Wednesday, December 3, 2008

Tantangan Menghadapi Revolusi Krisis Global

Dengan berawalnya Krisis dari gagal bayar subprime mortgage yang menyembabkan bankrutnya bank investasi Lehman Brother's, lalu merembet ke pasar modal yaitu anjloknya harga saham perusahaan yang berhubungan dengan subprime mortgage, lalu meluas pada perusahaan yang berhubungan dengan mortgage dan akhirnya meluas ke seluruh bidang. Kemudian, Krisis di pasar modal segera merembet ke pasar uang karena di berbagai tempat orang sibuk mencairkan surat-surat berharga yang mereka miliki sebagai upaya untuk memotong kerugian lebih lanjut. Dalam industri subprime mortgage membuka peluang orang-orang yang tadinya tidak bisa membeli rumah menjadi bisa membeli rumah. Pada tahun 2004, 2005, dan 2006, persentase subprime mortgage adalah 23.8%, 25.5%, dan 22.8% dari total pemberian pinjaman mortgage pertahunnya. (sumber: LoanPerformance estimates). Dengan disebabkannnya resiko subprime mortage yang lebih tinggi, maka bunga yang dikenakan kepada peminjam juga lebih tinggi. Sekarang Anda bayangkan: orang yang lebih susah membayar hutang harus membayar bunga yang lebih tinggi. Maret tahun 2000 adalah awal dari runtuhnya saham-saham teknologi: burst of internet bubble. Untuk mengurangi resiko resesi, bank sentral Amerika menurunkan target suku bunga secara agresif. Dengan suku bunga bank sentral yang rendah, maka suku bunga mortgage juga rendah. Tak heran bila mortgage terus meningkat, semakin banyak rumah dibangun. Dari tahun 2001 sampai akhir 2005, proporsi aset mortgage dari aset bank komersial terus meningkat. Tak heran jika pada periode tersebut tingkat pembangunan rumah di Amerika Serikat juga meningkat pesat: housing boom. Dalam kondisi suku bunga yang rendah dan harga rumah yang terus naik, pemberi mortgage seolah melupakan resiko gagal bayar peminjam subprime mortgage. Persaingan yang ketat, berbagai strategi marketing pun dilancarkan. Salah satunya adalah 2/28, artinya : bunga yang harus dibayar peminjam selama 2 tahun pertama sangat rendah dan setelahnya (mungkin sampai 28 tahun) bunga yang dibayar langsung melonjak naik. Jadi bunganya di-reset setelah tahun ke-2. Dengan iming-iming bunga rendah selama 2 tahun pertama, banyak orang yang mengambil mortgage. Dengan harga rumah yang terus naik, ada harapan sebelum tahun ke-2 rumah bisa dijual untuk membayar sisa mortgage. Melemahnya nilai matauang negara-negara lain ini adalah sebagai akibat dari menurunnya volume perdagangan dunia akibat menurunnya daya-beli masyarakat AS yang merupakan sepertiga volume perdagangan dunia, ekspor produk dan jasa dari negara-negara ini juga ikut menurun, dengan akibat berkurangnya cash-flow Dollar AS di negara-negara lain itu. Ini memicu kepanikan masyarakat untuk membeli Dollar AS di negara-negara lain untuk dip[akai sebagai simpanan, akibatnya matauang negara-negara lain itu juga melemah terhadap Dollar AS. Jepang sebagai negara Industri besar masih mampu memproduksi barang dan jasa untuk diekspor sebagain besarnya ke negara-negara lain diluar AS, sehingga matauang Yen masih tetap kuat karena masih dibutuhkan. (Sources: Strategi Nasional)
Secara logika, seharusnya matauang Dollar AS yang melemah, sebab terjadi penambahan kertas-kertas uang Dollar AS hasil pencetakan oleh Bank Sentral AS (The Fed) untuk meningkatkan liquiditas keuangan AS akibat Krisis Finansial 2008, dengan menyuntikkan uang itu kedalam sirkulasi uang di AS lebih dari US$1 Trilyun dalam waktu yang singkat, tanpa ada hasil produksi barang dan jasa apapun, atau jaminan cadangan lempengan-lempengan logam emas di Kas The Fed! Suntikan dana liquiditas di AS itu tidak lebih dari mencetak lembar-lembar kertas Dollar AS dari percetakan The Fed! Namun adanya berita akan merebaknya Krisis Finansial 2008 ke negara-negara lain itu saja sudah mampu merontokkan harga saham di Pasar-pasar Modal negara-negara lain, dengan akibat kerugian besar para pemegang saham-saham itu, tanpa ada transaksi perdagangan apapun, sebab semuanya dihitung memakai matauang Dollar AS! Ini makin menimbulkan kepanikan para pemilik modal untuk segera menjual saham-saham mereka, sehingga memicu reaksi berantai untuk menurunkan nilai asset perusahaan-perusahaan lokal. Dampak berikutnya adalah melemahnya matauang negara-negara lain diluar AS akibat digunakannya matauang Dollar AS sebagai referensi harga dan perdagangan saham dan perdagangan Internasional.
Pemerintahan Presiden SBY yang menyarankan agar masyarakat Indonesia jangan panik dengan melakukan pelepasan saham-saham mereka di Pasar Modal lokal, serta menimbun Dollar AS. Tetapi tanpa ada penjelasan yang logis dan rasional mengapa kita harus tidak panik, sebab yang krisis Finansial adalah Amerika Serikat, mengapa kita harus ikut-ikutan krisis? Ekspor Indonesia ke AS hanyalah bagian kecil dari ekspor nasional Indonesia. (Sources: Berbagai sumber terkait).
Dan sekarang bagaimana kita menyinggapi situasi dalam mengatasi rentetan kesulitan diberbagai negara? Tetntunya diperlukan suatu strategi nasional ditiap negara dengan mengkonsepkan suatu strategi stabilitas perekonomian yang dinamis untuk mengatasi krisis global ini. Dalam konteks Krisis Global ini ada sedikitnya dua langkah strategis yang bisa diusulkan, yaitu demand pull strategy dan supply push strategy. Demand pull strategy mencakup strategi perkuatan sisi permintaan, yang bisa dilakukan dengan perbaikan iklim
bisnis, fasilitasi mendapatkan HAKI (paten), fasilitasi pemasaran domestik dan luar
negeri, dan menyediakan peluang pasar.

Tuesday, November 11, 2008

Harga Karet Perkembangannya di Pasar Internasional

Harga Karet perkembanganya di pasaran internasional mengalami penurunan harga karena pasokan dari Indonesia, Malaysia, dan Thailand kembali normal. Menurut data yang diperoleh bahwa harga karet menyentuh harga terendah sebesar USD277,96, per kilogram turun USD47,78 per kg. Sebelumnya, karet sempat mencapai harga tertinggi sebesar USD325,74 per kg. "Menguatnya mata uang Amerika Serikat (AS) berpengaruh terhadap harga komoditas termasuk juga harga karet. Indonesia menjadi negara kedua sebagai produsen karet terbesar di dunia setelah Thailand, yang produksinya tahun lalu mencapai 2,97 juta ton.
Untuk total impor karet alam China untuk periode Januari-Juli 2008 mencapai 963.457 ton atau meningkat11,41 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2007.Dengan pertumbuhan produksi sebesar 5% per tahun, maka Indonesia bisa menjadi negara produsen terbesar di dunia pada 2015. Hal itu didukung oleh kondisi geografis Indonesia di lintas khatulistiwa yang cocok untuk tanaman karet.
Sementara itu, tren produksi karet Thailand menurun. Produksi 2007 Thailand sebesar 5,3% lebih rendah dibandingkan dengan 2006 yang mencapai 3,13 juta ton. Produksi karet di Malaysia, pun turun sebesar 5,4% pada 2007 menjadi 1,21 juta ton dari sebelumnya 1,28 juta ton. Pada saat ini, Indonesia menguasai sekitar 28% produksi karet dunia, yang produksinya sebagian besar diekspor ke Amerika Serikat, Jepang, China, Singapura, Korea Selatan, Jerman, dan Kanada. (Sumber data NewsPaper and Related Materials, BPS, data diolah oleh F. Hero K. Purba

Wednesday, October 15, 2008

Dampak Pengaruh Krisis Ekonomi Global “The effect of Economic Crisis 2008”

Dengan adanya dampak dari kredit macet di negara Asia jauh lebih kecil dari negara Eropa dan AS namun demikian negara Asia belum bisa bernapas lega, karena sejak tahun 1997 yakni sejak krisis Asia, perusahaan keuangan Asia beralih ke tangan AS maupun Eropa sehingga dengan terpuruknya perekonomian AS maka dengan sendirinya perusahaan AS di Asia akan terkena imbasnya. Pengaruh krisis keuangan yang bermuara dari subprime mortgages di Amerika Serikat (AS) terhadap Indonesia belum ter - lalu dirasakan. Dampak yang ada sebatas gejolak di pasar uang domestik, seperti melemahnya indeks harga saham gabungan (IHSG) dan kurs rupiah, yang itu pun temporer. Selama Mei-September 2007, IHSG dan kurs rupiah sempat melemah dan mengalami rebound menjelang akhir tahun. Namun, beberapa minggu terakhir, baik IHSG maupun kurs ru piah, kembali melemah. gejala globalisasi pasar dunia yang dipengaruhi langsung oleh berbagai kebijakan liberalisasi perdagangan dan investasi di Asia Pasifik, banyak membuka kesempatan berusaha bagi produsen domestik dan investor modal asing. Meluasnya jaringan organisasi dan komunikasi perusahaan global beberapa tahun sebelum terjadinya krisis perekonomian dunia, terbukti telah memberikan berbagai kesempatan berusaha bagi perusahaan-perusahaan swasta domestik di Indonesia dalam bentuk kerjasama usaha patungan (joint ventures) dan waralaba (franchising).Tetapi sebaliknya kita saksikan bagaimana perubahan lingkungan eksternal yang berjalan dengan sangat cepatnya, seperti kejadian penyerangan gedung kembar World Trade Center dan serbuan militer Amerika Serikat ke Irak, kemudian dalam sekejap memporak-porandakan keunggulan bersaing satu negara dalam pola perdagangan antar bangsa di dunia. Pengaruh buruk dampak lingkungan eksternal kadang-kadang bersifat terselubung, dan dengan kejamnya merenggut kedudukan keunggulan persaingan beberapa perusahaan domestik yang berskala kecil dan menengah.
Dengan melihat kondisi pasar Indoneis, Sentimen negatif yang melanda pasar keuangan Indonesia sebagai dampak dari krisis ekonomi global, membuat investor asing buru-buru menarik dananya dari berbagai portofolio surat berharga di Indonesia. Inilah yang menyebabkan rupiah mengalami depresiasi yang sangat tinggi dalam beberapa minggu terakhir. Bahkan beberapa hari lalu, rupiah sempat menembus level Rp 10.000.

Data Bank Indonesia memperlihatkan, pembalikan dana atau net outflows dari pasar keuangan Indonesia baik melalui SBI, SUN dan pasar saham mencapai US$ 1,9 miliar. Ini menunjukkan bahwa net beli asing pada SBI, SUN dan pasar saham lebih kecil dibandingkan dengan dana-dana yang dibawa ke luar negeri.Kebanyakan investor asing lebih suka mengoleksi SUN daripada SBI dan saham, karena yield yang ditawarkan lebih tinggi serta tanpa risiko. Selama kuartal ketiga, arus dana asing yang masuk ke SUN meningkat sebesar Rp 10,13 triliun atau setara dengan US$ 1,11 miliar.Dengan demikian, total kepemilikan asing pada SUN naik menjadi sebesar Rp 104,23 triliun atau setara dengan US$ 11,15 miliar. Bila ditotal dengan kepemilikan asing pada SBI, maka penempatan asing mencapai Rp 124,6 triliun atau US$ 13,33 miliar. Sedangkan kepemilikan asing pada saham atau net beli, perlahan-lahan menunjukkan penurunan juga menjadi Rp 2,16 triliun atau sebesar US$ 230,35 juta.

Pembalikan dana tersebut, secara tidak langsung menurunkan posisi cadangan devisa menjadi sebesar US$ 57,1 miliar atau setara dengan 4,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah pada akhir September 2008. Padahal pada akhir kuartal dua yang lalu masih ada sekitar US$ 59,45 miliar. itu artinya, selama satu kuartal terjadi penurunan cadangan devisa sebesar US$ 2,35 miliar. (Sumber Kontan Newpaper, Other Resources Material, Data process by, Frans Hero K. Purba)

Wednesday, October 8, 2008

Keadaan Ekonomi dunia dengan ada Krisis Pasar Modal dan Financial bubble" & Economic Bubble 2008

Dengan diketahuinya nama-nama besar seperti Lehman Brothers, American International Group (AIG), Merril Lynch, Goldman Sach sudah lempar handuk. Wall Street yang selama ini dikenal dunia sebagai simbol kedigdayaan ekonomi kapitalis dan suksesnya ekonomi pasar bebas, kini, tak berdaya. Tanpa bailout pemerintah, krisis keuangan yang menimpa Wall Street tidak hanya melumpuhkan ekonomi AS, juga menyeret ekonomi dunia ke dalam resesi. Kondisi ekonomi AS saat ini ditandai inflasi tinggi, pertumbuhan ekonomi yang melambat, angka pengangguran yang melonjak, serta defisit bujet dan defisit neraca pembayaran yang terus membengkak. Krisis subprime mortgage mengakibatkan ketatnya likuiditas dan bangkrutnya perusahaan yang bergerak di sektor keuangan, serta ambruknya harga saham dan surat utang di Wall Street.
Sejak beberapa kuartal terakhir telah terjadi peningkatan modal jangka pendek (hot money) yang luar biasa ke kawasan Asia Timur. Perkembangan ini dinilai banyak negara, seperti Korea Selatan, Thailand, dan China, cukup mengkhawatirkan.Alasannya, aliran hot money telah mengakibatkan mata uang mereka terlalu kuat sehingga mengganggu kinerja ekspor.Negara-negara tersebut segera mengambil langkah untuk memperlemah nilai tukarnya, termasuk meredam overheating, menaikkan pajak transaksi di pasar modal dan pasar uang, untuk mengempeskan financial bubble dan property bubble yang berlebihan.Perlu diingat, sepuluh tahun lalu Indonesia terseret gelombang krisis jauh lebih dalam dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya karena struktur ekonomi yang rapuh.Terlalu menyederhanakan masalah bila saat ini tim ekonomi pemerintah menganggap Indonesia lebih kuat menghadapi ancaman krisis hanya karena alasan aliran dana dari luar telah dicatat dengan baik dan transparan dibandingkan sepuluh tahun lalu.Sebagaimana negara-negara Asia lainnya, saat ini Indonesia juga mengalami financial bubble. Namun, respons yang diambil sangat berbeda. Pemerintah Indonesia tidak mengakui adanya financial bubble sehingga tidak ada respons kebijakan optimal untuk mengurangi potensi bahaya. Padahal, indikasi bubble dan rapuhnya struktur ekonomi sudah cukup banyak. Pertama, Indonesia paling rentan terhadap krisis karena peningkatan ekspor dan cadangan devisa lebih banyak ditopang oleh kenaikan harga komoditas dan aliran hot money. Sangat berbeda dengan negara Asia Timur lainnya yang mengalami kenaikan ekspor dan cadangan devisa dari kenaikan produktivitas dan volume ekspor.Kedua, pelaksanaan regulasi legal lending limit belum betul- betul efektif. Data kami menunjukkan telah kembali terjadi peningkatan group lending dan pembiayaan di sektor properti yang berlebihan. Hal tersebut sangat rentan terhadap potensi peningkatan kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) perbankan.Ketiga, terjadi pertumbuhan semu di sektor perbankan. Saat ini net interest margin (NIM) perbankan sangat tinggi (6 persen), paling tinggi di dunia. Padahal, pertumbuhan kredit masih sangat rendah dan kredit yang tak dicairkan sangat tinggi (26,8 persen di sektor manufaktur).Ini menunjukkan bahwa NIM yang tinggi tersebut terutama diakibatkan oleh penerimaan bank dari bunga rekap dan investasi besar-besaran di instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Utang Negara (SUN) atau Surat Perbendaharaan Negara (SPN), bukan akibat membaiknya kinerja sektor riil.Kesehatan bank juga belum sepenuhnya pulih. Banyak bank membukukan peningkatan profit yang tidak sebanding dengan pertumbuhan kredit. Ini terjadi karena bank tetap menjadi pasien negara yang masih terus diinfus lewat bunga bank rekap, SBI, dan SUN. Kredit konsumsi tumbuh lebih cepat dibandingkan kredit modal kerja dan investasi. Bila porsi kredit konsumsi pada tahun 2000 hanya sebesar 15 persen, saat ini telah melonjak hampir dua kali lipat menjadi 29 persen. Tambahan pula, saat ini mulai terjadi peningkatan kredit macet di sektor konsumsi akibat rendahnya daya beli.Keempat, sektor riil, seperti manufaktur, mengalami perlambatan pertumbuhan. Manufaktur yang biasanya menjadi lokomotif pertumbuhan saat ini justru tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan ekonomi.Sementara itu, kinerja sektor finansial dan pasar uang sangat luar biasa, padahal kenaikan indikator fundamental tidak mendukung. Terjadi gap yang semakin tinggi antara harga asset finansial dan faktor fundamental pendukungnya.Kelima, telah terjadi property bubbles. Seperti diketahui, empat tahun terakhir pertumbuhan pasok properti cukup tinggi, baik residensial maupun bisnis. Sementara permintaannya masih rendah akibat belum pulihnya daya beli masyarakat dan tidak adanya investasi baru yang signifikan.Akibatnya, terjadi kelebihan pasok yang mengancam kredit macet di sektor properti yang cukup besar (Kompas, 24 Mei 2007, "Ribuan Kios di Pertokoan Hayam Wuruk-Kota Kosong"). Cepat atau lambat financial bubble pasti akan mengalami koreksi. Alan Greenspan, mantan pemimpin Bank Sentral AS, telah mengingatkan kemungkinan akan terjadinya koreksi ekonomi dunia sebesar sepertiganya. (Sumber terkait Kompas News Paper other related material, data di olah oleh Frans Hero K. Purba)

Thursday, September 18, 2008

Bagaimana Perkembangan Pasar Modal Dunia akan Kerugian dan runtuhnya Perusahaan Besar Lehman Brothers memberikan dampak pada Pasar Modal Dunia.

Dengan runtuhnya perusahaan besar Lehman Brother memberikan suatu dampak bagi Pasar Modal Dunia. Menurut Sumber data dari New York, pada hari Senin 15 September 2008 - Wall Street kembali dilanda ”badai” keuangan. Setelah dihantam kredit perumahan berisiko tinggi (subprime mortgage), perusahaan sekuritas terbesar keempat di AS, Lehman Brothers, tidak dapat memikul kerugian besar akibat subprime mortgage dan menderita kebangkrutan. Krisis subprime mortgage AS kembali menelan korban. Setelah Bear Stearns, Northern Rock, Fannie Mae, dan Freddie Mac, kini giliran Lehman Brothers yang terpaksa meminta perlindungan kebangkrutan menurut Pasal 11 (Chapter 11), yang diajukan pada Senin (15/9). Bagaimana hal ini terjadi keadaan yang dihadapi Lehman Brothers saat ini agak berbeda dari enam bulan lalu saat Bear Stearns kolaps. Pada kasus Lehman sekarang ini, pasar finansial telah bersiap menghadapi masa krisis yang lebih panjang dan persiapan yang lebih matang pula. Ini menjadi suatu tanda Tanya besar mengapa Lehman Brother sebagai perusahaan termuka bias terpuruk dan mempengatuhi pasar modal dunia.
Bank investasi juga telah diizinkan mendapatkan pinjaman darurat langsung dari The Fed. Bank sentral memberikan akses yang sama ke perusahaan sekuritas seperti akses yang diterima oleh perbankan. Dukungan khusus seperti itu tidak didapatkan pada Maret lalu ketika Bear Stearns terlilit kesulitan.
Saat ini, para bankir dan pejabat pemerintah juga berusaha keras mengatasi masalah itu menjadi agenda yang lebih luas, termasuk masalah pada American International Group (AIG) dan Washington Mutual (WaMu), demikian dijelaskan oleh beberapa pejabat yang terlibat dalam pembicaraan tersebut. Bagi banyak orang, Lehman Brothers merupakan bank yang tidak layak mati. Bank itu tidak memiliki masalah likuiditas seperti yang dihadapi oleh Bear Stearns; tidak juga memiliki banyak tagihan utang seperti Fannie Mae; atau ketidakpastian hukum dan politik seperti yang dialami Northern Rock. Lehman memiliki sejarah 150 tahun sebelum terjadi Perang Saudara. Agustus 2007, Lehman menutup pemberi pinjaman subprime-nya, BNC Mortgage. Tahun 2008, Lehman terus mengalami kerugian karena surat utang berisiko tinggi yang sudah merebak pada tahun 2007. Lehman Brothers mengumumkan angka kerugian terbesar dalam sejarah, dan para investor tetap tidak yakin akan kemampuan bank itu untuk memperkuat permodalannya. Lehman Brothers mengatakan, lembaga itu merugi sebesar $3,9 miliar antara Juni dan Agustus, dan ini mengantar kerugiannya mencapai $6,6 milyar tahun ini. Kebangkrutan Lehman Brothers berdampak langsung kepada pasar finansial dalam jangka pendek," ujar Kepala Ekonom Danareksa Research Institute (DRI) Purbaya Yudhi Sadewa di Jakarta. Di pasar Asia lainnya,bursa saham Taiwan ditutup melemah 4,09 persen,Filipina 4,2 persen, dan Singapura 3,27 persen. Beberapa bursa seperti Tokyo, Hong Kong, Shanghai,dan Seoul tidak melakukan aktivitas perdagangan lantaran libur. Sementara itu, bursa saham Eropa melemah hingga 5 persen pada perdagangan siang hari.Kebangkrutan Lehman Brothers memberikan sentimen negatif terhadap harga saham perbankan di Eropa. Di London, harga saham grup perbankan HBOS jatuh hingga 20,2 persen, sedangkanBarclaysmelemah 10,8 persen. Di Jerman,Commerzbank anjlok 11,7 persen dan Deutsche Bank jatuh 8,24 persen. "Kebangkrutan Lehman Brothers telah memengaruhi pasar keuangan global. Investor khawatir karena sebelumnya bank ini diperkirakan terlalu besar untuk jatuh," ujar ekonom Global Insight Howard Archer. Pasar saham AS dibuka melemah tajam, pagi waktu setempat, sebagai respons atas kebangkrutan Lehman Brothers.Dow Jones Industrial Average (DJIA) tumbang 2,53 persen beberapa saat setelah pembukaan pasar. BankinvestasiraksasaLehman Brothers telah menjadi korban berikutnya dari krisis kredit macet di AS.Kejadian ini mengejutkan lantaran belum lama ini Pemerintah AS terpaksa mengambil alih raksasa pembiayaan perumahan Fannie Mae dan Freddie Mac untuk memperbaiki sistem finansial perumahan di negeri itu. Kini,giliran bank investasi Lehman Brothers yang menjadi korban. Dalam penjelasannya, bank yang sudah berusia 158 tahun itu mengajukan kebangkrutan demi melindungi aset dan memaksimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham.Kebangkrutan ini adalah yang terbesar dalam sejarah AS Lehman mencatat kerugian sekitar USD3,9 miliar pada triwulan III/2008 menyusul beberapa kejadian penghapusan buku pada aset kredit perumahan yang dipegang perusahaan itu. Aset piutang berbasis kredit tersebut terpaksa dihapuskan dari laporan keuangan karena gagal ditagih akibat memburuknya kredit macet. Bank investasi terbesar keempat AS ini menyampaikan formulir kebangkrutan kepada United States Bankruptcy Court for the Southern District of New York pada Senin (15/9) waktu setempat. Lehman Brothers gagal mendapatkan pembeli sebagai investor baru.Keputusan ini sekaligus menjadi akhir dramatis dari pertemuan tiga hari berturut-turut yang digelar para bankir, Bank Sentral AS, dan Departemen Keuangan AS. Langkah Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) menyelamatkan American International Group (AIG) belum cukup untuk mengembalikan kepercayaan pasar. Bursa saham global masih limbung, meski The Fed telah menyuntikkan dana hingga USD85 miliar (Rp800 triliun) kepada AIG. Bursa di Amerika Serikat (AS) turun tajam pada sesi awal pembukaan Rabu (17/9) waktu setempat, atau tadi malam WIB.
Pada 10 menit pertama perdagangan,Dow Jones Industrial Average merosot 155,92 poin (1,41 persen) menjadi 10.903,10 dan Nasdaq kehilangan 36,30 poin (1,64 persen) menjadi 2.171,60. Pelaku pasar memperkirakan langkah penyelamatan AIG hanya berdampak sementara. Patrick O'Hare di Briefing.com menyatakan,aksi the Fed itu tidak terlalu tepat. Saham-saham di Eropa juga merosot dalam perdagangan siang kemarin.Bursa Eropa cukup merasakan pukulan telak akibat krisis tersebut. Indeks FTSEurofirst turun 0,12 persen pada 1.088,84. Perdagangan dalam sesi itu masih rawan dengan rata-rata penurunan 0,9 persen hingga menguat 1,8 persen. Saham-saham perbankan seperti HSBC, UniCredit,Royal Bank of Scotland, dan UBS turun antara 2,2 persen dan 5,5 persen.(Sumber” OK Zone.com) Mortgage lender terbesar di Inggris, HBOS Plc, ikut terkena imbas krisis itu dan sedang dalam proses penjualan. Saham-saham HBOS telah merosot dalam enam hari terakhir secara berturut-turut setelah berita adanya perundingan merger dengan Lloyds TSB. Bursa Shanghai juga naik 3 persen setelah pengumuman bahwa dua lender dari China memiliki puluhan juta dolar di Lehman Brother. Sydney juga menguat pada saat pembukaan, namun turun 0,6 persen pada saat penutupan. Di Jakarta, indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali ditutup menguat 34,258 poin (1,974 persen) menjadi 1.769,894. Saham sektor industri dan pertambangan mengalami penguatan terbesar masingmasing 4,071 persen, 3,537 persen, dan 3,504 persen. Adapun sektor perkebunan ditutup melemah 1,138 persen. Bagaimana kita menyingkapi hal ini bila terjadi efek yang sangat besar untuk kebangkrutan sebuah perusahaan ternama didunia? Tentunya kita memiliki strategi khusus dalam persaingan pasar modal.
Menurut Sumber BEI dan pengamatan atau monitoring tidak hanya atas saham yang menjadi sasaran investasi, tapi juga terhadap saham-saham lain, bahkan kondisi pasar serta informasi yang terkait dengan investasi itu. Monitoring yang cukup serius dan terus-menerus itu perlu dilakukan agar investor selalu mendapat kesempatan pertama dalam menerima informasi. Kecepatan menerima informasi ini, merupakan peluang memperoleh pendapatan dan keuntungan di pasar modal. Sehingga dalam investasi di pasar modal sedikitnya terdapat 8 (delapan) strategi yang paling sederhana, dan hampir seluruh investor menerapkannya. Ke delapan strategi yang biasa dilakukan investor itu antara lain: 1. Beli di Pasar Perdana, Jual Begitu Masuk di Pasar SekunderStrategi ini digunakan karena adanya keyakinan investor bahwa harga akan naik begitu suatu saham dicatatkan di bursa efek. Hal ini dilandasi dengan asumsi bahwa underwriter tidak akan membiarkan harga jatuh pada minggu pertama di pasar sekunder. Dalam strategi membeli di pasar perdana dan menjual di pasar sekunder ini banyak sudah contoh yang bisa diambil. Kendati anggapan bahwa underwriter tidak membiarkan harga akan jatuh pada hari-hari pertama di pasar sekunder, ada benarnya juga tapi dalam menerapkan strategi ini investor juga tetap berpedoman pada harga saham yang akan dilepas dengan harga saham sejenis yang sudah tercatat. Perbandingan harga ini perlu menjadi perhatian, karena bisa saja harga saham IPO lebih rendah ketimbang saham yang sudah tercatat atau sebaliknya. Untuk itu, investor perlu membandingkan harga dengan pendapatan kedua saham tersebut yang akan dilepas dengan saham yang sudah tercatat. Kendati tidak selamanya benar, tapi banyak pelaku pasar yang beranggapan bahwa strategi membeli di perdana dan jual di sekunder ini cocok bila diterapkan pada waktu pasar sedang bullish (harga-harga saham di pasar sekunder sedang naik).2. Strategi Beli dan Simpan (Buy and Hold):Strategi ini digunakan oleh investor karena berkeyakinan bahwa suatu perusahaan akan berkembang selama jangka panjang, misalnya perusahaan yang produknya sangat strategis. Umumnya strategi ini juga cocok digunakan pada saat harga mencapai titik terendah atau umumnya pasar sedang bearish (harga-harga saham sangat rendah). 3. Strategi Berpindah Strategi ini digunakan oleh investor yang aktif mengikuti perkembangan pasar. Tujuannya adalah memanfaatkan peluang kemungkinan naiknya harga saham lain dengan harapan pemodal tersebut memperoleh capital gain dalam waktu singkat. Dalam jangka panjang, strategi ini bertujuan mengubah jenis saham yang dimiliki, dengan harapan saham lain lebih prospektif. Strategi ini cocok digunakan pada saham-saham yang aktif diperdagangkan di bursa efek (likuid). 4. Strategi Mengurangi Kerugian (Cut Loss) Strategi ini digunakan untuk mengurangi kerugian atas pembelian saham yaitu dengan cara menjual saham yang sebelumnya dimiliki dan mengganti dengan saham lain (berpindah), cara lainnya yaitu dengan membeli saham sejenis seperti yang dipegang sebelumnya pada waktu harganya rendah dan melepaskannya kembali pada waktu harganya naik. Sehingga kerugian pada saat membeli diwaktu harga tinggi dapat dikurangi (cut loss). 5. Membeli Saham-saham Tidur: Strategi membeli saham-saham tidur maksudnya membeli saham-saham yang tidak aktif, karena biasanya saham-saham yang tidak aktif sering luput dari perhatian orang banyak, sehingga cenderung harganya murah. Tipe pemodal yang sabar cocok membeli saham-saham yang tidak aktif tersebut, sebab pada umumnya potensi keuntungan pada saham yang demikian ini akan nampak dalam jangka waku yang lama. 6. Strategi Konsentrasi pada Industri Investor yang memusatkan perhatiannya pada perkembangan industri tertentu, karena lebih mengetahui kondisi, mekanisme kerja dari perusahaan yang berada pada industri tersebut, tren industri dan sebagainya. Strategi investasi dengan cara ini adalah memilih saham-saham yang terbaik pada industri tersebut. 7. Strategi Membeli Pasar:Seorang pemodal dikatakan melakukan strategi membeli pasar, apabila investor secara relatif proporsional ke dalam saham-saham yang ada di bursa efek, misalnya 50 persen jenis saham yang tecatat di bursa efek. Strategi ini mungkin kurang tepat bagi investor kecil, karena untuk melaksanakan strategi ini tentunya membutuhkan dana yang besar. 8. Strategi Membeli Melalui Reksa dana Strategi, ini dilakukan dengan mempercayakan pengelolaan dana yang dimiliki oleh investor kepada suatu lembaga yang disebut reksa dana. Reksa dana akan melakukan penyebaran investasi untuk mencapai tingkat keuntungan tertentu dan meminimumkan risiko.Namun semua itu bukan menjadi satu patokan atau keharusan strategi yang dilakukan oleh investor, karena semua kembali kepada karakter tingkat risiko yang dimiliki oleh para investor. Jadi dalam hal ini didalam suatu strategi pasar modal dan investasi harus diperhatikan kondisi ekonomi suatu negara dan faktor politik akan sangat mempengaruhi keinginan Investor untuk melakukan investasinya dan sekarang kendalanya dengan melihat kondisi perekonomian akibat damapak kenaikan BBM, bahan baku pangan faktor politic lain seperti pemilihan calon presiden dan kondisi fenomena alam akan juga memberikan pengaruh yang sangat kuat pada posisi ini. (Sumber-sumber terkait, dari News berita surat Khabar Harian dan sebagainya, data diolah oleh Frans Hero K Purba)

Monday, September 15, 2008

STRATEGI AGRIBISNIS DI ERA GLOBAL (STRATEGY AGRIBUSINESS IN ERA GLOBALIZATION)

Pada saat sekarang ini, dengan sistem yang ada kita semua dibuat sibuk dengan kenaikan harga bahan pangan di tingkat dunia. Hal ini terutama karena terfokus temporer masyarakat kita saat ini terhadap kenaikan harga bahan pangan konsumsi seperti kedelai, pemerintah didesak untuk segera menurunkan harga. Akibat kenaikan bahan bakar minyak memberikan efek yang dampaknya begitu besar pada kenaikan banhan pangan. Apa yang harus diperbuat dan strategi apa yang harus kita laksanakan? Dalam persiapan memasuki pasar bebas, agribisnis dan agroindustri merupakan salah satu prioritas yang perlu dikembangkan dalam pembangunan nasional, mengingat potensi sumberdaya alam Indonesia yang berlimpah. Selain daripada itu, selama masa krisis yang melanda perekonomian nasional, sektor pertanian masih tetap mampu bertahan terus. Sehingga dapat diprediksikan bahwa perekonomian nasional akan tetap tergantung pada sektor pertanian. Namun tanpa kita sadari bahwa produksi pertanian Indonesia yang berlimpah terkadang tidak dibarengi dengan penyedian pasar bagi produk pertanian.Ada empat strategi untuk meningkatkan daya saing produk dengan mutu tertentu didalam pengembangan agribisnis di Indonesia yaitu: ada 4 (empat) strategi dalam pengelolaan Corporate Farming, yaitu (a) Penetrasi pasar; (b) Pengembangan pasar; (c) Pengembangan produk; (d) Diversifikasi. Keempat strategi tersebut akan diimplementasikan secara simultan melalui pendekatan corporate dimana pengelolaannya berada dalam satu manajemen. Strategi (a), (b), dan (c) ditujukan untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk primer yang berarti peningkatan pendapatan bagi petani pemilik lahan dan pengembangan ekonomi pedesaan, sedangkan strategi (d) ditujukan untuk mendorong para petani penggarap tak berlahan untuk berkerja pada kegiatan lain melalui diversifikasi usaha baik horizontal maupun vertikal. Dengan strategi yang demikian dapat dihindari terjadinya proses involusi (pemiskinan) penduduk di lahan sawah karena tekanan penduduk menjadi berkurang, tetapi secara keseluruhan masyarakat di wilayah tersebut mengalami better-off. Yang kemudian perlu dilaksanakan yaitu dengan adanya Corporate Banking for Farmers /Bank Pertanian yang membangun pertanian yang bertujuan memberikan kredit kepada petani dan pelaku usaha agribisnis bidang pertanian yang mengalami kesulitan bila terjadi gagal panen ataupun permasalahannya sehingga terjamin tujuan dan maksud pengembangan usahanya. Kemudian yang ketiga adalah Corporate Groups of Farmers tujuannya adalah untuk group petani atau pelaku usaha yang bergerak dibidang agribisnis. Dan yang keempat adalah Corporate Buyers Groups merupakan sekumpulan asosiasi yang menjamin untuk membeli hasil-hasil pertanian dan bekerjasama dengan petani dan pelaku usaha yang bergerak untuk berbagai jenis produk pertanian. Dengan kesemuanya ini perlu diperhatikan dari segi moral para pelaku usaha dan para pendukungnya. Semuanya dapat berjalan jika adanya tujuan maksud yang sama didalam pengembangan bidang agribisnis Indonesia ke masa depan dan mempertahankan seluruh aspek bidang pertanian negeri ini.

Thursday, September 11, 2008

Productivity of Work as Challenge for Yourself (Produktivitas Kerja Yang ada Pada Diri Anda)

Produktivitas Kerja (Productivity of Work)
Mahoney (dalam campbell dan camphell, 1990) mendefinisikan produktivitas sebagai suatu pengertian efisiensi secara umum yaitu sebagai rasio antara hasil dan masukan salam suatu proses yang menhasilkan suatu produk atau jasa. Hasil (outputs) itu meliputi (penjualan, laba, kepuasan konsumen), sedangkan masukan meliputi alat yang digunakan, biaya, tenga, keterampilan dan jumlah hasil individu. According Claire Tompkins (www.clairetompkins.com.) who found the theory of Productivity of work that productivity involves producing. Producing widgets, events, reports, sales. The more producing you do, the more money you have and the greater success your company has. Right? It's not that simple. It doesn't matter how many widgets you produce if no one buys them. It doesn't matter how many reports you produce if they're irrelevant. So, productivity must be tied to a worthwhile goal.

1. Pengertian produktivitas kerja
Sejalan dengan pendapat diatas, As’ad (1987) menjelaskan produktivitas tidak dapat dipisahkan dengan pengertian produksi karena keduanya saling berhubungan. Apabila mempermasalahkan produktivitas maka produksi selalu tersangkut di dalamnya.
Hadi (1974) menjelaskan produktivitas kerja selalu disoroti dari dua segi, segi korban atau input dan segi hasil atau output. Perbandingan antara kedua segi itu akan menjadi ukuran dari produktivitas besar jika menunjukan hasil yang besar. Walaupun korbannya relatif kecil. Korban yang lebih besarpun dapat meningkatkan produktivitas jika tambahan korban itu secara relatif memberikan hasil yang lebih besar daripada tambahan korban.
Meier (dalam Martaniah dkk, 1990) mengemukan bahwa kriteria produktivitas antara lain adalah kualitas, waktu yang dipakai, absensi dan keselamatan dalam menjalankan tugas pekerjaan. Untuk memudahkan pengukuran produktivitas kerja, pekerjaan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu ; (1) pekerjaan produksi yang hasilnya dapat langsung dihitung dan mutunya dapat dinilai melaui pengujian hasil sehingga standar yang objektif dapat dibuat secara kuantatif; (2) pekerjaan yang non produksi yang hasilnya hanya diperoleh melaui pertimbangan–pertimbangan subjektif, misalnya penilaian atasan, teman, dan diri sendiri.
Menurut Sinungun (1987) produktivitas diartikan sebagai perbandingan ukuran antara harga masukan dan hasil. Produktivitas diartikan juga perbedaan antara jumlah pengeluaran dengan jumlah masukan.
Pengertian produktivitas secara teknis, ekonomis, dan psikologis adalah rangkuman atau gabungan antara unsur efektivitas, efisiensi dan kepuasan kerja yang harus mengandung volume produksi, hemat masukan serta optimalisasi kepuasan kerja secara manusiawi (Hadipranata, 1987). Produktivitas jugamengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini (ravianto, 1985).
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa produktivitas adalh kekuatan atau kemampuan untuk menghasilkan suatu produk atau hasil dengan rasion banding input leibh kecil dari output.

Meningkatkan Produktivitas Kerja
Cara meningkatkan produktivitas dapat ditempuh dengan usaha-usaha sebagai berikut:
(1). Peningkatan prestasi tenaga kerja yang dilaksanakan melalui berbagai perbaikan pada pelaksnan tugas dengan menggunakan sarana pendekatan manajerial dan pendekatan technical skill (pendekatan teknis), (2) peningkatan partisipasi tenaga kerja dengan ruang lingkup peningkatan pengetahuan yang mendasari tercapainya produktivitas serta pelatihan untuk menghasilkan tenaga kerja siap pakai (Siswanto,1987).
Mengukur data produktivitas adalah penting dan perlu juga diperhatikan adalah menggunakan data tersebut guna membangun produktivitas, sebab manfaat baru akan diperoleh kalau perilaku sudah diartikan sekaligus diwujudkan. Proses yang terjadi pada individu yang mendorong produktivitas diri dalam lapangan pekerjaan tidak terlepas dari karakterisktik pekerjaannya, sebab tingkat keberhasilan atau kesuksesan dalam pekerjaan berkaitan dengan pelaksanaan kerja. Pelaksanaan kerja ini adalah fungsi tingkah laku individu yang terarah dan ditujukan kepada sutu objek atau sasaran.
Berkenaan dengan keadaan tersebut Berdson dan Steimer (dalam Siswanto, 1987) menjelaskan motivasi merupakan proses kejiwaan yang memberikan energi, mendorong kegiatan atau gerakan dan mengarahkan perilaku untuk mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan. Hal ini sesuai dengan penjelasan Muchinsky (1987) bahwa tenaga kerja yang termotivasi akan menciptakan suatu usaha yang sungguh-sungguh untuk keberhasilan pekerjaannya.
Sejalan dengan pendapat ahli di atas Campbell (dalam Schultz, 1970) mengemukakan bahwa hal-hal yang melibatkan motivasi para tenaga kerja dalam mencapai tingkat prestasi yang tinggi adalah adanya dorongan yang kuat untuk mengoptimalkan usahanya, kemudian adanya cita-cita dan inisiatif serta suasana kerja yang mendukung terlaksananya pekerjaan yang dilaksanakan. Dalam hal ini Burns (dalam Karn dan Gilmer, 1962) menjelaskan bahwa proses motivasi yang berkembang dalam kondisi kerja cenderung adanya penekanan pada pencapaian keberhasilan kerja, yang berpengaruh pada hasil akhir, dengan kata lain motivasi dapat membantu tenaga kerja untuk bekerja lebih produktif.
Salah satu teori motivasi yang terkenal adalah dari Maslow (dalam Robertson dan Cooper, 1983) yang mengidentifikasikan motivasi ke dalam lima kategori kebutuhan yang berbeda yaitu :
a. Kebutuhan fisiologis.
b. Kebutuhan akan rasa aman.
c. Kebutuhan akan cinta dan memiliki.
d. Kebutuhan akan penghargaan.
e. Kebutuhan akan perwujudan diri.
Pemenuhan kebutuhan yang lebih tinggi akan bisa dicapai apabila kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi. Robertson dan Cooper (1983) mengemukakan bahwa teori motivasi dari Maslow dikenal baik dalam lingkungan manajemen organisasi, alasannya adalah kebutuhan itu menimbulkan dorongan untuk mencapai tujuan yang menimbulkan perhatian yang sungguh-sungguh dari karyawan terhadap organisasi sehingga mereka berusaha menata dan menciptakan suasana kerja yang mendorong pencapaian akan kebutuhan perwujudan diri. Dengan kata lain motivasi diartikan sebagai konsep tindakan perilaku tenaga kerja yang diarahkan pada sasaran.
Untuk menjelaskan kebutuhan tenaga kerja akan keinginan berprestasi, Vroom dalam Harris (1984) menjelaskan untuk mengidentifikasikan motivasi tenaga kerja sehingga dapat dengan efektif difungsikan. Demikian juga halnya usaha-usaha karyawan untuk pemenuhan tujuan harus memberi kelangsungan ganjaran di masa depan yang dapat dimilikinya. Sebab suatu studi yang dilakukan. Matsui dkk. (1982) menemukan bahwa individu yang mempunyai kebutuhan berprestasi yang lebih tinggi akan menetapkan tujuan dan kinerja yang lebih tinggi juga.

Locke (dalam Wexley dan Yukl,1988) sehubungan dengan pendapat ahli di atas menyatakan bahwa perilaku seseorang diatur menurut tujuan-tujuan serta maksud-maksud individu. Tingkat kesulitan sasaran serta tanggungjawab individu untuk mencapai target ikut serta menentukan tingkat usaha yang akan dicurahkan.
Gambaran yang lebih jelas serta taktik pelaksanaan kerja yang tergolong sukses dalam pencapaian sasaran organisasi perlu kiranya digambarkan. Shatter (dalam Beck 1976) menjelaskan langkah-langkah yang harus diambil secara bersama-sama oleh para pelaku yang terlibat dalam suatu organisasi:

1. Tetapkan sasaran atau target yang dianggap penting, diutamakan dan mendesak, misalnya masalah penjualan (sales Quota) atau malah kualitas, Penjabaran ini akan membangkitkan usaha secara sadar untuk mencapai tujuan atau sasaran, bukan keinginan yang timbul secara kebetulan saja.

2. Langkah kedua yaitu tetapkan jumlah sasaran secara jelas.Pada bagian-bagian ini organisasi harus memusatkan perhatian pada sasaran yang telah digariskan secara jelas dan pasti.
3. Jelaskan sasaran yang diharapkan dapat tercapai, supaya menimbulkan tanggungjawab pada pelaksanaan tugas yang dibebankan. Penekanannya adalah pada sasaran atau target yang harus dicapai.
4. Berikan wewenang clan kepercayaan kepada tenaga kerja yang telah diberi tugas, sehingga menimbulkan keseriusan dan tanggungjawab dalam pelaksanaan kerja.
5. Kembangkan dan perluas proses keberhasilan yang telah tercapai, karena dapat memberi gambaran yang lebih tepat dalam proses pengembangan tugas berikutnya, maka akan terarah pada pengembangan dan perluasan yang diharapkan lebih luas.

Berdasarkan penjelasan dan pendapat ahli di atas secara garis besar dapat dikatakan bahwa peranan motivasi dalam pelaksanaan kerja yang berdasarkan sasaran sangat berpengaruh terhadap prestasi atau produktivitas kerja yang diarahkan pada pemenuhan kebutuhan individu dan di sini lain untuk pencapaian sasaran atau tujuan perusahaan. Ravianto (1985) mencontohkan gaya manajemen Jepang yang berhasil dalam dunia industri untuk pasaran domestik dan internasional, yang berorientasi pada pendayagunaan sumber daya manusia termasuk penerapan pemotivasian tenaga kerja serta adanya pandangan akan pentingnya pengembangan kemampuan pekerjaannya.

3. Faktor-faktor Yang mempengaruhi Produktivitas
Hadipranata dkk (1987) menyebutkan beberapa sifat kepribadian yang mempengaruhi produktivitas antara lain: kreatif, bersahabat, ulet, percaya diri dan kooperatif.
Forsyth (1970) mengemukakan pentingnya peranan kemampuan menjalin hubungan dengan individu lain pada tenaga pemasaran karena berpengaruh pada produktivitas kerjanya.
Sejalan dengan pendapat tersebut Wrightsman dan Deaux (1981) menyatakan bahwa kecakapan tenaga kerja dalam menjalin hubungan dengan orang lain sangat penting dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam aktivitas organisasi, baik dalam kelompok skala besar maupun kelompok skala kecil.
Suratmodjo (dalam LPM. 1982) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu kekuatan dinamis pada setiap individu yang mempengaruhi perkembangan fisik dan mental, misalnya emosi, sosial dan etikanya. Dengan kata lain, pendidikan merupakan kekuatan yang dinamis dan mempengaruhi seluruh aspek kepribadian. Suatu keberhasilan bekerja akan dimiliki oleh individu yang bermotivasi dan terorganisasi baik serta berwawasan luas tentang kehidupannya.
Maier (1973) menjelaskan prestasi atau produktivitas merupakan suatu hasil gabungan dari variabel individu dan lingkungan. Variabel individu meliputi motivasi berprestasi, kepercayaan diri dan kesungguhan dalam bekerja. Variabel lingkungan meliputi kondisi kerja dan sistem dalam suatu organisasi.
Dari pendapat ahli di atas dapat digambarkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas adalah: adanya motivasi berprestasi, tingkat pendidikan yang relatif lebih tinggi, kepandaian menjalin hubungan dengan individu lain, masa kerja yang relatif lama. Adanya kecakapan dan wawasan diri yang baik serta suka berteman saat sebagai variabel sertaan atau kontrol atau yang dijadikan adalah: (a) variabel tingkat pendidikan dan Cb) variabel masa kerja. Alasannya yaitu variabel tersebut dianggap berperanan besar dalam kesuksesan tenaga kerja di bidang pemasaran dalam menjual produk perusahaan. Oleh karena itu di bawah ini akan dijelaskan variabel tersebut.
a. Pendidikan
Bremmer (1982) menemukan bahwa individu yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih agresif. Lebih berorientasi prestasi kerja. Hal ini disebabkan karena faktor pendidikan dapat mempengaruhi ambisi, harapan-harapan yang lebih tinggi serta adanya pengetahuan tentang pekerjaan tersebut, sehingga dapat menunjang pencapaian prestasi kerja.
Rambo (dalam Himam, 1989) mengemukakan bahwa faktor pendidikan berhubungan positif dengan prestasi kerja. Artinya makin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi hasil atau prestasi kerja yang dicapai. Faktor pendidikan mempengaruhi aspirasi pekerja terhadap prestasi yang harus dicapai.
Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap prestasi kerja sehingga tingkat pendidikan dijadikan variabel sertaan.
b. Masa Kerja
Masa kerja karyawan dalam suatu perusahaan yang berspesialisasi dalam pemasaran dapat berpengaruh terhadap pencapaian tingkat hasil penjualan. Hal ini berhubungan dengan pengalaman yang ada sebelumnya yang memberi pemaknaan tugas yang sedang dikerjakannya saat sekarang (Forsyth, 1970).
Vinacke (dalam Martaniah dkk.1990) menjelaskan inteligensi, keterampilan, pengalaman, masa kerja dan motivasi mempengaruhi produktivitas kerja karyawan. Dari pendapat-pendapat di atas disimpulkan bahwa masa kerja karyawan dapat mempengaruhi pencapaian tingkat hasil kerja karena didukung oleh pengalaman yang dimiliki sebelumnya yang bisa diterapkan untuk pekerjaan masa sekarang ketika tenaga kerja menghadapi suatu masalah.
4. Produktivitas
Jumlah hasil akhir merupakan hal yang paling umum digunakan untuk mengukur kecakapan kerja dan dianggap dapat dilakukan untuk pengukuran tersebut. Pedoman khusus yang didasarkan pada hasil akhir adalah jumlah unit yang diproduksi, waktu yang dibutuhkan, dan jumlah penjualan dalam periode tertentu (Ghiselli and Brown,1955).
Manullang (dalam LPM, 1981) mengemukakan produktivitas individu ini diukur melalui tingkat ukuran keluaran yaitu jumlah produk yang dihasilkan.
Jumlah produk
Produktivitas individu = ----------------------
Jumlah tenaga kerja
Dari cara-cara pengukuran tentang produktivitas yang dikemukakan di atas nampak bahwa produktivitas itu adalah rasio antara hasil yang didapatkan dengan sumber yang digunakan. Lebih lanjut Manullang menambahkan bahwa produktivitas adalah ukuran dari seberapa jauh penggunaan sumber dalam hal mencapai hasil yang diinginkan. Hasil yang diperoleh berhubungan dengan efektivitas dalam mencapai suatu misi atau prestasi, sedangkan sumber yang digunakan berhubungan dengan efisiensi dalam mendapatkan hasil dengan penggunaan sumber daya minimal.
Goal Setting
1. Pengertian
Beck dan Hillmar (1976) menjelaskan salah satu jenis intervensi pengembangan organisasi adalah setting. Proses pelaksanaan soal setting ini merupakan pendekatan terhadap pemahaman manajemen berdasarkan sasaran atau hasil yang membantu memberi pengertian tentang aspek pengelolaan atau manajemen, hasil dan sasaran (objektives).
Pengertian goal setting adalah proses penetapan sasaran atau tujuan dalam bidang pekerjaan, dalam proses goal setting ini melibatkan atasan dan bawahan secara bersama-sama menentukan atau menetapkan sasaran atau tujuan-tujuan kerja yang akan dilaksanakan tenaga kerjanya sebagai pengemban tugas dalam suatu periode tertentu (Gibson, dkk. 1985).
Latham den Locke (dalam Steers dan Porters, 1983); Locke dkk (1981) menjelaskan bahwa pengertian goal setting adalah suatu gagasan untuk menetapkan. Tenaga kerja melaksanakan suatu pekerjaan dimana tugas yang diberikan sudah ditetapkan targetnya atau sasarannya, misalnya untuk mencapai kuota yang ditargetkan atau menyelesaikan sejumlah tugas dengan batas waktu yang sudah ditentukan. Dalam hal ini sasaran (goal) adalah objek dari perbuatan dan jika individu menetapkan taktik kemudian berbuat untuk mencapai sasaran atau tujuannya tersebut, berarti sasaran atau tujuan ini menentukan perilaku dalam bekerja. Hersey dan Blanchard (1986) orientasi seseorang menyatakan bahwa perilaku pada umumnya dimotivasi oleh keinginan untuk memperoleh tujuan tertentu, dan perilaku itu pada dasarnya bertujuan pada objek atau sasaran.
Pengertian goal setting yang dikemukakan Davis (1981) adalah manajemen penetapan sasaran atau tujuan untuk keberhasilan mencapai kinerja (performance). Lebih lanjut dijelaskan bahwa penerapan penetapan tujuan yang efektif membutuhkan tiga langkah yaitu: menjelaskan arti dan maksud penetapan target tersebut, kedua menetapkan target yang jelas, dan yang ketiga memberi umpan balik terhadap pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan. Cascio (1987) menyatakan bahwa goal setting itu didasarkan pada pengarahan tingkah laku terhadap suatu tujuan.Sasaran atau target bisa ditambah dengan memberi penjelasan atau informasi kepada tenaga kerja bagaimana mengerjakan tugas tersebut, serta mengapa sasaran atau tujuan tersebut penting dilaksanakan.
Penerapan goal setting ini terhadap sistem kinerja sangat populer dan luas penggunaannya. Pendekatan manajemen berdasarkan sasaran ini meliputi perencanaan, pengawasan, penilaian pegawai, serta keseluruhan sistem kinerja yang ada dalam organisasi. Prosedur umum dalam manajemen berdasarkan sasaran ini yang paling utama adalah mengidentifikasikan bagian-bagian kunci keberhasilan, sehingga dapat berpengaruh terhadap keseluruhan performance organisasi misalnya volume penjualan, hasil keluaran (production output), maupun kualitas layanan, dengan demikian pengukuran kinerja (performance) dapat ditentukan (Luthans, 1981).
Gibson dkk, (1985) menggambarkan penerapan soal setting dari perspektif manajemen. Langkah-langkahnya adalah (1) diagnosis kesiapan, misalnya apakah tenaga kerja, organisasi dan teknologi sesuai dengan program goal setting; (2) mempersiapkan tenaga kerja berkenaan dengan interaksi antara individu, komunikasi, pelatihan (tranning) dan perencanaan; (3) penekanan pada sasaran yang harus diketahui dan dimengerti oleh manajer dan bawahannya; (4) mengevaluasi tindak lanjut untuk penyesuaian sasaran yang ditentukan; (5) tinjauan akhir untuk memeriksa cara pengerjaan dan modifikasi yang ditentukan. Strauss dan Sayless (1981) menjelaskan bahwa prosedur manajemen berdasarkan sasaran memberi kesempatan kepada tenaga kerja untuk membuat penilaiannya sendiri mengenai hasil-hasil operasi, artinya jika ia membicarakan hasil maka sebenarnya individu tersebut menilai dirinya sendiri dan mungkin sekali mendapatkan wawasan mendalam bagaimana ia harus memperbaiki sikapnya. cara-caranya atau kelakuannya.
Untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang penetapan sasaran ini, di bawah ini dikemukakan sebuah penelitian pada perusahaan kayu, dimana sopir truk selalu mengisi truknya kurang dari kapasitas resmi.Setelah diadakan observasi dan diteliti, tim peneliti kemudian menjelaskan nilai potensial goal setting (penetapan tujuan) untuk diterapkan pada sopir truk dan kemudian perusahaan menentukan target yang jelas bagi para sopir truk. Setelah tiga bulan kedua peneliti secara seksama mencatat keadaan pelaksanaan kerja dan kemudian hasilnya Peneliti ternyata naik 90 % dari kapasitas rata-rata. Tujuh tahun menawarkan tetap tinggi. Suatu keterangan mengapa prosedur seperti kerja meningkatkan hasil kerja. Alasannya adalah tenaga melihat dan atau mencatat beban truk mereka bangga akan prestasi ini, mereka juga melihat tujuan sebagai yang menantang ini permainan sesuatu menyenangkan bagi truk yang sopir mengalahkan orang lain (Gibson dkk, 1985).
Jadi penelitian ini telah menunjukkan satu ini kerja mereka penetapan sebab adalah alasan prestasi kerja. Sistem meningkatkan mengapa penetapan sasaran atau target itu motivasi dan penetapan atau target apabila dimasukkan ke dalam tatanan maka para pekerja akan melihat tujuan bagaimana ikhtiar mereka kerja pencapaian membantu menimbulkan hasil, ganjaran, dan kepuasan pribadi karena memuaskan target atau sasaran itu dorongan berprestasi dan kebutuhan harga diri aktualisasi diri, maka perencanaan seseorang sasarannya di masa datang akan lebih tinggi.
Dari pendapat para ahli di atas dapat serta untuk goal setting adalah disimpulkan bahwa pengertian berdasarkan penetapan sasaran atau target berorientasi hasil. Manajemen yang berorientasi ini dianggap lebih baik karena lebih menekankan pencapaian hasil, kesempatan sehingga memberi manajemen yang sasaran pada kepada tenaga kerja untuk mengerti bagaimana seharusnya bekerja, dan hubungan komunikasi antara atasan dan bawahan lebih terbina karena terjadi interaksi antara yang memberi tugas dengan pelaksana. Secara umum pengertian goal setting itu adalah penetapan sasaran atau target yang akan dicapai tenaga kerja.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Goal Setting
Berdasarkan beberapa pendapat ahli (Locke dkk, 1981: Steers dan Porter, 1983; Davis, 1981; 1989), Cascio, 1987: Gibson, 1985; Davis & Newstrom, penulis menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi goal setting adalah :
a. Penerimaan (acceptance).
b. Komitmen (commitment).
c. Kejelasan (specifity).
d. Umpan balik (feedback).
e. Partisipasi (participation).
f. Tantangan (challenger).
Untuk menjelaskan bagaimana terjadinya pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap sistem penetapan sasaran atau target berdasarkan hasil ini (goal setting), di bawah ini akan dijelaskan pengertian satu persatu faktor-faktor tersebut.
a. Pengertian Denerimaan (acceptance)
Penerimaan terhadap sasaran atau target yang tenaga kerja sebab tujuan ditetapkan terjadi karena adanya kemauan untuk menerima target yang dibebankan, sasaran yang efektif tidak hanya cukup diketahui saja tetapi juga harus dapat diterima tenaga kerja untuk dilaksanakan.
Menurut Davis dan Newstrom (1989) bahwa goal setting (penetapan sasaran atau target) merupakan alat motivasi yang efektif bila empat unsur dasar disertakan ke dalam sistem pengelolaan penetapan sasaran tersebut yaitu: (1) penerimaan; (2) spesifikasi; (3) umpan balik; dan (4) tantangan. Pada bagian berikutnya akan dijelaskan unsur-unsur di atas serta pengaruhnya terhadap penetapan sasaran.
Lebih lanjut Davis dan Newstrom mengemukakan bahwa penerimaan terhadap sasaran atau target tersebut harus dapat diketahui atau dimengerti oleh tenaga yang bersangkutan, dalam hal ini penerimaan sasaran yang ditetapkan harus dapat dipahami dan pihak pemberi target harus menjelaskan maksud dan kegunaan sasaran atau tujuan ditetapkan terhadap penerima atau tenaga kerja, karena penetapan tujuan yang sepihak tanpa penerimaan karyawan tidak akan membawa hasil. Oleh karena itu penting melibatkan tenaga kerja dalam proses penetapan sasaran atau tujuan bersama untuk memperoleh penerimaan.
Menurut Yoder (1979) produktivitas kerja akan lebih tinggi dan efisien bila ada perasaan bahwa diperlukan dalam penerimaan dan adanya sasaran yang diemban itu berguna dan pencapaian keberhasilan persetujuan terhadap pelaksanaan pencapaian sasaran atau target organisasi merupakan faktor utama dalam tanggung jawab tenaga kerja dalam menjalankan tugas-tugas.
Berkenaan pendapat di atas Likert (dalam Yoder, 1979) juga menjelaskan jenis aktifitas individu dalam organisasi yang mempunyai perasaan yang sama dalam penerimaan loyalitas atau kebersamaan satu sama lain dalam pelaksanaan kerja cenderung mengacu pada prestasi.
Dari sebuah penelitian pengaruh bentuk penilaian dari tiga dimensi goal setting yang dilakukan oleh Tziner dan Kopelman (1988), diperoleh data yang menunjukkan bahwa kejelasan, penerimaan, dan komitmen berhubungan dengan sasaran. Penelitian ini membuktikan bentuk penilaian mempengaruhi sistem pengelolaan penetapan sasaran (goal setting).
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa penerimaan akan penetapan sasaran atau target berpengaruh terhadap pelaksanaan kerja yang akan dilaksanakan tenaga kerja yang bersangkutan.
b. Komitmen
Pengertian komitmen secara umum adalah adanya suatu kesepakatan atau persetujuan antara tenaga kerja dengan perusahaan. Gibson dkk (1985) mengemukakan pengertian komitmen adalah keadaan yang melibatkan identifikasi dan loyalitas yang diwujudkan terhadap perusahaan tempat individu bekerja.
Mitchell (1985) menjelaskan individu yang kurang sepakat dengan sasaran atau target organisasi merupakan sikap negatif dan bisa berakibat kerugian. Kejadian di Amerika dalam 10 tahun terakhir, bahwa hilangnya jam kerja akibat pemogokan dan kemangkiran bekerja. Contoh ini merupakan kejadian akibat adanya ketidaksetujuan tenaga kerja terhadap kebijakan perusahaan.
Huber (1985) menjelaskan bahwa antara penerimaan dan komitmen terhadap sasaran sering diartikan sama, tetapi kenyataan dalam gagasannya (construtes) berbeda. Penerimaan terhadap target atau sasaran berarti ada kesektujuan untuk melaksanakan, sedangkan komitmen itu bisa saja individu menerimanya tetapi belum tentu mau mengejar target atau sasaran yang dibebankan. Dengan demikian tenaga kerja dapat dikatakan menerima (acceptance) dan komitmen (commitment) terhadap pelaksanaan kerja untuk mencapai target apabila mengetahui dan mengerti akan sasaran yang dimaksudkan, serta ada kesediaan atau persetujuannya.
Griffin (1987) mengemukakan bahwa dapat efektif apabila ada pemahaman dari terhadap tujuan yang akan target catat goal setting tenaga dicapai, karyawan akan mendapat antara komitmen perusahaan dengan tenaga kerja yang sukses aakan mendapat perioritaas untuk jenjang karir yang lebih tinggi, kemudian target yang ditetapkan harus jelas serta ada tenggang waktu yang efisien untuk pelaksanaan. Terakhir harus ada konsistensi dan ganjaran terhadap pelaksanaan pencapaian target sebagai tujuan utamanya dengan demikian tenaga kerja akan mendapat sesuatu yang memuaskan mereka.
Duffy dan Rusbult (dalam Brigham, 1991) menyatakan bahwa individu dalam organisasi akan memberikan komitmenlebih tinggi terhadap pekerjaan bila: (1) tenaga kerja puas dengan hasil (outcomes) yang mereka peroleh; (2) kesetiaan yang telah ditanamkan sebagai bagian dari hidupnya organisasi, antara lain: pelibatan diri, pemberian waktu dan energi dan kesetiakawanan (mutual friend) dan (3) tidak adanya pilihan lain yang lebih menguntungkan.
Dari pendapat–pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa komitmen atau kesepakatan atau kesetujuan tenaga kerja terhadap perusahaan untuk melaksanakan pencapaian sasaran atau target dapat berpengaruh terhadap sistem kerja goal setting.
c. Spesifikasi (Specifity)
Pengertian speksifikasi atau keseksamaan sasaran tujuan menurut Gibson dkk, (1985) adalah derajat secara kuantitatif daripada sasaran atau tujuan itu.
Menurut Davis dan Nestrom (1989) penetapan sasaran harus jelas atau spesifik dan dapat diukur agar kerja dapat mengetahui kapan suatu target atau tenaga tujuan diperoleh atau dicapai. Instruksi yang jelas dan terarah memfokuskan kerja pada pelaksanaan pencapaian tenaga target karena patokan sebagai mempunyai keberhasilannya. Sasaran yang jelas menuntun harus dikerjakan atau dicapai, maka tenaga tersebut dapat mengukur kemajuannya. Tenaga kerja selalu dan berpedoman pada perintah yang samar jelas akan menimbulkan pengertian yang samar dan terarah.
Menurut Beck den Hillmar (1978) jika sasaran itu adalah sebuah pernyataan dari hasil (outputs) yang spesifik atau jelas maka individu atau kelompok akan merencanaakn untuk meraih prestasi melaui usaha–usaha yang lebih kuat.
Terborg (dalam Muchnisky,1987) lebih mengemukakan sasaran yang lebih khusus dan jelas menjadikan usahanya individu lebih memfokuskan lanjut akan untuk mengejar sasaran tersebut serta tingkah lakunya akan lebih terarah.
Blum dan Naylor (1968) juga mengemukakan pendapat bahwa informasi-informasi tentang sifat-sifat pekerjaan dapat dipandang sebagai spesifikasi atau kekhususan dari informasi yang diterima, dan pengetahuan terhadap sifat-sifat tersebut bisa dianggap sebagai perluasan terhadap pengetahuan individu pada kinerjanya. Sehingga dapat memotivasi individu tersebut.
Locke dkk, (1981) mengadakan penelitian tentang meta-analisis sistem penetapan sasaran terhadap kinerja. Dari 110 penelitian yang dinilai ternyata 99 menunjukkan sasaran yang jelas dan spesifik. Adanya tingkat kesulitan atau tantangan dalam pelaksanaan kerja dalam mencapai target atau sasaran menghasilkan kinerja yang lebih baik daripada penetapan sasaran atau target yang tingkat kesulitannya tidak ada atau samar-samar atau tanpa target sama sekali.
Penelitian yang melihat peranan sasaran atau target yang jelas atau spesifik terhadap kinerja, hasilnya menunjukkan adanya hubungan yang positif (Locke dkk, 1984; Dosset dkk., 1979; Bandura, 1977).
Latham dkk, (dalam Steers dan Porter,1983) mengemukakan bahwa melibatksn karyawan dalam penetapan sasaran atau target yang spesifik dan jelas mempunyai dua keuntungan, akan menambah karyawan bahwa pekerjaan tersebut harus pengertian pertama diselesaikan, kedua menuntun pekerja pada penetapan tujuan yang tinggi daripada secara sepihak yang menentukan sendiri. Dengan kata lain lebih tinggi kinerjanya.
Secara garis besar beberapa pendapat dan penjelasan ahli-ahli menunjukkan di atas spesifikasi atau kejelasan sasaran mempengaruhi terlaksananya penetapan sasaran atau target, pelaksanaan mendapat sasaran yang tidak jelas akan membuat arah kerja tidak terpusat pada apa yang seharusnya perhatian utama tenaga kerjanya.
Berkenaan dengan pendapat ahli di atas, pustaka dilakukan Latham dan Yukl (1975); yang Locke(1980) menunjukkan secara konsisten bahwa sasaran atau tujuan yang jelas dan adanya tingkat tantangan yang menghasilkan kinerja yang lebih tinggi.
d. Umpan Balik (feedback)
Umpan balik kerja ini adalah informasi ini berasal dari dalam pengelolaan pekerjaan itu namun bisa orang informasi berasal dari itu lebih sendiri. Namun bisa informasi itu bisa berasal dari orang lain, bagaimana keadaan pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan, apakaah tergolong sukses, berhasil atau tidak berhasil. Sejalan dengan definisi diatas Davis dan Newstrom (1989) menyatakan bahwa umpan balik cenderung mendorong prestasi kerja menjadi lebih tinggi dan merupakan alat motivasi yang baik. Seorang atlet pelari harus mengetahui total waktu yang dibutuhkan untuk memenangkan suatu pertandingan. Seorang tenaga pemasan mengetahui target atau unit produk yang harus dijualnya dalam jangka waktu tertetntu dikatakan berhasil atau berprestasi. Oleh karena itu umpan balik pekerjaan dibutuhkan untuk memberi informasi dalam menerapkan taktik baru untuk meningkatkan hasil penjualan berikutnya.
Berkenaan dengan umpan balik pekerjaan ini dan Klein Campbell, (dalam Campbell dan menjelaskan bahwa balik itu penting umpan menggambarkan kemajuan pada pelaksanaan kerja, diperoleh informasi baru untuk menyiapkan tingkah laku apabila diperlukan. Luthans (1981) menekankan pada tenaga kerja yang mempunyai berprestasi tindak supaya menyusun taktik berdasarkan keakuratan informasi umpan balik diperoleh dari lingkungan kerja.
Yoder (1979)menjelaskan seharusnya lingkungan untuk kerja dilengkapi dengan umpan balik yang tepat menyesuaikan pelaksanaan tindakan berikutnya, guna untuk memperbaiki mutu kerja yang pada akhirnya menunjukan kemajuan yang berarti, sehingga dapat dibedakan antara kondisi kerja yang berjalan normal dengan kondisi kerja yang memperoleh kemajuan. Lebih lanjut dijelaskan fungsi Yoder Kinerja digambarkan sebagai seseorang artinya dari kinerja yang dicapailah tenaga kerja yang bersangkutan memperoleh umpan balik kemajuan juga kondisi tidak yang dicapainya. Studi Latham dan Yukl mengemukakan bahwa umpan balik merupakan yang penting untuk mempengaruhi kinerja, akan ada kemajuan tanpa ada penilaian atau balik clair pelaksanaan kerja.
Studi iyang dilakukan Locke dan Bryan (dalam Locke dkk.1981) meneliti pengaruh umpan balik dan setting terhadap kinerja. Penelitian untuk mengetahui apakah hanya dimaksudkan kinerja saja hanya umpan balikdan pengaruh goal setting terhadap kinerja. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah hanya umpan balik saja yang secar langsung mempengaruhi kinerja atau hanya karena pengaruh sistem penetapan sasaran itu. Ternyata hasil yang didapat menunjukan bahwa umpan balik berpengaruh terhadap kinerja akibat sistem penerapan pengukuran prestasinya berdasarkan pada sasaran atau target yang ditentukan.Dengan kata lain adanya pengaruh umpan balik yang diberikan terhadap kinerja diakibatkan sistem penilaiannya berdasarkan target yang dicapai.
Penerimaan umpan balik juga akan memberi pengaruh untuk beraksi pada suatu perbuatan yang bermakna, jadi dapat dikatakan antara kerja dengan hasil yang didapat saling mempengaruhi (Leavitt, 1973). Sejalan dengan pendapat di atas.Stoner (1989) menyatakan bahwa pemberian umpan balik mengenai prestasi kerja yang diperoleh tenaga kerja mengakibatkan hasil kerja yang lebih baik pada masa yang akan datang.
Beck dan Hillmar (1976) menjelaskan bahwa sistem umpan balik kerja yang efektif diperoleh apabila individu atau kelompok memperoleh penjelasan cara-cara pelaksanaan dan evaluasi kerja. Penjelasan ini berupa catatan penjualan, laporan-laporan pelaksanaan kerja, hasil survei luar (pasar), survei dalam (organisasi) dan data-data pendukung lainnya.
Penjelasan hasil penelitian dan pendapat para ahli tersebut memberi pengertian bahwa umpan balik dari pelaksanaan kerja berpengaruh terhadap manajemen penetapan sasaran itu sendiri (goal setting).
e. Partisipasi (participation)
Menurut Beach (1975) partisipasi adalah proses yang melibatkan tenaga kerja dalam aktivitas organisasi secara mental dan fisik. Lebih lanjut dikemukakannya bahwa partisipasi umumnya dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada tenaga kerja untuk mengemukakan sumbangan pikiran terhadap pemecahan masalah dan tindak lanjut pelaksanaan kerja. Gibson dkk. (1985) memberi pengertian partisipasi yaitu tenaga kerja yang terlibat dalam penentuan sasaran atau tujuan kerja serta pengembangan sasaran tersebut.Sedangkan eksperimen cumming dan Molly maupun Yukl (dalam Beach,1975) menunjukkan manajemen partisipasi di berbagai bidang pekerjaan menunjukkan pengaruh yang positif terhadap pencapaian sasaran kerja.
Sejalan dengan pendapat di atas Locke dan Latham (dalam Steers dan Porter,1983) meneliti peranan penetapan sasaran ( goal setting)kelompok pertama yaitu partisipasi di dalam sistem pada dua kelompok, adanya keikutsertaan tenaga kerja dalam menetapkan sasaran atau target, kelompok kedua penetapan sasaran atau target hanya dilakukan supervisor saja. Hasilnya menunjukkan program keikutsertaan tenaga kerja dalam menentukan sasaran kerja, hasilnya lebih positif dan lebih tinggi dibanding dengan penetapan sasaran yang hanya dilakukan supervisor saja. Begitu pula penelitian Mento dkk, (dalam Landy, 1989) menunjukkan adanya pengaruh partisipasi terhadap goal setting, artinya keikutsertaan tenaga kerja dalam menentukan jumlah sasaran atau target berpengaruh terhadap kinerja.
Back dan Hilmar (1976) menyatakan proses sistem goal setting menciptakan kondisi positif bila nilai-nilai yang dimiliki organisasi mendukung perkembangan tenaga kerja serta adanya kesempatan mengemukakan pemikiran-pemikiran untuk organisasi.
Pendapat dan hasil penelitian para ahli di atas memberi gambaran bahwa partisipasi berpengaruh terhadap proses pengelolaan penetapan sasaran (goal setting)dan dengan demikian akan berpengaruh terhadap kinerja.
f. Tantangan (challenge)
Adanya tingkat tantangan dalam mencapai sasaran atau target yang ditetapkan akan membuat tenaga kerja bekerja lebih keras dan bersungguh-sungguh daripada tidak ada tangangan sama sekali. Pencapaian sasaran atau tujuan yang menantang menciptakan usaha-usaha pemecahan danakan menimbulkan dorongan berbuat yang lebih baik lagi, namun sasaran harus masih dalam jangkauan berkenaan dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki tenaga kerja.
Studi ahli yang menguji hubungan besarnya peranan sasaran yang mempunyai tantangan terhadap kinerja antara lain penelitian yang dilakukan Basset; Patton (dalam Locke, 1980). menemukan bukti yang positif bahwa sasaran atau tujuan yang mempunyai tantangan dalam pekerjaan menghasilkan kinerja yang lebih baik daripada sasaran yang tidak mempunyai tantangan.
Locke dkk. (1981) menjelaskan sasaran atau target itu adalah sesuatu yang akan dicapai individu serta merupakan objek dari aksi atau perbuatan. Dalam tindakan dua aksi yang terjadi proses mental yang melibatkan dua faktor utama yaitu faktor isi (content) dan intensitas (intencity). Dalam faktor isi ada dua sub faktor yaitu spesifikasi dan tingkat kesulitan. Spesifikasi berarti tingkat keseksamaan dalam mencapai sasarn atau tujuan yang dimaksud. Riset lapangan dan laboratorium dari Locke (1980) juga membuktikan bahwa unsur yang spesifik dan tingkat tantangan yang dimiliki target atau sasaran hasilnya menunjukan pencapaian kinerja yang lebih tinggi.
Penelitian Hampton (1981); Dubren (1982) menunjukan hasil yang sama dengan penelitian Locke (1980), bahwa sasaran atau target yang lebih menantang untuk dilaksanakan akan menetukan hasil kerja yang lebih tinggi, dan sasaran atau target yang lebih menantang untuk dilaksanakan akan menunjukan hasil kerja yang lebih tinggi, dan sasaran yang lebih mudah dicapai atau dilakukan tidak menimbulkan usaha yang lebih gigih untukk memenuhi kebutuhan tercapainya kinerja yang lebih baik.
Penelitian Locke dkk (1981); Latham dan Saari (1979) menemukan bahwa individu dengan rancangan sasaran yang lebih sulit akan menampilkan kerja yang lebih baik dibanding dengan individu dengan sasaran yang relatif mudah. Pendapat ini sejalan dengan penjelasan Latham dkk (dalam Steers dan Porter, 1983) bahwa sasaran atau tujuan yang spesifik dan mempunyai tantangan menunjukkan hasil kerja yang lebih efektif.
Dari gambaran di atas dapat diartikan bahwa adanya tingkat tantangan (sasaran tidak terlalu mudah) dalam pelaksanaan pencapaian sasaran atau target akan berpengaruh terhadap efektifitas sistem penetapan sasaran. Sebab dengan usaha yang sungguh-sungguh dalam pekerjaan secara nyata akan menaikkan kinerja. Secara jelas diketahui bahwa adanya tingkat tantangan yang dimiliki sistem tersebut akan berpengaruh pada prestasi atau hasil penetapan sasaran atau target tersebut.
In this era globalization and competion on how the person can do the best of work for achievement his purposed. The best his work, he can gain the best of his life. BIBLE SAYS FAITH AND WORKS NEEDED FOR SALVATION. Do your better work in your life and working together with others to achvieve the common goal. How you should be steadfast to your job? How is the purpose of your Job? You should survived to your job surrounding you, but never forgive up. Work and work hard. Good Luck.

Wednesday, September 10, 2008

Strategi dalam Menghadapi Tantangan Bisnis di Jaman Era Globalisasi (The Strategic Challange in Business For The Era Gobalization)

Dalam era globalisasi merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam strategi bisnis Corporate dan pengaruh situasi Internal dan eksternal pada perkembangan suatu negara. Bagaimana memecahkan suatu permasalahan yang tidak habis-habisnya dalam masa ini. Untuk mengatasi masalah dalam era yang selalu diwarnai peningkatan harga sumber daya mineral maupun hasil produksi baik dibidang pertanian, perikanan dan sebagainya, maka banyak perusahaan yang mengingikan untuk meningkatkan produktivitas operasional dan menurunkan biaya operasional. Tepatnya bagaimana mempersiapkan mental dan tenaga untuk lebih berfikir secara strategis. Dengan melihat kesempatan menempatkan posisi angkatan kerja ke tingkat optimal dan menyelaraskan hubungan antara hal yang imperatif (alur kerja bisnis) dan permintaan SDM, hal ini perlu diperhatikan guna mencari bibit unggul yang lebih kompeten dan tidak terkontaminasi oleh golongan tertentu.
Kita harus menyadari apa yang bisa diperbuat seseorang untuk bangsa ini dan jangan pernah bertanya apa yang bangsa perbuat untuk dirinya. Cermin dari diri dan pribadi seseorang merupakan suatu landasan kepribadian untuk membangun karakter diri.
Menurut Ohmae dalam The End of Nation State menyatakan bahwa peran negara akan berkurang drastis bahkan hilang di era ekonomi global yang tidak mempunyai batas-batas wilayah. Ohmae memperkirakan hilangnya peran negara lantaran timbulnya arus sirkulasi yang disebut 4 I s, yaitu terdiri dari Investment, Industry, Information Technology dan Individual Consumer. Dalam dunia bisnis yang pekat dengan panggung politik ini menggiring memang menggiring orang kearah yang pesimistik. Agar kita tidak terjebak dalam pesimisme yang berkepanjangan, kita mesti sedikit berpandangan jauh ke depan. Pandangan dari setiap sudut pandang untuk lebih instrospeksi diri dalam hal membangun sesuatu demi keberhasilan.
Mungkin banyak orang diantara kita, yang sering memperbincangkan “era globalisasi” seakan-akan kawasan-kawasan luas di dunia ini identik semuanya. Hal yang lebih parah lagi, ada diantara kita yang begitu yakin “berkiblat” untuk menyerupai negara maju tertentu, sehingga mereka ini menganggap bahwa jaringan informasi akan memungkinkan mereka untuk “berpikir secara global” dalam melakukan segala kegiatan. Cobalah untuk berfikir secara strategis didalam memecahkan segala hal, jangan hanya mementingkan kepentingan sepihak atau golongan dalam bertindak. Pengaruh jaman global ini nantinya dapat memberikan dampak bagi generasi berikutnya apabila tidak benar-benar diperhatikan. Dengan adanya transformasi dan reformasi sebagai alat bantu strategi untuk meningkatkan kualitas dalam strategi bisnis baik dari segi SDM, Produksi dan lain sebagainya.

Monday, September 8, 2008

Bermula dari Mimpi " How I will Start My Dream to Become Succes In Entrpreneurships

Dalam berwirausaha bermula dari mimpi dan mendambakan sesuatu yang pasti. Mimpi inilah yang menjadi kenyataan untuk usaha. Tentunya dengan keyakinan dan kerja keras “Ora Et Labora”. Kita kita berusaha untuk memulai usaha tanamkan pada diri kita bahwa kita ingin maju dan sukses, dan jangan pernah berkata saya tidak mampu. Mampukan diri anda berkata Ya Saya Mampu. Dalam hiduop ini mencoba untuk berusaha dan berdoa dalam setiap usaha didalam kehidupan sehari-hari. Yakinlah anda akan menjadi pengusaha dan pelaku usaha yang sukses. Dan selalu menanyakan dalam dalam hati My Dreams Become True. Dalam hal ini ada beberapa tips menurut para pakar “How Your Dream to Become True”:
1. START WITH A DREAM
Mulailah dengan sebuah mimpi. Semua bermula dari sebuah mimpi dan yakinkan akan produk yang akan kita tawarkan. A dream is where it all started : Pemimpilah yang selalu menciptakan dan membuat sebuah
terobosan dalam produk, cara pelayanan, jasa, ataupun ide yang dapatdijual dengan sukses. Mereka tidak mengenal batas dan keterikatan, tak mengenal kata “tidak bisa” ataupun “tidak mungkin”.
2. LOVE THE PRODUCTS OR SERVICES
Cintailah Produk Anda. Kecintaan akan produk kita akan memberikan sebuah keyakinan pada pelanggan kita dan membuat kerja keras terasa ringan. Membuat kita mampu melewati masa-masa sulit. Enthusiastism and
Persistence : Antusiasme dan keuletan sebagai pertanda cinta dan keyakinan akan menjadi tulang punggung keberhasilan sebuah usaha yang baru.
3. LEARN THE BASICS OF BUSINESS
Pelajarilah fundamental business. BEYOND THE “BUY LOW, SELL HIGH,PAY LATE, COLLECT EARLY”: Tidak akan ada sukses tanpa ada sebuahpengetahuan dasar untuk business yang baik, belajar sambil bekerja, turut
kerja dahulu selama 1-2 tahun untuk dapat mempelajari dasar-dasar usaha akan membantu kita untuk maju dengan lebih baik. Carilah Guru yang baik.
4. WILLING TO TAKE CALCULATED RISKS
Ambillah resiko. The Gaint that u will be able to achieve is directlyproportional to the risk taken : Berani mengambil resiko yang diperhitungkanmerupakan kunci awal dalam dunia usaha, karena hasil yang akan dicapai akan proporsional terhadap resiko yang akan diambil. Sebuah resiko yang diperhitungkan dengan baik-baik akan lebih banyak memberikan kemungkinan berhasil. Dan inilah faktor penentu yang membedakan
“entrepreneur” dengan “manager”. Entrepreneur akan lebih dibutuhkan pada tahap awal pengembangan perusahaan, dan manager dibutuhkan akan mengatur perusahaan yang telah maju.
5. SEEK ADVICE, BUT FOLLOW YOUR BELIEF
Carilah nasehat dari pakarnya, tapi ikuti kata-kata kita. Consult Consultants, ask the experts, but follow your hearts. Entrepreneur selalu mencari nasehat dari berbagai pihak tapi keputusan akhir selalu ada ditangannya dan dapat diputuskan dengan indera ke enam-nya. Komunikasi yang baik dan kepiawaian menjual. Pada fase awal sebuah usaha, kepiawaian menjual merupakan kunci suksesnya. Dan kemampuan untuk memahami dan
menguasai hubungan dengan pelanggan akan membantu mengembangkan usaha pada fase itu.
6. WORK HARD, 7 DAY A WEEK, 18 HOURS A DAY
Kerja keras. Etos kerja keras sering dianggap sebagai mimpi kuno dan seharusnya diganti, tapi hard-work and smart-work tidaklah dapat dipisahkan lagi sekarang. Hampir semua successful start-up butuh workaholics. Entrepreneur sejati tidak pernah lepas dari kerjanya, pada saat tidurpun otaknya bekerja dan berpikir akan bussinessnya. Melamunkan dan memimpikan kerjanya.
7. MAKE FRIENDS AS MUCH AS POSSIBLE
Bertemanlah sebanyak banyaknya. Pada harga dan kwalitas yang sama orang membeli dari temannya, pada harga yang sedikit mahal, orang akan tetap membeli dari teman. Teman akan membantu mengembangkan usaha kita, memberi nasehat, membantu menolong pada masa sulit.
8. DEAL WITH FAILURES
Hadapi kegagalan. Kegagalan merupakan sebuah vitamin untuk menguatkan dan mempertajam intuisi dan kemampuan kita berwirausaha, selama kegagalan itu tidak “mematikan”. Setiap usaha selalu akan
mempunyai resiko kegagalan dan bila mana itu sampai terjadi, bersiaplah dan hadapilah !
9. JUST DO IT, NOW!
Lakukanlah sekarang juga. Bila anda telah siap, lakukanlah sekarang juga. Manager selalu melakukan READY-AIM-SHOOT, tetapi entrepreneur sejati akan melakukan READY-SHOOT-AIM ! Putuskan dan kerjakan sekarang, karena besok bukanlah milik kita.
Salam Sukses Selalu.

Thursday, August 7, 2008

Bermula dari Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan " From the Idea to Become Entrepreneur"

Nilai-nilai yang terkandung dalam ide seseorang yang memiliki suatu imajinasi yang tinggi akan membuat suatu yang bernilai.Nilai dari suatu inovasi akan produk atau barang dan jasa inilah yang menjadi dasar seseorang menjadi seorang entrepreneur. Keberhasilan didalam mengembangkan suatu ide dan inovasi ini memberikan suatu dorongan bagi sesorang untuk membuat sesuatu yang bernilai sebagai contoh Thomas Alpha Edison yang menemukan bola lampu dan penemuan lainya yang banyak dipakai manusia pada saat ini. Hal ini kembali kepada pribadi seseorang, apakah Ia dapat mengembangkan dirinya / talenta anugrah yang diberikan Tuhan kepadanya. Jangan pernah bertanya apa yang bias aku perbuat? Tetapi tanyakan apa yang bisa aku lakukan. Karena semua yang diciptakan Tuhan didunia ini bermanfaat dan bernilai, baik dari sampah atau kotoran sekalipun sekarang ini bisa dipergunakan untuk membuat biogas. Berfikirlah untuk hari esok dan cobalah untuk menciptakan sesuatu yang berarti dalam hidup ini.
Dalam hal ini nilai suatu barang atau produk dapat diciptakan melalui:

• Inovasi : Keberhasilan wirausaha dicapai apabila wirausaha menggunakan produk,
proses, dan jasa-jasa inovasi sebagai alat untuk menggali perubahan.
• Mengubah tantangan menjadi peluang
Menciptakan permintaan melalui penemuan baru (market driven).

Menurut Zimmerer, ide-ide yang berasal dari wirausaha dapat menciptakan peluang untuk memenuhi kebutuhan pasar. Dalam mengevaluasi ide, wirausaha perlu mengidentifikasi dan mengevaluasi semua resiko yang mungkin terjadi dengan cara:

• Pengurangan resiko melalui strategi yang proaktif
• Penyebaran resiko pada aspek yang paling mungkin
• Pengelolaan resiko yang mendatangkan nilai atau manfaat

Ada tiga resiko yang perlu dievaluasi, yaitu:
• Resiko pasar atau resiko persaingan, terjadi akibat adanya ketidakpastian pasar
• Resiko finansial, terjadi akibat rendahnya hasil penjualan dan tingginya biaya
• Resiko teknik, terjadi akibat kegagalan teknik

Bagaimana ide dapat menjadi peluang, ada beberapa cara untuk melakukannya yaitu:

• Ide dapat digerakkan secara internal melalui perubahan cara-cara/metoda yang lebih baik untuk dapat memenuhi kepuasan pelanggan

• Ide dapat dihasilkan dalam bentuk produk dan jasa baru

• Ide dapat dihasilkan dalam bentuk modifikasi, bagaimana pekerjaan dilakukan atau dimodifikasi cara melakukan suatu pekerjaan

Sumber-sumber Potensial Peluang
Proses penjaringan ide disebut screening yang merupakan suatu cara terbaik untuk menuangkan ide potensial menjadi produk atau jasa riil. Adapun langkah-langkah dalam penjaringan ide (screening) ide dapat dilakukan dengan cara Menciptakan produk baru dan berbeda, mengamati pintu peluang, analisis produk dan proses produksi secara mendalam, menaksi biaya awal, dan memperhitungkan resiko yang mungkin terjadi. Produk dan jasa yang dibuat harus menciptakan nilai bagi pembeli, untuk itu wirausaha harus benar-benar mengenal perilaku konsumen di pasar.
Ada dua unsur pasar yang perlu diperhatikan:
• Permintaan terhadap barang/jasa yang dihasilkan
• Waktu penyerahan dan waktu permintaan barang/jasa

Kemampuan untuk memperoleh peluang, sangat bergantung pada kemampuan wirausaha untuk menganalisis pasar, yang meliputi aspek:
• Analisis demografi pasar
• Analisis serta tingkah laku pesaing
• Analisis keunggulan bersaing pesaing dan kevakuman pesaing yang dapat dianggap
dapat menciptakan peluang.
Mengamati Pintu Peluang
Wirausaha harus mengamati potensi-potensi yang dimiliki pesaing, misalnya:
• Kemungkinan pesaing mengembangkan produk baru
• Pengalaman keberhasilan dalam mengembangkan produk baru
• Dukungan keuangan
• Keunggulan-keunggulan yang dimiliki pesaing di pasar

Kemampuan pesaing untuk mempertahankan posisi pasar dapat dievaluasi dengan mengamati kelemahan-kelemahan dan resiko pesaing dalam menanamkan modal barunya.
Pintu peluang usaha baru dapat diperoleh dengan cara (Zimmerer):

• Produk baru harus segera dipasarkan dalam jangka waktu yang relatif singkat
• Kerugian teknik harus rendah
• Bila pesaing tidak begitu agresif untuk mengembangkan strategi produknya
• Pesaing tidak memiliki teknologi yang canggih
• Pesaing sejak awal tidak memiliki strategi dalam mempertahankan posisi pasarnya
• Perusahaan baru memiliki kemampuan dan sumbe-sumber untuk menghasilkan produk barunya

Memperhitungkan Resiko yang Mungkin Terjadi
Resiko pesaing, kemampuan dan kesediaan pesaing untuk mempertahankan posisi pasarnya:
• Kesamaan dan keunggulan produk yang dikembangkan pesaing
• Tingkat keberhasilan yang dicapai pesaing dalam pengembangan produknya
• Seberapa besar dukungan keuangan pesaing bagi pengembangan produk baru
Resiko teknik adalah kegagalan dalam proses pengembangan produk. Sedangkan resiko finansial adalah kegagalan yang timbul akibat ketidakcukupan dana. Untuk menjadi wirausaha yang berhasil, persyaratan utama yang harus dimiliki adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, atau kompetensi. Komptensi itu sendiri ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman. Wirausahawan adalah seseorang yang memiliki jiwa dan kemampuan tertentu dalam berkreasi dan berinovasi, ia memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut tercermin dalam:
• Kemampuan dan kemauan untuk memulai usaha (start-up)
• Kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baru (creative)
• Kemampuan dan kemampuan untuk mencari peluang (opportunity)
• Kemampuan dan keberanian untuk menanggung resiko (risk bearing)
• Kemampuan untuk mengembangkan ide dan meramu sumber daya
Kemauan dan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan terutama untuk:
• Menghasilkan produk atau jasa baru
• Menghasilkan nilai tambah baru
• Merintis usaha baru
• Melakukan proses/teknik baru
• Mengembangkan organisasi baru

Wednesday, August 6, 2008

Strategi Bagaimana Memasuki dengan Kompetisi Pasar Eropa dengan Standar Yang di tentukan

Untuk memasuki pasar Uni Eropa, penelitian pasar (market reaseach) setiap negara tujuan di wilayah Uni Eropa sangatlah penting diperhatikan mengingat perbedaan budaya dari setiap negara yang berjumlah 27 negara termasuk dalam European Union dan memiliki peluang pasar ekspor produk makanan dan minuman, agroindustri dan sebagainya sangat besar sekitar 490 juta konsumen serta memiliki tingkat konsumsi bahan makanan yang berbeda-beda. Indonesia merupakan potensi yang besar untuk memanfaatkan pasar Eropa, salah satu standar yang dipersiapkan Uni Eropa dalam menghadapi pasar bebas yakni penerapan standar produk yang ramah lingkungan dan memiliki dimensi, ekonomi, ekologi dan sosial terutama untuk produk pertanian, perikanan dan industri. Yang menjadi kendala pada perdagangan Non Tarif berdasarkan informasi yang perundang-undangan pasar Eropa:

1. Perundang-undangan produk
Kualitas produk merupakan kunci keberhasilan untuk memasuki pasar Uni Eropa. Karena adanya penyelarasan perundang-undangan di UE sejak Januari 1993, perundang-undangan kualitas yang seragam berlaku di seluruh UE.
http://europa.eu.int/eur-lex/lex/en/index.htm untuk naskah lengkap mengenai berbagai instruksi dan peraturan yang disebutkan di dalam bagian-bagian di bawah ini. Juga rujuk pada AccessGuide untuk analisis perundang-undangan UE dan untuk melihat berbagai instruksi dan peraturan khusus di Eurlex.
· Undang-undang Pangan Umum Selama beberapa tahun terakhir, jumlah skandal pangan terjadi di UE: mulai dari penyakit sapi gila sampai senyawa kimia beracun (dioksin) pada daging ayam. Agar dapat kembali menenangkan kembali para konsumen dan memulihkan kepercayaan pada berbagai produk pangan, perundang-undangan pada produk pangan menjadi lebih ketat dan semakin rumit.Pada tahun 2002, peraturan EC 178/2002 telah digunakan, yang menetapkan berbagai asas dan prinsip umum untuk perundang-undangan pangan, yang membentuk European Food Safety Authority (Badan Keamanan Pangan Eropa) dan yang menetapkan tata cara yang berkaitan dengan keamanan pangan. Peraturan ini umumnya dikenal sebagai Undang-undang Pangan Umum, dan juga mencakup berbagai ketentuan mengenai keadaan makanan yang dapat ditelusuri (pasal 18). Aspek inti dalam Undang-undang Pangan Umum mulai berlaku pada bulan Januari 2005. Untuk informasi lebih lengkap, cobalah merujuk pada AccessGuide atau alamat berikut:
http://www.europa.eu.int/comm/food/index_en.html
· Standar Pemasaran UE Standar pemasaran untuk kualitas dan pelabelan buah-buahan dan sayur-sayuran ditetapkan dalam peraturan dasar EC 2200/96 (tanggal 28 Oktober 1996), dalam kerangka Common Agricultural Policy (CAP) (Kebijakan Pertanian Umum). Berbagai produk yang tidak sesuai dengan standar tersebut dilarang masuk pasar. Kotak di bawah menyajikan sebuah gambaran mengenai produk buah dan sayuran segar, yang terkait dengan standar kualitas seperti yang ditetapkan di dalam peraturan yang disebutkan di atas. Selain itu, terdapat berbagai peraturan terpisah yang meliputi standar pemasaran EC untuk pisang. Berbagai standar tersebut hanya berlaku untuk pisang hijau yang belum masak, pada tahap impor dan di fasilitas pemasakan buah di daratan. Dengan alat bantu kartu warna, peralatan pengukur dan uraian sesungguhnya, penanam buah dapat menilai dan mengelompokkan produknya dengan sangat efektif. Sebagai contoh, salah satu peralatan tersebut dapat mengukur kepadatan sebuah tomat.
Untuk uraian terperinci mengenai standar bagi setiap produk buah dan sayuran segar yang terkait dengan peraturan EC 2200/96, cobalah merujuk pada
http://www.defra.gov.uk/hort/hmi/common/standard.htm. Selain perundang-undangan UE, para pengimpor buah dan sayuran segar memiliki standar kualitas mereka sendiri. Dengan demikian persyaratan UE harus dipandang sebagai petunjuk kualitas yang dituntut oleh para pengimpor Eropa. Perawatan dan pengolahan antara panen dan pengiriman ke negara impor seringkali merupakan titik terlemah dalam hubungan antara produsen dan pengimpor. Standar PBB berlaku dalam hal produk tersebut, yang mencakup berbagai hal yang tidak terdapat di dalam standar kualitas UE.
· Sertifikat Pemenuhan
Pada bulan Juni 2001, Komisi UE menggunakan peraturan EC 1148/2001. Berdasarkan peraturan ini, seluruh pengiriman impor buah dan sayuran segar dari berbagai negara di luar UE dan yang terkait dengan Standar Pemasaran EC akan meminta Sertifikat Pemenuhan yang resmi sebelum pengiriman tersebut diizinkan untuk memasuki pasar UE. Berbagai produk yang tercakup oleh standar pemasaran UE, yang ditujukan untuk pengolahan, membutuhkan Sertifikat Penggunaan Industri namun tidak terkait dengan pemenuhan. Untuk informasi lebih jauh mengenai berbagai sertifikat tersebut, cobalah merujuk pada
http://www.defra.gov.uk/hort/hmi.htm
· MRL (Batas Residu Maksimal)
Impor buah dan sayuran segar ke UE harus sesuai dengan perundang-undangan untuk Maximum Residue Limits (MRLs) (Batas Residu Maksimal) akan sejumlah besar pestisida. Batas maksimal untuk residu pestisida di dalam dan pada berbagai produk yang berasal dari perkebunan, termasuk buah dan sayuran. Ditetapkan dalam instruksi 90/642/EEC. Untuk gambaran luas mengenai tingkat pestisida yang disetujui, cobalah merujuk pada kotak yang berisi alamat Internet di bawah ini.


· Peraturan fitosanitari (kebersihan pertumbuhan) dan perlindungan perkebunan
Pada umumnya, standar internasional untuk tindakan kebersihan pertumbuhan (phytosanitary) ditetapkan oleh International Plant Protection Committee (IPPC) (Komite Perlindungan Perkebunan Internasional) untuk melindungi impor barang pertanian yang mungkin memiliki penyakit atau serangga dari perkebunan. Di UE aturan tersebut ditetapkan dalam peraturan EC 2002/89. Berkaitan dengan buah dan sayuran segar, tujuan utama dari instruksi ini adalah untuk mencegah hasil panen UE bersinggungan dengan organisme yang membahayakan kebersihan pertumbuhan dari pengiriman yang diimpor. Pasal 13 adalah pasal terpenting dalam instruksi dan hak Jasa Perlindungan Perkebunan untuk memeriksa sejumlah besar buah dan sayur-sayuran pada saat kedatangannya di UE. Tambahan peraturan tersebut menentukan produk perkebunan, seraya tidak mencakupkan produk-produk berikut dalam pemeriksaan: stroberi, anggur, melon, buah kiwi, bawang bombay, bawang putih dan alpukat. Pemeriksaan mencakup pemeriksaan fisik pengiriman mengenai resiko kebersihan pertumbuhan, identifikasi dan validitas sertifikat kebersihan pertumbuhan yang mencakupnya. Sertifikat kebersihan pertumbuhan merupakan sebuah dokumen resmi yang menjamin bahwa produk yang diuraikan di dalamnya telah diperiksa sesuai dengan prosedur yang ditentukan, dianggap bebas dari hama karantina dan memenuhi peraturan terkini dari negara pengimpor. Jika impor buah dan sayuran segar tidak memenuhi persyaratan, pengiriman tersebut tidak dapat memasuki pasar UE. Persyaratan sertifikat kebersihan pertumbuhan:
Berisi naskah resmi yang sesuai dengan model FAQ ;
Dibuat dengan menggunakan salah satu bahasa resmi di Masyarakat Eropa;
Harus diajukan seluruhnya, baik dengan huruf besar atau dengan naskah yang diketik; jika tambahan digunakan, sertifikat kebersihan pertumbuhan harus diberikan keterangan: “lihat tambahan” dan tambahan harus diberikan keterangan: “tambahan untuk sertifikat kebersihan pertumbuhan nomor ...” dan tambahan harus disahkan dengan cap organisasi dan tanda tangan;
Dicap dan ditandatangani oleh seorang pejabat berwenang dari Jasa Perlindungan Pertanian;
Diterbitkan tidak lebih dari 14 hari sebelum meninggalkan negara;
Menunjukkan asal dan tujuan produk perkebunan;
Menunjukkan nama botani dari tanaman, selain nama produk
Nomor dan keterangan kemasan;
Berat bersih;
Salinan atau rangkap asli dari sertifikat kebersihan pertumbuhan hanya dapat diterbitkan dengan penanda “SALINAN” atau “RANGKAP”. (Tambahan VI A dan VI B). Fotokopi atau salinan faks atau salinan e-mail tidak diterima.
2. Persyaratan Pasar
Persyaratan pasar sosial
Dengan meningkatnya sikap belanja yang bertanggung jawab secara sosial, seluruh aktor dalam rantai produksi mulai dari produsen awal sampai konsumen akhir membutuhkan perangkat berbasis pasar untuk mendapatkan pertanggungjawaban pasar.Social Accountability 8000 (SA8000) merupakan sebuah sistem manajemen mendunia untuk berbagai perusahaan yang mencoba menjamin segala hak dasar para pekerja mereka. Standar tersebut berlaku untuk seluruh industri dan berdasarkan pada Konvensi ILO yang diterima secara internasional. Dimulai dengan sertifikasi berbagai perusahaan pembuat mainan, perusahaan pembuat pakaian, perusahaan pembuat plastik dan perusahaan pembuat obat-obatan, belakangan ini (mulai tanggal 31 Oktober 2004) sistem tersebut telah memberikan sertifikasi pada 492 fasilitas, mewakili 51 industri dan melibatkan 40 negara.
Untuk memberikan sertifikasi pemenuhan usaha dengan SA8000, para auditor berkualifikasi mengunjungi berbagai pabrik dan menilai kinerjanya berdasarkan sejumlah besar persoalan: tenaga kerja anak, kebebasan berkumpul dan hak untuk melakukan penawaran bersama, praktek disipliner, jam kerja dan kompensasi. Program Penandatanganan SA8000 dapat dianggap sebuah perangkat untuk menunjukkan komitmen nyata dan dapat dipercaya untuk mencapai kondisi kerja yang selayaknya dalam rantai pasokannya. Program ditentukan untuk membantu berbagai perusahaan yang berusaha untuk mendapatkan sertifikasi. Pelaksanaan undang-undang praktek di Eropa bukan tanpa masalah, namun pada negara-negara berkembang, pelaksanaan undang-undang tersebut akan lebih sulit bagi para eksportir dan penanam. Perusahaan akan dikendalikan sekali setahun. Sub-kontraktor diharuskan untuk mengikuti SA8000, namun tidak harus di-audit.
Persyaratan pasar lingkungan
Aspek lingkungan dari berbagai produk telah menjadi sebuah persoalan di Eropa. Konsep perkembangan berkelanjutan menggambarkan pemikiran dimana perkembangan ekonomi harus secara otomatis mempertimbangkan persoalan lingkungan, menyadari kenyataan bahwa berbagai kegiatan yang mencemari lingkungan akan menciptakan dampak negatif yang besar pada kehidupan generasi di masa yang akan datang. Dalam hal ini seluruh pihak, termasuk masyarakat umum dan juga perusahaan-perusahaan, diminta untuk menerima tanggung jawab sosialnya masing-masing dan meminimalkan dampak lingkungan dari berbagai kegiatan mereka.
Selain berbagai tindakan yang dilakukan pemerintah (perundang-undangan), para pengecer besar di UE juga memiliki peran penting dalam menangani persoalan lingkungan. Selain itu, pergerakan kuat dari konsumen terlihat khususnya di bagian utara UE (Skandinavia, Jerman dan Belanda). Tujuan dari bagian ini adalah untuk menyorot sekilas beberapa aspek yang sekarang memiliki peranan penting di UE. Untuk informasi lebih jelas, cobalah merujuk pada AccessGuide CBI.
Pada tahun-tahun belakangan ini, berbagai persoalan seperti Penilaian Daur Hidup (lingkungan) produk, Cleaner Production (CP) (Produksi Pembersih) dan desain lingkungan (ecodesign) telah menjadi perangkat penting bagi perusahaan untuk meningkatkan kinerja produk dan proses produksi mereka yang selaras dengan lingkungan (dengan menganalisa dimana dampak terbesar terjadi pada lingkungan dan bagaimana perusahaan dapat melakukan perbaikan pada hal tersebut). Hal ini dapat menimbulkan keuntungan internal (efisiensi yang meningkat) dan eksternal (kesan yang diterima dari masyarakat).
Produksi organik, Ecolabel dan label perdagangan yang setara Hasil dari penerapan berbagai perangkat di atas dapat menjadi peningkatan perusahaan secara internal pada kinerja lingkungan mereka. Namun, agar dapat memanfaatkan pendekatan yang ramah lingkungan untuk berbagai produk dan proses produksinya, perangkat pemasaran ‘ramah lingkungan’ seperti standar manajemen lingkungan (untuk seluruh organisasi, seperti ISO 14001 dan EUREPGAP) dan ecolabel (pelabelan selaras dengan lingkungan) telah dibentuk baik oleh pemerintah maupun oleh berbagai pihak swasta. Tuntutan akan produk yang ramah lingkungan meningkat, khususnya pada bidang barang konsumen. Konsumen dan pedagang menuntut berbagai produk umum yang ramah lingkungan dan memiliki label sesuai dengan ketentuan hukum. Ecolabel bersifat sukarela dan memberikan keuntungan bagi pemasaran terhadap persaingan. Contohnya adalah sebagai berikut, Ecolabel dari UE, Milleukeur dari Belanda, Blue Angel dari Jerman dan White Swan dari Skandinavia.Berbagai label yang merujuk pada produksi buah dan sayuran organik juga dapat dianggap sebagai ecolabel. Label mutu EKO merupakan label di Belanda yang menjamin keaslian dan mutu organik dari produk pertanian.
Pada upaya lanjutan untuk membantu perkembangan produksi organik dan untuk memiliki label UE umum di seluruh UE, Komisi UE belakangan telah menggunakan label UE untuk mengidentifikasi pangan yang diproduksi sesuai dengan standar organik UE. Standar UE untuk produksi pangan organik dan pelabelan ditetapkan dalam peraturan EEC 2092/91. Peraturan ini dan perubahan lanjutannya menetapkan berbagai asas dasar untuk produksi organik pada tingkat pertanian dan berbagai aturan yang harus dipatuhi untuk pengolahan, penjualan dan impor produk organik dari tiga negara (non-UE). Untuk informasi lebih lanjut mengenai produksi organik, cobalah merujuk pada Survei Pasar UE CBI “Produk Pangan Organik” atau ke alamat
http://www.cbi.nl/accessguide
Selain label berorientasi produk, juga terdapat berbagai label perdagangan yang setara, seperti label dari Max Havelaar Foundation dan TransFair International. Pada tahun 2003, Max Havelaar membuat perjanjian dengan seluruh organisasi Fair Trade internasional yang merupakan bagian dari FLO (Fairtrade Labelling Organisation – Organisasi Pelabelan Perdagangan yang Setara) untuk menggunakan sebuah logo. Hal ini akan membantu konsumen untuk mengenali produk Fair Trade secara lebih mudah. Berbagai label Fair Trade tersedia untuk produk buah segar seperti pisang (termasuk pisang organik). Oke adalah merek untuk beberapa produk Fair Trade dan berkaitan dengan label Max Havelaar atau TransFair. Sekarang, jumlah produk buah tropis berlabel Oke yang terus meningkat muncul di pasar, termasuk jeruk, nanas dan mangga.
Persyaratan kesehatan dan keamanan konsumen
Kesehatan dan keamanan konsumen sangatlah penting di keseluruhan rantai makanan, mulai dari pertanian sampai pengolahan sampai tiba di rak-rak toko serba ada di UE. Terdapat sejumlah prakarsa keamanan di Eropa, termasuk EUREPGAP pada Good Agricultural Practices (GAP – Praktek Pertanian yang Baik) yang dikembangkan oleh para pengecer besar Eropa. Juga terdapat sistem manajemen internasional yang berdasarkan pada sistem HACCP yang dapat disertifikasi secara bebas.
o EurepGapUndang-undang untuk buah dan sayuran segar yang ditetapkan di Eropa adalah EurepGap (lihat juga Bagian 3.3). Euro-Retailer Produce Working Group (EUREP) telah mengembangkan standar Praktek Pertanian yang Baik. Working Group (Kelompok Kerja) tersebut memberikan tanggapan terhadap meningkatnya minat konsumen dalam persoalan lingkungan dan keamanan makanan. Kerangka kerja EurepGap mengharuskan perusahaan untuk memiliki sebuah sistem manajemen yang baik yang dilaksanakan untuk menangani persoalan kualitas, kebersihan dan lingkungan. Cobalah merujuk pada AccessGuide CBI untuk mendapatkan informasi tambahan mengenai EurepGap. Meskipun standar EurepGap belum menjadi praktek umum di seluruh negara anggota UE, berbagai standar tersebut diharapkan agar diterima dan diterapkan di masa yang akan datang, khususnya oleh rangkaian toko serba ada yang besar.
o Sistem Manajemen Kebutuhan akan manajemen kualitas yang baik semakin signifikan. Dua sistem yang dapat menunjukkan reliabilitas dari sistem kontrol kualitas anda adalah:
o HACCP
o ISO 9000.
Meskipun tidak secara langsung belum merupakan standar kewajiban bagi para produsen buah dan sayuran segar, para eksportir harus waspada dengan kenyataan bahwa dalam bidang buah dan sayuran olahan, HACCP dan ISO 9000 memiliki kepentingan yang meningkat pesat di Eropa. Cobalah merujuk pada AccessGuide CBI di alamat
http://www.cbi.nl/accessguide dan pada situs internet ISO http://www.iso.ch untuk mendapatkan informasi yang lebih terperinci dan terkini.
Sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP – Titik Kendali Kritis Analisis Resiko) diberlakukan pada berbagai perusahaan yang mengolah, menangani, mengemas, mengirimkan, mendistribusikan atau memperdagangkan berbagai produk pangan. Belakangan perundang-undangan yang ditetapkan di dalam Instruksi 93/43/EEC berlaku bagi para produsen di dalam UE. Penerapan berdasarkan Peraturan baru akan berlaku secepat-cepatnya pada tanggal 1 Januari 2006. Hal ini berarti bahwa HACCP juga akan menjadi suatu keharusan bagi para eksportir negara berkembang yang berhubungan dengan negara-negara anggota UE.
Standar ISO 9000 memberikan sebuah kerangka kerja untuk prosedur standarisasi dan metode pengerjaan, yang tidak hanya berkaitan dengan kontrol kualitas namun juga pada keseluruhan organisasi. Hal ini berarti bahwa program manajemen kualitas, kesehatan, keamanan dan lingkungan menjadi saling berkaitan dengan keseluruhan rencana manajemen ISO. ISO 9000 tidak secara spesifik menujukan pada keamanan dan kualitas produk, namun ISO 9000 merupakan sebuah jaminan bahwa anda akan selalu melakukan suatu hal dengan cara yang sama. Haruslah tetap diingat bahwa keputusan untuk mendapatkan sertifikasi ISO 9000 adalah suatu komitmen yang kuat, yang akan memanfaatkan sumber daya manusia dan keuangan perusahaan dan yang akan terus menambahkan berbagai prosedur dan kertas kerja. Meskipun demikian, para perusahaan pabrikan, yang telah memperoleh sertifikat seri ISO 9000, memiliki sebuah aset yang berharga. Sertifikasi dapat menjadi faktor penting dalam proses pemilihan yang diberlakukan oleh mitra dagang di Eropa.
Untuk informasi yang lebih terperinci mengenai persoalan yang disebutkan di atas, cobalah merujuk pada AccessGuide CBI atau pada berbagai organisasi terkait lainnya.
2. PERSYARATAN PASAR
Persyaratan pasar sosialDengan meningkatnya sikap belanja yang bertanggung jawab secara sosial, seluruh aktor dalam rantai produksi mulai dari produsen awal sampai konsumen akhir membutuhkan perangkat berbasis pasar untuk mendapatkan pertanggungjawaban pasar.Social Accountability 8000 (SA8000) merupakan sebuah sistem manajemen mendunia untuk berbagai perusahaan yang mencoba menjamin segala hak dasar para pekerja mereka. Standar tersebut berlaku untuk seluruh industri dan berdasarkan pada Konvensi ILO yang diterima secara internasional. Dimulai dengan sertifikasi berbagai perusahaan pembuat mainan, perusahaan pembuat pakaian, perusahaan pembuat plastik dan perusahaan pembuat obat-obatan, belakangan ini (mulai tanggal 31 Oktober 2004) sistem tersebut telah memberikan sertifikasi pada 492 fasilitas, mewakili 51 industri dan melibatkan 40 negara.
Untuk memberikan sertifikasi pemenuhan usaha dengan SA8000, para auditor berkualifikasi mengunjungi berbagai pabrik dan menilai kinerjanya berdasarkan sejumlah besar persoalan: tenaga kerja anak, kebebasan berkumpul dan hak untuk melakukan penawaran bersama, praktek disipliner, jam kerja dan kompensasi.
Program Penandatanganan SA8000 dapat dianggap sebuah perangkat untuk menunjukkan komitmen nyata dan dapat dipercaya untuk mencapai kondisi kerja yang selayaknya dalam rantai pasokannya. Program ditentukan untuk membantu berbagai perusahaan yang berusaha untuk mendapatkan sertifikasi. Pelaksanaan undang-undang praktek di Eropa bukan tanpa masalah, namun pada negara-negara berkembang, pelaksanaan undang-undang tersebut akan lebih sulit bagi para eksportir dan penanam. Perusahaan akan dikendalikan sekali setahun. Sub-kontraktor diharuskan untuk mengikuti SA8000, namun tidak harus di-audit.
Persyaratan pasar lingkunganAspek lingkungan dari berbagai produk telah menjadi sebuah persoalan di Eropa. Konsep perkembangan berkelanjutan menggambarkan pemikiran dimana perkembangan ekonomi harus secara otomatis mempertimbangkan persoalan lingkungan, menyadari kenyataan bahwa berbagai kegiatan yang mencemari lingkungan akan menciptakan dampak negatif yang besar pada kehidupan generasi di masa yang akan datang. Dalam hal ini seluruh pihak, termasuk masyarakat umum dan juga perusahaan-perusahaan, diminta untuk menerima tanggung jawab sosialnya masing-masing dan meminimalkan dampak lingkungan dari berbagai kegiatan mereka.
Selain berbagai tindakan yang dilakukan pemerintah (perundang-undangan), para pengecer besar di UE juga memiliki peran penting dalam menangani persoalan lingkungan. Selain itu, pergerakan kuat dari konsumen terlihat khususnya di bagian utara UE (Skandinavia, Jerman dan Belanda). Tujuan dari bagian ini adalah untuk menyorot sekilas beberapa aspek yang sekarang memiliki peranan penting di UE. Untuk informasi lebih jelas, cobalah merujuk pada AccessGuide CBI.
Pada tahun-tahun belakangan ini, berbagai persoalan seperti Penilaian Daur Hidup (lingkungan) produk, Cleaner Production (CP) (Produksi Pembersih) dan desain lingkungan (ecodesign) telah menjadi perangkat penting bagi perusahaan untuk meningkatkan kinerja produk dan proses produksi mereka yang selaras dengan lingkungan (dengan menganalisa dimana dampak terbesar terjadi pada lingkungan dan bagaimana perusahaan dapat melakukan perbaikan pada hal tersebut). Hal ini dapat menimbulkan keuntungan internal (efisiensi yang meningkat) dan eksternal (kesan yang diterima dari masyarakat).
Produksi organik, Ecolabel dan label perdagangan yang setara Hasil dari penerapan berbagai perangkat di atas dapat menjadi peningkatan perusahaan secara internal pada kinerja lingkungan mereka. Namun, agar dapat memanfaatkan pendekatan yang ramah lingkungan untuk berbagai produk dan proses produksinya, perangkat pemasaran ‘ramah lingkungan’ seperti standar manajemen lingkungan (untuk seluruh organisasi, seperti ISO 14001 dan EUREPGAP) dan ecolabel (pelabelan selaras dengan lingkungan) telah dibentuk baik oleh pemerintah maupun oleh berbagai pihak swasta. Tuntutan akan produk yang ramah lingkungan meningkat, khususnya pada bidang barang konsumen. Konsumen dan pedagang menuntut berbagai produk umum yang ramah lingkungan dan memiliki label sesuai dengan ketentuan hukum. Ecolabel bersifat sukarela dan memberikan keuntungan bagi pemasaran terhadap persaingan. Contohnya adalah sebagai berikut, Ecolabel dari UE, Milleukeur dari Belanda, Blue Angel dari Jerman dan White Swan dari Skandinavia.
Berbagai label yang merujuk pada produksi buah dan sayuran organik juga dapat dianggap sebagai ecolabel. Label mutu EKO merupakan label di Belanda yang menjamin keaslian dan mutu organik dari produk pertanian.
Pada upaya lanjutan untuk membantu perkembangan produksi organik dan untuk memiliki label UE umum di seluruh UE, Komisi UE belakangan telah menggunakan label UE untuk mengidentifikasi pangan yang diproduksi sesuai dengan standar organik UE. Standar UE untuk produksi pangan organik dan pelabelan ditetapkan dalam peraturan EEC 2092/91. Peraturan ini dan perubahan lanjutannya menetapkan berbagai asas dasar untuk produksi organik pada tingkat pertanian dan berbagai aturan yang harus dipatuhi untuk pengolahan, penjualan dan impor produk organik dari tiga negara (non-UE). Untuk informasi lebih lanjut mengenai produksi organik, cobalah merujuk pada Survei Pasar UE CBI “Produk Pangan Organik” atau ke alamat
http://www.cbi.nl/accessguide
Selain label berorientasi produk, juga terdapat berbagai label perdagangan yang setara, seperti label dari Max Havelaar Foundation dan TransFair International. Pada tahun 2003, Max Havelaar membuat perjanjian dengan seluruh organisasi Fair Trade internasional yang merupakan bagian dari FLO (Fairtrade Labelling Organisation – Organisasi Pelabelan Perdagangan yang Setara) untuk menggunakan sebuah logo. Hal ini akan membantu konsumen untuk mengenali produk Fair Trade secara lebih mudah. Berbagai label Fair Trade tersedia untuk produk buah segar seperti pisang (termasuk pisang organik). Oke adalah merek untuk beberapa produk Fair Trade dan berkaitan dengan label Max Havelaar atau TransFair. Sekarang, jumlah produk buah tropis berlabel Oke yang terus meningkat muncul di pasar, termasuk jeruk, nanas dan mangga.
Persyaratan kesehatan dan keamanan konsumenKesehatan dan keamanan konsumen sangatlah penting di keseluruhan rantai makanan, mulai dari pertanian sampai pengolahan sampai tiba di rak-rak toko serba ada di UE. Terdapat sejumlah prakarsa keamanan di Eropa, termasuk EUREPGAP pada Good Agricultural Practices (GAP – Praktek Pertanian yang Baik) yang dikembangkan oleh para pengecer besar Eropa. Juga terdapat sistem manajemen internasional yang berdasarkan pada sistem HACCP yang dapat disertifikasi secara bebas.
o EurepGapUndang-undang untuk buah dan sayuran segar yang ditetapkan di Eropa adalah EurepGap (lihat juga Bagian 3.3). Euro-Retailer Produce Working Group (EUREP) telah mengembangkan standar Praktek Pertanian yang Baik. Working Group (Kelompok Kerja) tersebut memberikan tanggapan terhadap meningkatnya minat konsumen dalam persoalan lingkungan dan keamanan makanan. Kerangka kerja EurepGap mengharuskan perusahaan untuk memiliki sebuah sistem manajemen yang baik yang dilaksanakan untuk menangani persoalan kualitas, kebersihan dan lingkungan. Cobalah merujuk pada AccessGuide CBI untuk mendapatkan informasi tambahan mengenai EurepGap. Meskipun standar EurepGap belum menjadi praktek umum di seluruh negara anggota UE, berbagai standar tersebut diharapkan agar diterima dan diterapkan di masa yang akan datang, khususnya oleh rangkaian toko serba ada yang besar.
o Sistem Manajemen Kebutuhan akan manajemen kualitas yang baik semakin signifikan. Dua sistem yang dapat menunjukkan reliabilitas dari sistem kontrol kualitas anda adalah:
o HACCP
o ISO 9000.
Meskipun tidak secara langsung belum merupakan standar kewajiban bagi para produsen buah dan sayuran segar, para eksportir harus waspada dengan kenyataan bahwa dalam bidang buah dan sayuran olahan, HACCP dan ISO 9000 memiliki kepentingan yang meningkat pesat di Eropa. Cobalah merujuk pada AccessGuide CBI di alamat
http://www.cbi.nl/accessguide dan pada situs internet ISO http://www.iso.ch untuk mendapatkan informasi yang lebih terperinci dan terkini.
Sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP – Titik Kendali Kritis Analisis Resiko) diberlakukan pada berbagai perusahaan yang mengolah, menangani, mengemas, mengirimkan, mendistribusikan atau memperdagangkan berbagai produk pangan. Belakangan perundang-undangan yang ditetapkan di dalam Instruksi 93/43/EEC berlaku bagi para produsen di dalam UE. Penerapan berdasarkan Peraturan baru akan berlaku secepat-cepatnya pada tanggal 1 Januari 2006. Hal ini berarti bahwa HACCP juga akan menjadi suatu keharusan bagi para eksportir negara berkembang yang berhubungan dengan negara-negara anggota UE.
Standar ISO 9000 memberikan sebuah kerangka kerja untuk prosedur standarisasi dan metode pengerjaan, yang tidak hanya berkaitan dengan kontrol kualitas namun juga pada keseluruhan organisasi. Hal ini berarti bahwa program manajemen kualitas, kesehatan, keamanan dan lingkungan menjadi saling berkaitan dengan keseluruhan rencana manajemen ISO. ISO 9000 tidak secara spesifik menujukan pada keamanan dan kualitas produk, namun ISO 9000 merupakan sebuah jaminan bahwa anda akan selalu melakukan suatu hal dengan cara yang sama. Haruslah tetap diingat bahwa keputusan untuk mendapatkan sertifikasi ISO 9000 adalah suatu komitmen yang kuat, yang akan memanfaatkan sumber daya manusia dan keuangan perusahaan dan yang akan terus menambahkan berbagai prosedur dan kertas kerja. Meskipun demikian, para perusahaan pabrikan, yang telah memperoleh sertifikat seri ISO 9000, memiliki sebuah aset yang berharga. Sertifikasi dapat menjadi faktor penting dalam proses pemilihan yang diberlakukan oleh mitra dagang di Eropa.
Untuk informasi yang lebih terperinci mengenai persoalan yang disebutkan di atas, cobalah merujuk pada AccessGuide CBI atau pada berbagai organisasi terkait lainnya.
3. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJAKesadaran sosial yang meningkat di UE dapat memberikan implikasi bagi berbagai perusahaan di negara-negara berkembang dalam kapasitasnya sebagai mitra dagang. Namun, occupational health and safety (OHS – kesehatan dan keselamatan kerja) tidak hanya penting pada tuntutan dalam pasar UE. Persoalan tersebut juga penting untuk membuat petugas lebih termotivasi berkaitan dengan produktifitas, kualitas produk, dan karenanya, posisi yang lebih kuat pada pasar dagang. Perhatian utama dari kesehatan dan keselamatan pada sektor ini adalah penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida tidak hanya akan menyebabkan permasalahan kesehatan dan keselamatan jangka pendek dan jangka panjang pada area produksi, namun pestisida juga dapat memberikan pengaruh negatif pada daya saing produk pada pasar UE.Persoalan penting lainnya dalam hal ini adalah pengelolaan yang baik, melakukan pekerjaan dengan mesin dan peralatan, kebisingan dan getaran, dan ketegangan fisik (ilmu desain tempat kerja/ergonomik). Cobalah merujuk pada AccessGuide CBI untuk mendapatkan informasi tambahan mengenai persoalan ini.
4. PENGEMASAN, PENANDAAN DAN PELABELANPersyaratan untuk pengemasan dan pelabelan berdasarkan pada standar pemasaran yang ditetapkan oleh Uni Eropa. Untuk informasi terperinci mengenai pengemasan, penandaan dan pelabelan untuk beragam spesies buah dan sayuran, cobalah merujuk pada
http://www.defra.gov.uk/hort/hmi/common/standard.htm
PengemasanPengemasan digunakan untuk melindungi produk dari kerusakan mekanis dan untuk menciptakan iklim mikro yang lebih sesuai. Pengemasan merupakan faktor penting lainnya dalam menentukan kualitas produk, karena kemasan dapat mewakili produk dan melindungi produk tersebut. Pengemasan pengiriman khusus dibutuhkan untuk memastikan bahwa buah dan sayuran segar tiba dalam kondisi sempurna di tempat tujuannya. Pengemasan memainkan peranan penting dalam penyajian eceran dari produk, namun dalam daur perdagangan, pengemasan juga memiliki fungsi teknis. Kotak atau peti kemas tidak hanya harus kuat dan mudah diurus, namun juga harus memiliki desain yang mencolok mata dan menarik, yang dapat memberikan keterangan berguna mengenai isi kemasan tersebut.Terdapat tiga cara pengemasan untuk produk buah dan sayuran segar.Tidak ada keharusan penting menurut undang-undang di tingkat Uni Eropa untuk pengemasan buah dan sayuran segar. Meskipun demikian, sangatlah dianjurkan untuk memenuhi permintaan pengimpor, yang lebih mengetahui tuntutan dari pembelinya. Hal ini berlaku untuk bahan kemasan serta ukuran kemasan.
UkuranKetika ukuran kemasan diperhatikan, standar umum, yang biasa dilakukan, harus dipertimbangkan. Pengemas harus menggunakan ukuran karton yang diterima secara umum:60 kali 40 cm; dan40 kali 30 cmPilihan ukuran ini berhubungan dengan ukuran rangka dan wadah penggulung, yang digunakan untuk pendistribusian beragam jenis buah dan sayuran ke toko serba ada.
Bahan yang bersinggungan dengan makananUni Eropa telah menetapkan berbagai aturan untuk bahan dan barang yang dapat bersinggungan dengan makanan (termasuk untuk kemasan). Aturan ini akan mencegah berbagai kondisi dimana pada kondisi tersebut bahan dan barang tertentu dapat membahayakan kesehatan manusia atau menyebabkan perubahan yang tidak diinginkan pada komposisi produk pangan.Peraturan EC 1935/2004 yang menggantikan dan mencabut Instruksi 89/109/EEC berperan sebagai Peraturan kerangka kerja yang menetapkan berbagai aturan dan asas umum untuk bahan-bahan yang dapat bersinggungan dengan makanan. Selain persyaratan umum, peraturan tersebut juga mencantumkan berbagai bahan dan barang khusus tertentu yang dapat bersinggungan dengan makanan, yang diatur dalam Instruksi tambahan.
Limbah pengemasanKomisi Eropa memberikan Surat Pengemasan Ekspor pada bulan Oktober 1992, yang sejalan dengan upaya Uni Eropa untuk menyelaraskan berbagai tindakan nasional yang berkaitan dengan manajemen pengemasan dan limbah pengemasan. Surat pengemasan tersebut diikuti dengan sebuah instruksi pada bulan Desember 1994 (94/62/EC). Instruksi tersebut menekankan pada pendauran ulang bahan untuk pengemasan. Selambat-lambatnya tanggal 30 Juni 2001, negara-negara anggota (tidak termasuk Irlandia, Potugal dan Yunani) diharuskan untuk mengolah kembali antara 50 dan 65 persen dari limbah pengemasan. Negara-negara anggota diperbolehkan untuk menetapkan persentase yang lebih tinggi sebagai tujuannya, selama perdagangan antar negara anggota UE tidak terganggu.Para eksportir di negara-negara berkembang yang memiliki sasaran pasar Eropa harus mengetahui perjanjian ini dan melakukan tindakan semestinya agar dapat menjadi atau tetap menjadi mitra dagang berharga bagi bisnis Eropa. Persyaratan lingkungan akan dialihkan kepada eksportir. Hal ini berarti bahwa bahan pengemasan (kemasan pengiriman, kemasan terkait dan kemasan penjualan) adalah terbatas dan dapat digunakan kembali atau didaur ulang. Jika sebaliknya yang terjadi, pengimpor akan dihadapkan pada biaya tambahan, dan karenanya menurunkan daya saing eksportir.Karena perubahan pada kebijakan lingkungan saling mengikuti secara cepat, para eksportir dianjurkan untuk menanyakan kepada pengimpor mengenai persyaratan atau peraturan terkini yang berkaitan dengan pengemasan. Untuk informasi lebih lanjut mengenai peraturan lingkungan mengenai pengemasan, cobalah merujuk pada AccessGuide CBI dan ITC.
Pengemasan campuranAgar dapat merangsang konsumsi buah eksotis, berbagai percobaan telah dilakukan dengan melakukan pengemasan campuran pada buah eksotis. Berbagai produk eksotis dikemas dalam satu karton sebagai unit yang dapat dijual, dimana dari unit tersebut konsumen dapat melakukan pilihan di toko. Praktek tersebut mengajarkan bahwa pengimpor atau pedagang grosir dapat membuat komposisi terbaik dari karton campuran eksotis ini. Hanya pada mata rantai distribusi terakhir sajalah karton campuran tersebut memberikan keuntungan. Perakitan dan pengiriman buah eksotis campuran ini pada negara-negara pengekspor harus dicegah, karena beberapa buah tidak dapat digabungkan bersama. Penghentian penggunaan etilena pada sebagian buah akan mempercepat pemasakan pada sebagian buah lainnya, sementara juga ada beberapa buah yang dapat mempengaruhi buah lainnya baik pada rasa atau aromanya. Kerugian lainnya disebabkan oleh aspek biaya pengemasan tambahan, yang membuat harga produk buah eksotis yang sudah mahal menjadi semakin mahal.
Bahan pengemasan kayuUE telah menetapkan berbagai tindakan kebersihan pertumbuhan untuk seluruh bahan pengemasan yang terbuat dari kayu yang digunakan pada impor barang ke UE dari negara-negara dunia ketiga. Latar belakang dari perundang-undangan ini adalah untuk melindungi UE dari masuknya organisme berbahaya pada tanaman atau produk perkebunan melalui bahan pengemasan kayu.Instruksi tersebut mengharuskan pengolahan dengan panas atau pengasapan dan penandaan terhadap bahan pengemasan dari kayu (termasuk, sebagai contoh, peti kemas, kotak, peti kayu, drum dan kemasan sejenis, rangka, rangka kotak dan papan muatan lainnya, kerah rangka).AccessGuide CBI memberikan informasi mengenai cakupan dan persyaratan dari perundang-undangan baru ini.
Pelabelan Sebagai akibat dari beberapa kekhawatiran terhadap makanan (BSE / penyakit sapi gila, dioksin), konsumen terus mengajukan pertanyaan mengenai proses produksi dan menuntut pelabelan yang terbuka, jujur dan informatif. Hal ini telah menyebabkan pembahasan dalam industri buah dan sayuran mengenai “penjejakan dan penelusuran”. Dengan manajemen dan kontrol yang baik di dalam rantai industri, para distributor dapat mengawasi segala jenis aspek buah dan sayuran segar seperti bahan tanaman, pertumbuhan, panen, penyimpanan, distribusi dan pengolahan. Industri buah dan sayuran terus memberikan perhatian pada manajemen rantai industri dan sistem pelabelan dimana dengannya berbagai produk dapat ditelusuri kembali sampai ke produsen.Persyaratan pelabelan untuk buah dan sayuran segar ditetapkan dalam tambahan untuk peraturan terkait mengenai standar pemasaran. Berbagai tambahan mengharuskan bahwa label pada seluruh kemasan harus berisi nama dan alamat pengemas/pengirim, sifat produk, spesifikasi asal dan perniagaan. Peraturan 907/2004 mengubah standar pemasaran yang berlaku untuk buah dan sayuran segar yang berkaitan dengan penyajian dan pelabelan. Berbagai label untuk buah dan sayuran segar setidaknya mencantumkan negara asal, tanggal pengemasan dan nama produsen, agar dapat menjamin kemungkinan produk tersebut dapat ditelusuri kembali sampai ke penanamnya.Untuk informasi lebih lanjut mengenai berbagai peraturan tentang metode pengemasan dan pelabelan, cobalah merujuk pada AccessGuide CBI di
http://www.cbi.nl/accessguide
II TARIF DAN QUOTA Akses untuk buah dan sayuran ke pasar Eropa diatur melalui peraturan standar UE EC 2200/96, peraturan ini mencakup di antara berbagai hal lainnya:
Daftar produk dimana standar kualitas berlaku padanya;
Sistem harga dasar;
Pajak.
Gambaran mengenai perundang-undangan UE mengenai buah dan sayuran terdapat di
http://europa.eu.int/eur-lex/lex/en/repert/036054.htm
Pajak pabeanBiasanya, seluruh barang, termasuk buah dan sayuran segar, yang memasuki UE dikenakan pajak impor. Ketentuan perdagangan eksternal di Uni Eropa sebagian besar ditentukan oleh peraturan UE. Tingkat tarif bergantung pada:
Negara asal
Produk
Agar dapat mendukung ekspor dari negara-negara berkembang, UE melaksanakan Generalised System of Preferences (GSP – Sistem Pilihan yang Disamaratakan). Dengan skema GSP dari UE ini, impor dari sejumlah negara berkembang diterima dengan tarif yang dipotong dan impor dari kelompok negara maju yang paling kecil berada pada tarif terendah.Berdasarkan keputusan dari Uruguay Round, dan berdasarkan pada kecenderungan umum ke arah liberalisasi perdagangan dunia, maka dianggap perlu untuk mempertimbangkan kembali GSP. Penurunan umum pada hambatan perdagangan adalah pengikisan keuntungan pilihan yang diterima oleh negara-negara berkembang. Dengan demikian, GSP yang diperbaharui kembali dibutuhkan. Skema pilihan yang diperbaharui tersebut diperkenalkan pada tanggal 1 Januari 1995. Pajak impor yang ditetapkan berlaku untuk sejumlah negara berkembang. Formulir A atau formulir EUR I harus diberikan, jika suatu tarif diberlakukan dan eksportir di suatu negara berkembang ingin mengambil keuntungan dari tarif GSP.Cobalah merujuk juga pada Lampiran 1 untuk gambaran terperinci mengenai pajak Pabean untuk setiap produk.Untuk informasi lebih lanjut mengenai pajak Pabean dan GSP, cobalah hubungi Komisi Eropa atau Pabean di negara tujuan. Untuk rincian nomor yang dapat dihubungi, cobalah merujuk pada
http://www.wcoomd.org
Peraturan pasar pisangPada tanggal 1 Juli 1993, peraturan pasar pisang yang kontroversial berlaku. Mulai saat itu, para pengimpor ‘dollar banana’ tradisional (istilah yang merujuk pada pisang yang berasal dari Amerika Latin dan diproduksi oleh perusahaan multinasional seperti Dole, Chiquita dan Del Monte) hanya diizinkan untuk melakukan impor pisang dalam jumlah terbatas ke UE. Sejak saat itu, peraturan tersebut telah direvisi pada beberapa hal di dalamnya.Sistem baru untuk impor pisang di UE, seperti yang telah disepakati pada bulan Mei 2001, merupakan sebuah proses dua langkah menuju sistem tarif saja yang akan berlaku selambat-lambatnya 1 Januari 2006. Selama masa peralihan 2001-2005, pisang akan terus diimpor ke dalam UE berdasarkan sistem kuota tingkat tarif.Sejak 1 Januari 2002, berlaku kuota tarif sebagai berikut:
Kuota batas A sebesar 2.200.000 ton dengan pajak € 75 per ton
Kuota otonomi B sebesar 453.000 ton dengan pajak € 75 per ton
Kuota tambahan C sebesar 750.000 ton
Pisang ACP non-tradisional akan mendapatkan akses di dalam ketiga kuota tersebut dengan pajak serendah-rendahnya. Negara-negara ACP tradisional adalah negara-negara yang terdaftar di dalam Tambahan untuk peraturan 404/93.Untuk informasi lebih lanjut mengenai sistem baru untuk impor pisang, cobalah merujuk pada peraturan Komisi EC 896/2001, peraturan EC 2587/2001, dan peraturan Komisi EC 349/2002, yang dapat dilihat di
http://europa.eu.int/eur-lex/lex/en/index.htm
Sistem Harga Dasar
Pada dasarnya, penetapan harga produk di dalam pasar bebas dibuat berdasarkan pada permintaan dan persediaan. Meskipun demikian, penetapan harga untuk buah dan sayuran yang diimpor di UE diatur dengan mengikuti sistem harga dasar, yang mulai berlaku tahun 1995. Sistem harga dasar menetapkan harga dasar (minimum) UE. Jika harga impor produk berada di bawah harga dasar ini, pajak akan dibebankan padanya (tergantung pada selisih antara kedua harga tersebut). Pengimpor diperbolehkan untuk mengosongkan pengiriman melalui Pabean baik dengan menggunakan nilai tagihan atau nilai yang ditetapkan. Sistem harga dasar berlaku sepanjang tahun untuk tomat, ketimun, courgette, apel dan jeruk limun dan berlaku pada periode tertentu untuk berbagai produk lainnya (artichoke, buah jeruk lainnya, anggur meja, buah per, aprikot, ceri, persik, persik berkulit lembut dan buah prem).Dengan mematuhi sistem harga dasar, nilai untuk setiap ‘pihak’ (istilah yang digunakan pada dokumen resmi) yang diimpor pada dasarnya harus berkesesuaian dengan harga minimum.
Berdasarkan ketentuan diatas, produk pertanian Indonesia dapat bersaing untuk memasuki pasar Eropa berdasarkan prosedur yang ditentukan baik berupa produk pertanian olahan di bidang perkebunan seperti teh, kopi, kacang mete, cacao dan sebagainya yang dapat berdaya saing memenuhi pasae Uni Eropa. Pasar Uni Eropa yang terdiri dari 27 anggota yang tergabung didalamnya memilki potensi yang sangat besar. Dengan demikian bagaimana kita mempersiapkan lebih baik lagi dari segi kualitas, standar dari produk yang akan kita pasarkan. Dengan ketentuan ini menjadi guide bagi kita untuk lebih aware lagi dalam segala hal.