Monday, April 3, 2017

Pengembangan Komoditi Wijen dalam Pemanfaatan Nilai Bisnis




Pengembangan komoditi Wiijen yang bernilai ekonomi karena dapat dimanfaatkan untuk berbagai bahan industri. Di pasar dalam negeri harga produk wijen bervariasi tergantung pada jenis (macam)produknya. Harga produk wijen makin meningkat lagi setelah biji disosoh, bahkan bila diproses menjadi minyak wijen harganya semakin meningkat. Wijen dalam pengolahan memiliki khasiat bahwa makanan berbasis biji wijen atau dalam bahasa lokal disebut tahini bisa mengurangi risiko kematian. Biji wijen berkhasiat menurunkan faktor risiko kardiovaskular pada penderita diabetes tipe-2, gula tinggi kronis, glikasi dan resistensi insulin. Peneliti melakukan survei pada 41 pasien diabetes tipe-2 secara acak yang dibagi dalam dua kelompok, A dan B. Pasien kelompok A diberikan 28 gram atau sekitar dua sendok makan biji wijen ke dalam menu sarapan mereka setiap hari. Wijen (Sesamum indicum L. syn. Sesamum orientalis L.) merupakan tumbuhan yang berasal dari Afrika Khatulistiwa yang berada pada ketinggian 1000 meter dari permukaan laut. Tumbuhan wijen saat ini sudah banya tersebar, bahkan telah sampai di Indonesia. Pengembangan wijen dapat juga dilakukan di lahan sawah petani banyak dilakukan secara monokultur, akan tetapi dengan pertimbangan risiko kegagalan dan peningkatan pendapatan dapat ditanam secara tumpangsari, tumpangsisip, atau campuran (dua tanaman atau lebih ditanam secara bersamaan). Pengolahan wijen juga seperti  Minyak Wijen, Minyak wijen mengandung asam lemak omega-3 yang baik untuk kesehatan. Asam lemak omega-6 dalam minyak wijen membantu mengurangi gangguan kulit, seperti eksim. Kandungannya sangat besar sehingga perlu diperhatikan penggunaannya.
Pengembangan komoditas wijen  di Indonesia masih sangat rendah itu karena: Masih banyak petani yang belum mengenal wijen sehingga tanaman ini tidak sepopuler tanaman palawija (kedelai, jagung dll).Serta minat petani masih rendah karena kurangnya teknologi budidaya wijen. Produktivitas masih rendah, ini karena teknik budidaya yang kurang baik pada umumnya wijen hanya ditanam sebagai tanaman selingan. Dalam hal ini kurangnya informasi pasar.  Biji wijen banyak digunakan sebagai bahan industri minyak dan makanan.  Untuk memenuhi kebutuhan tersebut sampai saat ini Indonesia masih mengimpor biji wijen dari Vietnam, Thailand dan China serta mengimpor winyak wijen dari Cina, Singapura, Hongkong.  Tapi Indonesia juga sudah mulai mengekspor wijen ke Jepang, Hongkong, Amerika Serikat dan Turki. (Sources: Berbagai sumber media tekait, Litbang Kementan, data diolah F. Hero K. Purba). Perkembangan komoditas wijen dunia pada tahun 1993, adalah 486.000 ton. Jepang adalah importir terbesar mengambil 24% dari impor dunia. Pengimpor terbesar kedua adalah Amerika Serikat dengan 8% dari impor dunia. Hal ini diperkirakan bahwa impor biji wijen akan tumbuh antara 6 dan 8% per tahun. Australia diimpor 6400 t biji wijen pada tahun 1996 (senilai $ A12.7m), dengan China, Meksiko dan India pemasok utama. Wijen produksi benih Australia berpusat di Northern Territory dan Queensland, New South Wales dengan menunjukkan minat.Meskipun produksi telah turun dari ton 291 di 1988-1989 sampai 90 t di 1993-94, diantisipasi bahwa perbaikan dalam kultivar dan teknologi panen akan meningkatkan produksi. Potensi yang jelas untuk mengembangkan pasar untuk biji wijen Australia, baik di lokal maupun di luar negeri. Biji wijen saat ini diimpor ke Australia baik sebagai biji utuh dan produk olahan. Di Indonesia pengembangan wijen di Indonesia setiap tahun meningkat. Pada tahun 2006 areal wijen mencapai 4.788 hektar, yang tersebar di Lampung (150 ha), Jawa Tengah (1.426 ha), Yogyakarta (250 ha), Jawa Timur (1.473 ha), Nusa Tenggara Barat (1.217 ha), dan Sulawesi Selatan (272 ha). Potensi komoditas wijen ini dapat dilkembangkan lagi dengan melihat pemanfaatannya dan peluang akses pasar lokal dan Internasional.