Potensi dalam menggali
manfaat lain dari pengolahan minyak atsiri selain sebagai pengharum sudah
banyak diteliti, mulai dari manfaat psikologis sampai pengobatan penyakit sudah
banyak dilakukan orang dengan berbagai metode, baik aromaterapi, pijat, ataupun
cara lain yang banyak memberikan efek positif bagi pengguna minyak atsiri. Produk
minyak atsiri Indonesia
untuk minyak nilam 800 ton per tahun, minyak kenanga 25 ton, akar wangi 30 ton,
serai wangi 500 ton, pala 350 ton, sengkeh 2500 ton. Negara tujuan ekspor
minyak atsiri Indonesia
meliputi Eropa, AS, Australia,
Afrika, Kanada dan negara-negara ASEAN. Ekspor produk minyak atsiri Indonesia
selama ini masih dalam bentuk setengah jadi. Pada tahun 2008 nilai ekspor
minyak atsiri kasar sebesar US$ 100 juta sedangkan untuk produk turunannya
mencapai mencapai US$ 286,4 juta untuk produk parfum, kosmetik, toiletries.
Untuk ekspor produk turunan atsiri, Indonesia cukup tinggi mencapai US$
435,5 juta. Selain itu untuk pelaku agrobisnis biofarmaka untuk lebih berupaya
lagi didalam mewujudkan potensi atsiri biofarmaka menjadi salah satu penggerak
pembangunan pertanian melalui mutu dan kontinuitas penyediaan bahan baku. (Sources: berbagai
media terkait, data diolah Frans Hero K. Purba)
Adapun beberapa jenis
minyak atsiri yang diproduksi di Indonesia, 5 diantaranya merupakan komoditi
unggulan Indonesia seperti minyak nilam (patchouli oil), minyak pala (nutmeg
oil), minyak akar wangi (vetiver oil), minyak cengkeh (clove oil), dan sereh
wangi (citronella oil). Ekspor minyak atsiri tahun ini ini sendiri masih lebih
baik ketimbang tahun lalu. Ekspor minyak atsiri India ke Singapura pada 2007
mencapai US$ 17,835 juta. Sedangkan pada 2008, peningkatannya menjadi US$
27,851 juta. Adapun ekspor minyak atsiri asal Cina ke Singapura meroket tajam
pada periode 2007-2008. Pada 2007, ekspor minyak atsiri Cina ke Singapura hanya
US$ 5,879 juta. Namun, pada 2008 nilainya meningkat hingga US$ 13,839 juta.BPS
mencatat, nilai ekspor minyak atsiri Januari-Agustus 2011 mencapai Rp 3,4
triliun, atau meningkat 31,27% dari periode sama tahun 2010 yang sebesar Rp 2,6
triliun. Dalam kesempatan ini peluang prospek bisnis tanaman berbasis
biofarmaka masih memiliki peluang yang cerah untuk memenuhi potensi pasar.
Sebagai dasar bahan konsumsi obat-obatan untuk pasokan pabrik obat/medicinal
factory tentunya memerlukan jumlah untuk bahan baku yang cukup sesuai dengan mutu dan
standardisasinya. Untuk itu diperlukan penanganan yang serius bagi petani
ataupun pelaku usaha yang bergerak di bidang agrobisnis biofarmaka. Kesempatan
ini tentunya yang mendasari untuk menjadi peluang pelaku usaha minyak atsiri
didalam menentukan pasar produk tersebut. Tentunya dapat dilakukan kemitraan
dengan petani atau pelaku usaha pelaku usaha minyak atsiri dengan kesepakatan
yang jelas mengenai pasar, sehingga para petani dapat mengetahui pangsa pasar
yang jelas dan keadaaan situasi pasar.
No comments:
Post a Comment