Thursday, March 31, 2011

Strategi Potensi nich market Ekspor Pertanian Indonesia menuju Pasar Amerika

Potensi pasar dari data ekspor produk pertanian AS ke Indonesia. Total ekspor produk pertanian Amerika Serikat ke Indonesia periode Januari – Maret 2008 mengalami peningkatan sebesar 72,94% menjadi US$ 623 juta dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2007 yang hanya mencapai US$ 360 juta. Amerika Serikat masih merupakan pasar tujuan utama dunia (importir utama dunia) dengan nilai US$ 2,017.1 miliar (2008 - ITC) dengan pangsa 14,4% dari total pangsa impor dunia. Sementara itu, Indonesia sendiri hanya menempati peringkat ke-24 sebagai negara pemasok di pasar USA dengan pangsa pasar sebesar (0,8%) dan nilai impor sebesar US$ 15,2 miliar. Pesaing Indonesia dari ASEAN antara lain Malaysia pada peringkat ke-14 (pangsa pasar 1.7%; nilai US$ 33,7 miliar), Thailand peringkat ke-18 (1.0%; US$ 23.8 miliar) dan Singapura peringkat ke-20 (0.9%; US$ 15.2 miliar).

Pada 2010 mencapai US$ 2,3 miliar, termasuk ekspor senilai US$ 373 juta untuk produk bernilai tinggi. Indonesia adalah negara tujuan ekspor AS ke-8 terbesar di seluruh dunia. Sementara bagi Indonesia, AS adalah pasar ekspor kedua terbesar di dunia dengan nilai ekspor sekitar US$ 4,5 miliar pada 2010Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa masih banyak peluang yang potensial bagi kedua negara. Indonesia yang dikarunia dengan kekayaan sumber daya alam dan manusia sudah mulai mencanangkan diri sebagai salah satu negara resources baru yang unggul dipasar dunia. Indonesia memiliki banyak produk berdaya saing tinggi, sementara AS mem-butuhkan banyak produk impor guna memenuhi kebutuhan dalam negerinya yang demikian besar. Dengan demikian masih banyak produk Indonesia yang belum dikenal dengan baik oleh pengusaha dan masyarakat Amerika. Untuk itulah diperlukan promosi dan pemasaran yang komprehensif agar kedua belah pihak dapat mengetahui potensi supply dan demand yang dimiliki oleh masing-masing negara.Untuk kelapa sawit /CPO, Indonesia sudah melobi AS untuk bisa menerima standar nasional tentang minyak lestari (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO) sebagai pengganti persyaratan teknis menembus pasar AS yang mewajibkan sertifikasi Forum Meja Bundar Minyak Sawit Lestari (Roundtable on Sustainable Palm Oil/RSPO). Potensi DAN peluang ekspor tersebut merupakan kesempatan bagi Indonesuia untuk lebih baik lagi dalam peningkatan mutu dan standar yang lebih baik lagi. (Sources: BPS data media, data diolah F. Hero K. Purba)

Tuesday, March 22, 2011

Teknik Negosiasi Memenangkan Persaingan Usaha

Proses dalam negosiasi ini biasanya dimulai dengan satu sisi meletakkan tuntutan atau membuat tawaran dan sisi lain melawan dengan penawaran atau permintaan mereka sendiri. Each side should give in a little, perhaps making offering side incentives, until an agreement takes place. Masing-masing pihak harus memberikan dalam sedikit, mungkin membuat insentif sisi penawaran, sampai kesepakatan terjadi. Jika seseorang bisa mengecualikan persaingan dalam negosiasi apapun, Dia akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk mendapatkan apa yang Anda inginkan, bukan? Bagaimana Anda melakukannya? Start by never mentioning competition to the other side. Mulailah dengan tidak pernah menyebutkan kompetisi ke sisi lain. It's possible they don't know all their options, and it's not your job to enlighten them. Mungkin mereka tidak tahu semua pilihan mereka, dan itu bukan tugas Anda untuk menerangi mereka. At the negotiating table, be ready to confront the competition head-on, when the other side brings it up. Di meja perundingan, siap untuk menghadapi kompetisi head-on, ketika pihak lain membawa atas. Secara umum sebuah negosiasi bisnis mempunyai dua karakteristik, menurut Dr.Helen Rogers dalam International Business Negotiations, antara lain: Pihak-pihak yang terlibat dalam suatu negosiasi menginginkan adanya proses take and give antar keduanya. - Tingkat kesuksesan sebuah negosiasi dapat diukur kedalan dua parameter yang bersifat tangible, misalnya kesepakatan harga, jumlah order dan lainnya, serta yang kedua adalah bersifat intangible, misalnya saling percaya, motivasi secara psikologis untuk terus melakukan hubungan bisnis antar keduanya.

Negosiasi pada prinsipnya adalah diskusi antara dua pihak dengan tujuan untuk menghasilkan kesepakatan. Each side seeks different rewards. Masing-masing pihak mencari hadiah yang berbeda. Some negotiators seek almost total victory, but best negotiation is where both sides feel they have won. Beberapa perunding mencari hampir kemenangan total, tetapi negosiasi terbaik adalah dimana kedua belah pihak merasa bahwa mereka telah menang. (Sources: Buzzzle.com, Other sources material media, data diolah F. Hero K. Purba)

Tuesday, March 15, 2011

Perkembangan dan Pertumbuhan Ekspor Kelapa Sawit (CPO) Indonesia dalam Perdagangan dunia

Ekspor CPO memiliki prospek yang sangat cerah disebabkan oleh peningkatan kosumsi produk-produk yang berbahan baku CPO yang sejalan dengan pertumbuhan produk diberbagai negara. Harga CPO penyerahan Februari 2011 yang diperdagangkan di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) dibuka pada level harga US$1256 per ton dan pada akhir perdagangan berada pada level harga US$1188 per ton. Rata-rata harga CPO yang ditransaksikan di BKDI berada pada level harga US$1260 per ton dengan harga tertinggi US$1299 per ton dan harga terendah US$1188 per ton. Di Malaysia Derivatives Exchange (MDEX), harga rata-rata CPO yang ditransaksikan untuk penyerahan Februari 2011 berada pada level harga US$1246 per ton, dan di Rotterdam US$1283 per ton.

Untuk perkembangan konsumsi minyak sawit (CPO) dunia dari tahun ke tahun terus menunjukkan tren meningkat. Pertumbuhan akan permintaan CPO dunia dalam 5 (lima) tahun terakhir, rata-rata tumbuh sebesar 9,92%. China dengan Indonesia merupakan negara yang paling banyak menyerap CPO dunia. Selain itu negara Uni Eropa juga termasuk konsumen besar pengkomsumsi CPO di dunia.

Yang menjadi permasalahan utama perdagangan dunia CPO sebenarnya bukan terletak pada tingkat permintaan konsumsi atau ekspornya, karena baik konsumsi atau ekspor dunia cenderung meningkat dengan stabil. Permasalahan utamanya justru terletak pada fluktuasi harga yang tidak stabil. Fluktuasi harga CPO ini cenderung dipengaruhi oleh isu-isu yang dibuat oleh negara penghasil produk subtitusi (saingan CPO), yaitu negara-negara penghasil minyak dari kacang kedelai dan jagung yang umumnya merupakan negara di Eropa dan Amerika (negara maju). Isu-isu seperti produk yang tidak higienis, pengrusakan ekosistem hutan termasuk isu pemusnahan orang utan merupakan isu yang diangkat untuk menjatuhkan harga CPO dunia. untuk pengembangan agribisnis kelapa sawit masih cukup terbuka bagi Indonesia, terutama karena ketersediaan sumberdaya alam/lahan, tenagakerja, teknologi maupun tenaga ahli. Dengan posisi sebagai produsen terbesar kedua saat ini dan menuju produsen utama di dunia pada masa depan, Indonesia perlu memanfaatkan peluang ini dengan sebaik-baiknya, mulai dari perencanaan sampai dengan upaya menjaga agar tetap bertahan pada posisi sebagai a country leader and market leader. (Data BPS, berbagai sumber terkait, data diolah F.Hero P.2011)

Thursday, March 10, 2011

Pembiayaan dan Kelembagaan Pertanian yang Terintegrasi Untuk Pengembangan Usaha Pertanian

Akhir-akhir ini beberapa masalah terjadi didalam kondisi alam yang tidak akrab dengan lingkungan serta mengakibatkan musim panen yang tidak memuaskan kepada Petani. Harga jual gabah di tingkat petani pada musim panen kali ini masih belum memuaskan. Akibatnya, banyak petani yang terpaksa menunda penjualan karena nilai rata-rata jual di bawah standar. Pantauan di beberapa kalangan petani yang sudah panen, harga gabah masih tergolong murah dan tidak seperti hasil jual yang sebelumnya. Untuk gabah kategori basah sawah, dibeli langsung seusai panen, harganya berkisar antara 2.000 – 2.500 rupiah per kilogram. Padahal saat panen sebelumnya, sudah mencapai 2.800 rupiah per kilogram. Demikian juga halnya Petani kopi di Lampung mengakui produksi kopi pada tahun 2010 turun hingga 300 kilogram per hektare (ha) dari tahun sebelumnya. Adapun Penurunan produksi itu akibat pengaruh cuaca yakni tingginya curah hujan sehingga merontokkan bunga bakal buah. Jika hal ini dapat teratasi dengan system dan kelembagaan dan Pembiayaan yang teintegrasi maka permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Adapun permasalahan yang penting diperhatikan secara garis besar perlu kita analisa:

  1. Adanya kegiatan usahatani belum dilaksanakan secara intensif sehingga produktivitas masih relatif rendah (belum optimal sesuai potensi hasil) dan pengentasan masalah untuk mengetahui dan mengatasi iklim/cuaca yang ada
  2. Kemampuan SDM yang terbatas karena belum intensifnya pembinaan dan pendampingan.
  3. Pembudidayaan ternak masih konvensional dan dalam skala kecil, serta pemberian pakan belum proporsional sehingga produksi ternak belum optimal.
  4. Pemanfaatan lahan untuk kegiatan usaha tani belum optimal dimana intensitas tanam tanaman pangan, hal ini terutama karena keterbatasan irigasi dan juga permodalan usahatani.
  5. Pemanfaatan Limbah ternak (padat dan cair) belum dikelola/diproses dengan baik untuk pupuk yang bermutu dan juga untuk biogas.
  6. Belum berkembangnya kegiatan pengolahan hasil pertanian dan kendala dalam pemasaran hasil khususnya pada musim panen raya.

  1. Limbah tanaman yang dapat dipergunakan sebagai pakan ternak juga belum dikelola/diproses dengan baik menjadi pakan bermutu dan tahan simpan untuk kebutuhan pada musim kemarau.
  2. Terbatasnya infrastruktur khususnya jalan usahatani, bangunan konservasi air dan infrastruktur lainnya.

Faktor kegagalan panen tersebut dapat diatasi dengan system kelembagaan pertanian dan mempunyai pembiayaan yang cukup untuk mengcover, masalah yang terjadi akibat gagal panen. Dengan banyak program pembiayaan yang telah ditawarkan tetapi sangat sedikit petani yang memanfaatkannya. Secara umum, seakan akan belum ada titik temu antara kedua pihak, Lembaga Pembiayaan dan Petani pelaku usaha. Di satu sisi, aturan main pada skim pembiayaan formal bersifat rigid, sementara di sisi lain para petani dan masyarakat pedesaan memiliki keterbatasan.

Di beberapa negara, pemerintah membentuk organisasi-organisasi khusus seperti Departemen pertanian, sumber daya alam, peternakan, pengembangan air, perumbahan dan sebagainya. Dalam penggunaan menyediakan kredit bagi petani pada masa sulit misalnya saat paceklik dan depresi ekonomi. Kredit yang bersumber dari negara bagi petani biasanya dibarengi dengan subsidi serta jaminan kredit pun tidak terlalu ketat. Sebagai upaya untuk menutupi biaya depresiasi untuk fasilitas fisik seperti irigasi dapat melalui iuran sebagai sewa. Pemahaman secara baik dan komprehensif mengenai perilaku pihak pengguna (pelaku usaha pertanian) dan pihak lembaga pembiayaan dapat dipergunakan sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam merumuskan skim pembiayaan yang sesuai. Artinya, skim pembiayaan tersebut dapat diterima oleh kedua pihak menurut karakteristik masing-masing, baik dari pihak pengguna maupun pihak lembaga pembiayaan sebagai penyedia dana. (Berbagai sumber dan Media terkait, data diolah F. Hero K. Purba)

Friday, March 4, 2011

Pengembangan Sistem Pembiayaan Pertanian dalam Peningkatan Pertanian Pro Farmers

Sebagai dasar pembiayaan bagi sektor pertanian dengan menggalakkan kemajuan pertanian yang sempurna dan pro farmers and poor. Untuk system pembiayaan pertanian dalam pengembangan petani yang menjadi saran lebih teknis dan investasi yang diperlukan untuk mengusahakan petani sektor pertanian. Hal ini akan meningkatkan produksi dan meningkatkan keamanan pangan di tingkat rumah tangga, nasional dan regional. Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa petani kecil penggunaan lahan dan lainnya masukan seperti efisien sebagai petani skala besar. Ini membenarkan kebutuhan untuk mendanai dan berinvestasi di sektor petani kecil. Ini pembiayaan mencakup antara lain perjanjian multilateral dan bilateral dengan pemerintah dan lain badan, lembaga keuangan mikro yang datang dari kedua sektor swasta dan non-pemerintah organisasi.

Sejumlah masalah batas produksi dan pemasaran hasil pertanian oleh petani petani. Sebagai contoh produksi Produksi tanaman dan ternak di Afrika yang ditandai dengan rendahnya hasil. Hasil rata-rata tanaman dasar tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan produsen, baik untuk konsumsi langsung atau pendapatan keluarga. Rendahnya hasil terutama karena faktor seperti produktivitas rendah, varietas unggul rendah, masalah air / kekeringan, kurangnya persiapan lahan sarana, prasarana yang buruk, kurangnya input / akses ke kredit, kesehatan yang buruk dan pendidikan, fasilitas, dan penelitian tidak memadai dan penyuluhan. Ternak produksi di Afrika menghadapi kendala-kendala yang sama sebagai produksi tanaman. Masalah utama adalah bahwa sumber daya alam yang terdegradasi melalui lebih-digunakan di daerah dengan padat tebar tinggi, sedangkan tanah yang luas dengan potensi yang besar untuk ternak tidak dapat digunakan karena mereka penuh dengan penyakit atau kekurangan yang diperlukan infrastruktur.

Situasi petani kecil lebih diperburuk oleh infrastruktur yang buruk, yaitu miskin akses jalan, kurangnya informasi pasar, transportasi miskin, dan miskin fasilitas penyimpanan (yang mengakibatkan kerugian pasca-panen). Diperkirakan bahwa hingga 15% dari produksi di Sub-Sahara Afrika hilang antara gerbang pertanian dan konsumen, karena miskin jalan dan fasilitas penyimpanan. Semua ini menghasilkan pendapatan rendah untuk petani kecil. Strategi untuk meningkatkan produksi Lebih banyak investasi diperlukan dalam rangka meningkatkan produksi petani kecil, dengan demikian meningkatkan etahanan pangan dan meningkatkan pendapatan dan pada akhirnya standar
hidup penduduk pedesaan. Ini panggilan untuk pembiayaan program-program yang secara langsung manfaat petani petani. Program tersebut mencakup pembiayaan komponen-komponen berikut:

a. Infrastruktur

Adanya kebutuhan untuk berinvestasi dalam pasokan air, yaitu pembangunan bendungan dan
membangun infrastruktur irigasi yang diperlukan. Infrastruktur pendukung, seperti feeder
jalan untuk memfasilitasi pemasaran produk, juga harus dikembangkan. Peningkatan
fasilitas pendidikan dan kesehatan merupakan prioritas utama. Terakhir, kita harus fokus pada pengaturan pabrik pengolahan untuk menambah nilai produk petani dan meningkatkan pendapatan dan infrastruktur untuk pengembangan ternak.

b. A. Pasokan input dan kredit

Kita perlu mengatur sistem pasokan input, sehingga petani dapat dengan mudah mengakses masukan di harga terjangkau dan fasilitas kredit memberikan yang mengakui masalah petani telah mendapatkan jaminan, sementara pada saat yang sama memastikan pembayaran kembali pinjaman.

c. Penelitian dan penyuluhan

Ada kebutuhan untuk mengidentifikasi, menguji dan memperkenalkan varietas yang sesuai kebutuhan. Menyediakan bibit berkualitas tinggi disesuaikan dengan kondisi lokal adalah cara yang efektif meningkatkan hasil panen. Extension merupakan faktor kunci keberhasilan untuk meningkatkan produksi petani kecil. Lebih upaya layanan penyuluhan akan memiliki dampak positif pada petani kecil. Pembiayaan untuk sektor petani harus bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian berkelanjutan.

d. Pemasaran

Selain memberikan infrastruktur yang mendukung, petani kecil perlu bantuan dalam menyiapkan sistem informasi pemasaran yang sesuai sehingga mereka memiliki akses terhadap informasi pasar mengenai harga, permintaan pasar dan eksternal lainnya informasi. Penekanan pada kualitas produksi dan produk harus menjadi sumber keunggulan kompetitif yang berkelanjutan bagi petani kecil dalam jangka panjang.

e. Trading kebijakan

Mengenai kebijakan perdagangan, peningkatan produksi pertanian di petani plasma sektor harus berkontribusi pada pendapatan ekspor. Diharapkan bahwa Organisasi Perdagangan Dunia akan memastikan hubungan perdagangan yang layak dan jangka anjang untuk komoditas pertanian antara negara maju dan berkembang. Kami juga berharap bahwa integrasi ekonomi regional tidak mengakibatkan pengalihan perdagangan jauh dari ukan anggota negara, melainkan bahwa hal itu menciptakan perdagangan lebih. Jasa Keuangan untuk Petani Plasma Multilateral dan bantuan bilateral Multilateral dan bantuan bilateral telah menjadi bentuk yang paling umum pembiayaan petani kecil di negara berkembang, baik sebagai hibah atau pinjaman. Bentuk bantuan telah terjadi melalui pemerintah penerima enandatanganan multilateral atau bilateral perjanjian dengan lembaga-lembaga bantuan. Melalui bantuan ini, petani mendapatkan keuntungan dari investasi yang besar, seperti pembangunan bendungan, fasilitas irigasi, mesin dan peralatan lainnya. Mereka juga manfaat dari transfer teknologi dan sisi lain 'lembut' pembiayaan, seperti manajemen dan keterampilan organisasi. Mengenai masalah yang dihadapi dengan bantuan donor saya akan membuat hal-hal berikut pengamatan: Pemberian pinjaman biasanya tergantung pada beberapa kebijakan makro-ekonomi, politik yang stabil lingkungan dan sosial dari negara penerima. Pada saat kondisi-kondisi yang dirasakan oleh badan-badan bantuan akan kurang, bantuan adalah baik ditangguhkan atau ditarik, terlepas dari apakah program telah selesai atau tidak. Ada beberapa kasus di mana proyek-proyek pembangunan pedesaan telah prematur dan tidak efisien dihentikan karena kesalahpahaman antara donor dan pinjaman lembaga. Masalah-masalah ini ada pada tingkat kebijakan dan tingkat operasional. § Beberapa proyek skala kecil telah runtuh saat donor menarik keluar. Para petani kemudian gagal untuk mempertahankan operasi dan proyek baik berakhir menjadi ditinggalkan karena keterampilan manajemen yang kurang di antara petani. Isu-isu penting yang berkaitan dengan bangunan § keberlanjutan dan lembaga mungkin tidak memiliki secara memadai ditangani selama desain atau pelaksanaan proyek. Pusat dan pemerintah daerah pembiayaan Pemerintah pusat memiliki peran untuk memastikan bahwa ada alokasi adil sumber daya untuk pembangunan, terutama masyarakat yang terpinggirkan. elain mengalokasikan dana dari lembaga bantuan, pemerintah di negara berkembang telah melakukan upaya untuk membantu petani petani dengan pembiayaan dari program mereka ndiri sumber daya seperti: Penting infrastruktur untuk pembangunan pertanian, termasuk endungan, irigasi, jalan dan ketentuan input. Kredit telah disubsidi, sampai batas tertentu, bagi petani kecil, dimana suku bunga lebih rendah daripada yang dikenakan bagi petani komersial.

Dalam kasus salah satu negara di Afrika yakni Zimbabwe, kredit yang telah disediakan melalui Pertanian Finance Corporation. Lembaga ini menyediakan jangka pendek, pinjaman jangka menengah dan jangka panjang. Di kebanyakan negara berkembang, dan khususnya di Sub-Sahara Afrika, pemerintah menyediakan layanan penelitian dan ekstensi untuk petani kecil. Desentralisasi fungsi ke tingkat daerah telah mengakibatkan dalam pemberdayaan otoritas lokal, termasuk alokasi sumber daya untuk proyek-proyek pembangunan. Namun, lebih sering daripada tidak, pemerintah daerah tidak memiliki kapasitas yang diperlukan untuk menghasilkan lebih banyak pendapatan dan keuangan dalam rangka memenuhi permintaan dari komunitas mereka. Pada akhirnya, mereka masih bergantung pada pemerintah pusat. Dalam kebanyakan kasus, baik pemerintah pusat dan daerah terhambat dalam hal sumber daya dan tidak dapat memenuhi kebutuhan pembiayaan dari mayoritas petani petani. Komersial lembaga keuangan lembaga keuangan komersial terdiri dari konvensional diterima keuangan layanan sumber-sumber, seperti bank komersial dan rumah-rumah keuangan. Kredit yang ditawarkan oleh lembaga ini dikenakan suku bunga pasar terkait dan membutuhkan jaminan pinjaman dalam bentuk aset tidak bergerak, saham, tabungan, tanah, dll Karena kondisi tersebut, kebanyakan petani kecil tidak memenuhi syarat untuk pinjaman, dan mereka dianggap sebagai berisiko tinggi kelompok dalam hal pembayaran. Lembaga keuangan mikro da sejumlah kelompok self-help di tingkat masyarakat lokal yang menawarkan jasa keuangan dalam bentuk tabungan dan kredit kepada petani kecil. Dalam organisasi-organisasi ini termasuk Self-Help Development Foundation (SHDF). Terlepas dari tabungan disumbangkan oleh anggota, lembaga tersebut dikapitalisasi melalui pinjaman dan hibah dari donor. Hanya anggota memiliki akses ke pinjaman, karena tabungan mereka digunakan sebagai jaminan dan jumlah yang anggota dapat meminjam sangat terbatas. Sejumlah organisasi non-pemerintah yang beroperasi di tingkat masyarakat lokal jatuh ke ini kategori lembaga keuangan mikro dan kebanyakan mereka adalah didanai melalui donor. Mereka juga dibatasi oleh sumber daya yang tidak memadai dan biasanya terbatas untuk menawarkan kredit jangka pendek dan bantuan teknis kepada para petani.
Komoditi khusus pembiayaan Beberapa perusahaan yang bergerak di bidang komoditas pertanian tertentu telah menggunakan pembiayaan petani kecil untuk tanaman tertentu. Salah satu contoh adalah Perusahaan Cotton dari Zimbabwe, yang mengoperasikan skema input-redit untuk para petani kapas. Kredit yang diberikan pulih dari hasil panen musim depan. Metode embiayaan telah terbukti efektif bagi petani. Kesimpulan dan Rekomendasi Ada beberapa bentuk pembiayaan untuk petani kecil dalam pengembangan dunia, dari badan bantuan di tingkat internasional untuk lembaga keuangan mikro di tingkat lokal. Sumber utama pembiayaan telah melalui multilateral dan bilateral perjanjian dengan pemerintah masing-masing. Namun isu keberlanjutan tidak, di sebagian besar kasus, ditangani secara memadai. Beberapa petani telah gagal untuk mewujudkan dimaksud manfaat program setelah lembaga bantuan menarik keluar. Bentuk lain pembiayaan telah sangat terbatas dalam hal sumber daya. Meskipun beberapa kelompok petani manfaat dari layanan keuangan mikro yang beroperasi di tingkat lokal, besarnya belum ukup luas mengingat populasi yang terlibat. instansi pemerintah juga dibatasi oleh sumber daya memadai untuk memenuhi keuangan persyaratan dari sektor petani. lembaga keuangan komersial seperti sebagai bank dan rumah-rumah keuangan tidak dapat secara efektif pelayanan kebutuhan petani kecil karena suku bunga tinggi dan faktor pembatas lainnya seperti jaminan.

Tidak ada sistem salah satu petani kecil pembiayaan bisa sempurna, melainkan yang sumber yang berbeda memiliki unsur-unsur positif yang dapat dibangun di atas untuk kepentingan petani. Ini adalah peran pemerintah nasional untuk datang dengan efektif, efisien dan berkelanjutan petani kecil sistem pembiayaan dalam rangka mengubah sektor ini menjadi satu ditandai dengan produksi penuh dikomersialisasikan. Kesimpulan ini didasarkan pada odel sederhana, dimana pembangunan adalah produk dari banyak kegiatan yang diprakarsai oleh ndividu dan masyarakat secara sukarela, serta oleh pemerintah menggunakan sarana umum. Jika benar dimanfaatkan, kedua gaya mengendalikan dapat membawa hasil yang diinginkan. (Sources, Agritrade, other resource material, data diolah F. Hero K. Purba)