Wednesday, May 5, 2021

Peluang Ekspor Tanaman Hias di Era Pandemi


Potensi tanaman hias saat ini menjadi hobi baru yang lahir di tengah masa pandemi Covid-19. Hal ini bukan menjadi tanpa alasan, kegiatan ini juga menjadi solusi untuk menghilangkan stress, serta menjadi peluang bisnis. Berdasarkan data bahwa Trend ini turut meningkatkan permintaan ekspor tanaman hias Indonesia. Hingga pertengahan tahun 2020, nilai ekspor bunga tercatat sebesar US$ 2,1 juta, bibit bunga US$ 1,9 juta, dan tanaman hias US$ 967,5 ribu. Total ketiganya menyumbang 0,29% terhadap seluruh ekspor pertanian. Pada periode Maret hingga Oktober 2020 jumlah ekspor tanaman hias Indonesia meningkat hingga 40% dibandingkan tahun sebelumnya. Negara kita memiliki lahan yang sangat luas, hal ini sangat mendorong kita untuk mengembangkan usaha Tanaman Hias. Nilai ekspor tanaman hias pada 2010 mencapai USD9,042 juta dengan volume 4.293 ton. Sementara itu untuk tahun 2009 mencapai USD7,717 juta dengan volume 5.111 ton, dan 2008 mencapai USD6,717 juta dengan volume 3.225 ton. Berdasarkan data nilai ekspor tanaman hias nasional masih sangat kecil dibandingkan nilai perdagangan tanaman hias dunia yang sudah lebih dari US$ 90 miliar. Indonesia memiliki potensi yang cukup besar mengingat keanekaragaman yang dimiliki. Dari jenis bunga anggrek saja sekitar 40% dari 25.000 jenis anggrek di dunia terdapat di Indonesia. Selain itu ditunjang oleh letak geografis Indonesia yang sangat mendukung pemasaran tanaman hias ke pasar dunia seperti Singapura, Taiwan, Hongkong, Jepang dan RRC. Untuk komoditas tanaman hias harus menguasai perilaku pasar dan trend terhadap tanaman. Ada beberapa hal yang terkait dalam masalah ini yaitu:

1) Perilaku pasar sangat dinamis sehingga memaksa kita untuk tetap

proaktif mengikutinya.

2) Data dan Informasi untuk Tanaman Hias, perlu sosialisasi antar

sesama pelaku pasar sejenis.

3) Trend masyarakat terhadap tanaman cepat berubah.

4) Channel Distribution didalam pengembangan pasar Tanaman Hias.

Perilaku pasar terhadap tanaman hias, terbukti cepat berubah karena hal ini terkait dengan selera konsumen, informasi tentang manfaatnya dan harga pasaran. Sebagai contoh periode tahun 2004-2005 trend masyarakat terhadap bunga adenium. Salah satu contoh pada saat sekarang ini adalah bunga adenium karena keindahan bunganya yang bermacam-macam warna, dapat menarik perhatian masyarakat hobis dan bunga ini sangat laku dengan harga yang cukup mahal. Akibatnya banyak pengusaha tanaman hias yang memanfaatkan untuk membuat bibit adenium secara besar-besaran dengan mendatangkan jenis-jenis baru dari luar negeri sebagai pohon induk. Selang beberapa saat banyak bermunculan tanaman hias yang berdaun indah yaitu aglonema, maka trend masyarakat beralih pada tanaman ini. Aglaonema dapat menarik perhatian para hobis dan harga tiap daunnya dapat mencapai ratusan ribu rupiah bahkan jutaan rupiah. Tetapi setelah ada informasi tentang sansiviera atau lidah mertua yang berdasarkan hasil penelitian dapat menyerap palutan di udara maka tanaman ini banyak diminati masyarakat untuk dijadikan penghias taman ataupun di dalam rumah sebagai tanaman indoor. Terkait trend masyarakat yang cepat berubah sehingga perlunya sosialisasi antar sesama pelaku pasar tanaman hias. Budidaya tanaman hias, menuntut penanganan yang spesifik dan berbeda-beda. Oleh karena itu usaha agribisnis tanaman hias ini, akan lebih baik bila dikelola dalam suatu lembaga khusus dan secara berkelompok. Keanekaragaman anggrek Indonesia yang memiliki berbagai jenis dan ragamnya. Salah satu keunikan adalah Anggrek Hitam atau Black Orchid, karena pada lidahnya terdapat warna hitam. Coelogyne pandurata Lindley tersebar di Kalimantan, Irian Jaya, Sumatra, Malaysia, dan di Philipina di Mindanao,Luzon dan pulau Samar. Pada umumnya tumbuh pada pohon tua, didekat pantai atau di daerah rawa dataran rendah yang cukup panas. Prioritas bagi komoditas tanaman hias yang dikembangkan adalah, tanaman hias unggulan yang dinilai mempunyai prospek pasar dan nilai ekonomi yang tinggi. (Berbagai sumber terkait data)