan terhadap
10 pasien. Diharapkan pengembangan budidaya kunyit dalam negeri dapat lebih
baik lagi untuk diolah sebagai bahan baku
herbal maupun bahan lainnya untuk kedepannya dapat juga memenuhi permintaan
pasar ekspor.
No comments:
Post a Comment