Thursday, July 26, 2018

Potensi Lada Kabupaten Luwu Timur dalam Pengembangan dan Pemasaran





Potensi Lada di Kecamatan Towuti, Kabupaten Luwu Tmur, Sulawesi Selatan merupakan komoditas yang sangat menunjang bagi kehidupan masyarakat petani lada  (piper nigrum L.) khususnya ditepi danau Towuti. Kabupaten Luwu Timur adalah daerah penghasil lada terbesar di Provinsi Sulawesi Selatan. Total produksi lada di Sulawesi Selatan pada 2016 diperkirakan mencapai 5.092 ton.Total luas areal lada di Luwu Timur mencapai 5.544,11 hektar dengan produksi mencapai 3.818,88 ton dan produktivitas rata-rata mencapai 1,45 ton perhektar setiap tahunnya dan terus mengalami peningkatan seiring perkembangan pasar. Berdasarkan data  data dinas pertanian Luwu Timur, tahun 2017, total produksi lada di Luwu Timur mencapai 3.200 ton atau 62 persen dari total produksi lada di Sulawesi Selatan, melibatkan 5.724 kepala keluarga yang tergabung dalam 168 kelompok tani.
Di Indonesia, Khususnya di Kabupaten Luwu Timur merupakan salah satu daerah yang sangat potensi dalam pengembangan lada. Indonesia juga mempunyai peranan penting dalam perdagangan lada dunia, karena terkenal akan kualitas lada putih dan lada hitamnya. Manfaat utama lada adalah sebagai bumbu masak yang bisa meningkatkan kenikmatan rasa masakan, beraroma merangsang, serta menghangatkan badan. Lada hitam yang banyak digunakan diolah dan sering pula disuling untuk diambil minyaknya. Minyak lada hitam dengan aroma wangi yang khas bisa diperuntukkan untuk bahan campuran minyak wangi.
Untuk mencapai tingkat standarisasi mutu hasil yang baik untuk komoditas Lada ini maka harus didukung dengan pembinaan sumberdaya yang diarahkan kepada pembinaan petani dan kelompok tani yang penekanannya mulai penanganan pasca panen, pengolahan, sortasi/ grading, pengepakan sampai pemasaran hasil yang diarahkan kepada pola kemitraan dengan perusahaan mitra. (sources data: media, data diolah FheroP)

Monday, July 2, 2018

Jagung dalam Potensi Pengembangan dan Peningkatan Ekspor


Perluasan lahan jagung juga diprediksi akan menjadi penyumbang penaikan produksi jagung di 2018. Berbagai studi telah dilakukan oleh para ahli untuk komoditas jagung berdasarkan beberapa permasalahan dengan mengkaji kesesuaian sebaran sentra produksi jagung, pabrik pakan, dan populasi ternak di Indonesia; menganalisis kebutuhan pakan pabrikan untuk ternak.  Menganalisis kebutuhan jagung untuk pakan pabrikan; serta menyusunalternatif kebijakan dalam upaya memenuhi kebutuhan jagung untuk pakan. Untuk mewujudkan suatu sistem pertanian yang terpadu, bahwa perlunya peningkatan produksi jagung untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan apabila memungkinkan dengan kapasitas produksi yang besar dapat membuka jaringan pasar ekspor Internasional. Mensukseskan swasembada pangan, dimana gema swasembada pangan untuk Padi Jagung dan Kedelai, salah satu komoditasnya yaitu jagung, realisasi target dan pencapaian yang perlu dipertimbangkan. Pemenuhan untuk kebutuhan jagung yang mengandalkan impor akan berisiko menghambat indutri peternakan dan pakan dalam negeri. Sebab sebagian besar produksi jagung dikonsumsi oleh negara produsennya.Dalam hal ini produktivitas jagung yang merupakan memang sangat dipengaruhi faktor benih, tanah, irigasi, pemupukan, pengendalian hama, hingga panen dan pascapanen. Selain itu faktor alam, kondisi geografis, dan agroklimat juga sangat berpengaruh terhadap produktivitas. Hal-hal yang bisa dilakukan pemerintah adalah menjalankan kebijakan untuk menunjang peningkatan produktivitas pangan di Indonesia baik benih, pupuk, infrastruktur, termasuk irigasi, hingga permodalan dan jaminan pasar bagi produk pangan. Indonesia harus meningkatkan prioritas peningkatan produksi jagung. Komoditas jagung yang diperdagangkan di pasar dunia sebagian besar berasal dari Amerika Serikat, kemudian diikuti China, Fiji, Brazil, Mexico dan Argentina. Namun tidak semua negara produsen jagung menjadi negara pengekspor. Pemerintah memutuskan untuk mengimpor jagung sebanyak 2,4 juta ton untuk kebutuhan pakan ternak pada 2016. Impor itu akan direalisasikan secara bertahap sebanyak 200 ribu ton setiap bulan. Impor tahun depan hanya mencapai 30% dari total kebutuhan jagung nasional yang mencapai 8,6 juta ton per tahun atau sekitar 665 ribu ton per bulan.Di Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan ke 3 setelah gandum dan padi. Negara pesaing utama Indonesia dalam merebut pasar ekspor adalah adalah Amerika Serikat dan Argentina. Impor jagung bahkan mencapai 182 ribu ton atau US$ 53,7 juta. Selama Januari-September, total impor tercatat sebesar 2 juta ton atau US$ 578,1 juta.Asal dari jagung impor tersebut berbeda-beda. Brasil merupakan negara terbesar dalam memasok jagung. Tercatat di bulan September volume impor mencapai 40.080 ton atau US$ 11,6 juta.Kemudian adalah Argentina dengan 34.039 ton atau US$ 10,7 juta, India 36.470 ton atau US$ 11,2 juta, Thailand 82 ton atau US$ 171 ribu dan negara lainnya sebesar 229 ton atau US$ 163 ribu.Menurut data bahwa harga jagung berjangka untuk kontrak pengiriman bulan Juli 2012 tampak mengalami kenaikan sebesar 4 sen dan ditutup pada posisi 5.98 dolar per bushel. Sedangkan harga jagung berjangka untuk kontrak pengiriman bulan September tampak mengalami peningkatan 8 sen dan ditutup pada posisi 5.51 dolar per bushel. Untuk produksi jagung terbesar di Indonesia terjadi di Pulau Jawa yakni Jawa Timur, Jawa Tengah masing-masing lima juta ton per tahun, setelah itu menyusul beberapa daerah di Sumatra antara lain Medan dan Lampung, sehingga produksi jagung Indonesia mencapai 16 juta ton per tahun.Di Indonesia daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung di Indonesia adalah, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, D.I. Yogyakarta, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur dan Maluku. Khususnya di Daerah Jawa Timur dan Madura, budidaya tanaman jagung dilakukan secara intensif karena kondisi tanah dan iklimnya sangat mendukung untuk pertumbuhannya. Di Indonesia pada tahun 2004 produksinya baru 11,225 juta ton, pada 2005 meningkat menjadi 12,52 juta ton. Dan prediksi untuk tahun 2006 diperkirakan 12,13 Juta ton.
Apabila dilihat dari kondisi lahan, iklim serta kapasitas produksinya Indonesia cukup mampu didalam peningkatan agribisnis jagung untuk memenuhi permintaan daripada konsumen domestik dan Internasional. Dalam hal ini bagaimana sttrategi dan pelaksanaan pertanian yang digalakkan dengan integritas dan pemanfaatan lahan serta budidaya dan pertumbuhannya. Menurut survey dan pencatatan USDA, Departemen Pertanian, USA tahun 2005 stoknya masih 122,6 juta ton. Namun, sampai Oktober 2006 yang lalu tinggal 88,1 juta ton. Berdasarkan data analisa bahwa produksi jagung dalam negeri memang belum mampu mencukupi kebutuhan bahan baku industri pakan ternak, untuk itulah dengan berbagai upaya dalam memenuhi permintaan konsumen agribisnis jagung ini, Pemerintah Indonesia telah mencanangkan swasembada jagung pada 2007, dengan target produksi 15 juta ton dikarenakan kebutuhan konsumsi dan industri pakan ternak yang melonjak. Diharapkan dalam pencanangan swasembada agribisnis jagung 2007 dapat berjalan dengan baik sesuai dengan mutu bibit tanaman jagung yang berkualitas didalam pengembangannya. Dimana dengan terbatasnya persediaan jagung dunia untuk ekspor dan meningkatnya permintaan etanol baik di Amerika, China dan berbagai negara berpotensi menciptakan ekspektasi kenaikan harga jagung di pasar dunia untuk beberapa tahun ke depan, Indonesia diharapkan dapat mampu menangkap peluang pasar ini menjadi salah satu acuan untuk mencari celah pasar kebutuhan konsumen di pasar dunia. (Berbagai sumber terkait, vizbiz, data diolah F. Hero K P)