Wednesday, January 29, 2014

Potensi Agribusiness Biofarmaka Indonesia dalam Persaingan Pemasaran Global dan ASEAN ECONOMIC COMMUNITY



Agrobisnis biofarmaka untuk lebih berupaya lagi didalam mewujudkan potensi biofarmaka menjadi salah satu penggerak pembangunan pertanian melalui mutu dan kontinuitas penyediaan bahan baku. Perkembangan ekspor biofarmaka terus meningkat. Pada tahun 1991 sebesar Rp 95,5 miliar, 1999 menjadi Rp 600 miliar, dan 2005 mencapai Rp 4 triliun.Pelaku usaha agrobisnis biofarmaka untuk lebih berupaya lagi didalam mewujudkan potensi biofarmaka menjadi salah satu penggerak pembangunan pertanian melalui mutu dan kontinuitas penyediaan bahan baku. Potensi bisnis biofarmaka memiliki prospek bisnis yang cerah untuk peluang pemasaran domestik dan luar negeri.Sebagai contoh produk jamu Indonesia seperti Jamu Nyonya Meneer, Jamu Jago, Jamu Sido Muncul dan sebagainya baik digunakan dan diekspor ke luar negeri dan tidak kalah bersaing dengan produk China dan India. Dalam kesempatan ini peluang prospek bisnis tanaman berbasis biofarmaka masih memiliki peluang yang cerah untuk memenuhi potensi pasar. Sebagai dasar bahan konsumsi obat-obatan untuk pasokan pabrik obat/medicinal factory tentunya memerlukan jumlah untuk bahan baku yang cukup sesuai dengan mutu dan standardisasinya. (Berbagai sumber media terkait, data diolah F. Hero K. Purba).
Indonesia merupakan  negara kedua terkaya di dunia dalam hal keanekaragaman hayati. Untuk tanaman biofarmaka terdapat sekitar 30.000 jenis (spesies) yang telah diidentifikasi dan 950 spesies diantaranya diketahui memiliki fungsi biofarmaka, yaitu tumbuhan, hewan, maupun mikroba yang memiliki potensi sebagai obat, makanan kesehatan, nutraceuticals, baik untuk manusia, hewan maupun tanaman termasuk tanaman obat. Dengan kekayaan tersebut Indonesia berpeluang besar untuk menjadi salah satu negara terbesar dalam industri obat tradisional dan kosmetika alami berbahan baku tumbuh-tumbuhan yang peluang pasarnya pun cukup besar. Salah satu alternatif pengembangan biofarmaka, fitofarmaka atau lebih dikenal dengan tanaman obat, sangat berpotensi dalam pengembangan industri obat tradisional dan kosmetika Indonesia. Selama ini, industri tersebut berkembang dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan yang diperoleh dari hutan alam dan sangat sedikit yang telah dibudidayakan petani. Teknik budidaya dan pengolahan bahan baku belum menerapkan persyaratan bahan baku yang diinginkan industri , yaitu bebas bahan kimia dan tidak terkontaminasi jamur ataupun kotoran lainnya. Dalam Teknologi pasca panen, terutama diversifikasi produk, yang sangat penting pada saat harga produk segar tanaman obat atau simplisia rendah diwaktu terlalu banyak pasokan, masih sangat terbatas. Budidaya tanaman obat / biofarmaka yang disesuaikan dengan keadaan tanah dan iklim akan menghasilkan kandungan zat berkhasiat secara maksimal. Peningkatan dan pengembangan hasil olahan biofarmaka perlunya keseriusan dalam pengolahan hasil yang berkelanjutan dengan melihat seberapa besar potensi tersebut dari segi kuantitas, kapasitas dan kualitas dalam rantai pasok bahan biofarmaka/ tanaman obat di pasar domestik maupun pasar ekspor.

Tuesday, January 28, 2014

Kemampuan Pengelolaan Ternak Sapi Indonesia dalam Konsumsi Kebutuhan dan Usaha Agribisnis Peternakan



Pertumbuhan produksi daging sapi pada  tahun 2014 sebesar 23 persen. Tahun 2013 produksi daging sapi sebesar 430.000 ton, dan tahun depan produksinya ditargetkan 530.000 ton. Tahun 2012, pemerintah Indonesia menghitung kebutuhan daging sebesar 484 ribu ton. ketersediaan daging sapi hanya mampu memenuhi 399 ribu ton, sisanya 85 ribu ton dipenuhi dari impor. Untuk jumlah impor tahun 2012 terbagi atas daging sapi sebesar 34 ribu ton, dan sapi bakalan 283 ribu ekor. Harga daging sapi impor berpengaruh negatif terhadap jumlah impor daging sapi, namun pengaruhnya tidak nyata. Pada umumnya, konsumen daging sapi impor mempunyai pendapatan yang relatif tinggi, maka kenaikan harga daging sapi impor tidak memberikan pengaruh berarti terhadap volume impor. Sedangkan tahun lalu, pemerintah Indonesia memberikan kuota impor daging sapi sekitar 90 ribu ton, dan sapi bakalan 600 ribu ekor. Untuk tingkat konsumsi protein hewani di Indonesia pada tahun 2011 hanya 4,7 gram per orang per hari. Angkat ini sangat rendah jika dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, dan Filipina yang rata-rata 10 gr/orang/hari. Sementara Korea, Brasil, dan China sekitar 20-40 gram/orang/hari. negara-negara maju seperti Amerika Serikat, prancis, Jepang, Kanada, dan Inggris mencapai 50-80 gr/kapita/hari. Indonesia mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan asal ternak sendiri dan malahan berpotensi menjadi negara pengekspor produk peternakan. Hal tersebut sangat mungkin diwujudkan karena ketersediaan sumber daya lahan dengan berbagai jenis tanaman pakan dan keberadaan SDM yang cukup mendukung.Untuk tingkat konsumsi yang akan menentukan kualitas sumber daya manusia dipengaruhi oleh tingkat ketersediaan daging dan produksi ternak lainnya dan tingkat pendapatan rumahtangga (purchasing Berdasarkan  data BPS, provinsi yang memiliki populasi sapi potong lebih dari 0,5 juta ekor berturut turut adalah Provinsi Jawa Timur 4,7 juta ekor; Jawa Tengah 1,9 juta; Sulawesi Selatan 984 ribu ekor; Provinsi NTT 778,2 ribu ekor; Lampung 742,8 ribu ekor; NTB 685,8 ribu ekor; Bali 637,5 ribu ekor; dan Sumatera Utara 541,7 ribu ekor. Sementara itu untuk sapi perah populasi terbanyak di Jawa Timur 296,3 ribu ekor sedangkan kerbau di NTT sebanyak 150 ribu ekor. Peterrnak merupakan hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku industri, jasa, dan atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian. Dalam kegiatan ini, ternak yang dimaksudkan adalah Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau. Segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit dan atau bakalan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pascapanen, pengolahan, pemasaran, dan pengusahaannya.
Untuk wilayah yang merupakan sumber utama ternak sapi potong adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, NAD, Sumatera Barat, Bali, NTT, Sumsel, NTB, dan Lampung. Kemudian wilayah yang mempunyai potensi cukup besar untuk ternak kambing dan domba adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Lampung, Sumut, NAD, Banten, dan Sulsel. Sedangkan wilayah yang potensial untuk perkembangan ternak domba adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten. Untuk itu , Peternak berskala kecil dan menengah diberi prioritas untuk melakukan usaha budidaya dan pengembangbiakan ternak Indonesia yang kehidupannya masih alami dan belum tersentuh teknologi namun berpotensi ekonomi, misalnya ternak ayam Indonesia (baik asli maupun lokal).
Praktisi bidang peternakan, maupun masyarakat luas harus difasilitasi dan dibina dalam upaya meningkatkan mutu genetik ternaknya melalui program persilangan yang secara ekonomis memang dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternaknya. Indonesia, dengan penduduk yang hampir mencapai 237 juta jiwa ternyata mengkonsumsi telur dan daging ayam yang relatif rendah dibanding di negara-negara tetangga. Rata rata konsumsi telur nasional 87 butir/ kapita/tahun dan daging ayam 7 kg/kapita/tahun, bandingkan dengan konsumsi telur di Malaysia yang mencapai 311 butir/kapita/tahun (hampir 1 butir/kapita/hari) dan daging ayam mencapai 36 kg/kapita/tahun. Dalam hal ini perlu upaya serius harus dilakukan oleh berbagai pihak dalam meningkatkan konsumsi protein hewani tersebut. (Berbagai sumber terkait, data BPS, DitjenNak,Kementan, data diolah F. Hero K. Purba)

Friday, January 24, 2014

Potensi Pengembangan Budidaya Buah Tin “Buah Sorga” dalam Potensi Usaha Agribisnis



Potensi budidaya buah Tin / Ara / Fig/ yang kaya akan kandungan yang bermanfaat bagi tubuh, salah satu kandungannya adalah kandungan omega 3. Buah tin memiliki banyak sekali olehan diantaranya dengan cara dikeringkan. Pengembangan buah Tin di Indonesia sendiri sudah banyak yang membudidayakan buah ini tanaman ini awalnya berasal dari Arab dan kemudian menyebar ke seluruh pencuru dunia kecuali daerah kutub. Karena buah ini berasal dari arab maka secara otomatis. Buah Tin termasuk kedalam tanaman yang langka. Manfaat dan Khasiat Buah Tin 1. Kandungan Kalium , Omega 3 dan Omega 6 pada buah Tin/ Ara membantu untuk menjaga tekanan darah tinggi dan serangan Jantung koroner. 2. Buah Tin/ Ara kaya serat makanan, yang membuat mereka sangat efektif untuk program penurunan berat badan.( Obesitas) . 3. Bahkan daun dari tanaman Tin memiliki sifat penyembuhan. Rebusan daun pohon Tin/ ara dapat membantu pasien diabetes mengurangi jumlah asupan insulin. 4. Mengkonsumsi buah tin/ ara dengan rutin dapat membantu mengurangi risiko Kanker Payudara dan Kanker Kolon. 5. Kandungan Coumarin pada buah TIN , juga dapat mengurangi resiko Kanker Prostate. 6. Kandungan Kalsium dan Kalium dalam buah Tin/ ara mencegah penipisan tulang ( Osteoporosis) , dan membantu untuk meningkatkan kepadatan tulang. Dalam 100 gram buah Tin mengandung 241mg Calsium , 2 X lebih tinggi dari kandungan Calsium pada susu( 118mg per 100 gram) . 7. Tryptophan, dalam buah Tin/ ara, menginduksi tidur yang baik dan membantu menyingkirkan gangguan tidur seperti insomnia. 8. Mengkonsumsi buah Tin/ ara mengurangi kelelahan , meningkatkan daya memori otak dan mencegah Anemia. 9. Karena efek laksatif, mengkonsumsi buah ini sangat membantu untuk mengobati sembelit kronis. 10. Konsumsi harian buah Tin/ ara direndam ( 2-3 buah ) merupakan obat yang efektif untuk terapi penyembuhan wasir. 11. Serat larut yang terdapat pada buah TIN disebut Pektin, dalam buah Tin membantu dalam mengurangi kolesterol darah. 12. Bila diterapkan pada kulit, Tin/ ara dipanggang bisa menyembuhkan radang seperti abses dan bisul. 13. Karena kadar air yang tinggi, tumbuk buah ara bertindak sebagai pembersih kulit yang sangat baik dan membantu dalam mencegah dan menyembuhkan jerawat . 14. Buah Tin kaya akan kalsium dan kalsium alternatif yang sangat baik untuk terapi pengobatan orang-orang yang alergi terhadap produk susu . 15. Buah Tin kaya akan Phenol dan Benzaldehid alami sebagai Zat Anti Tumor serta dapat membunuh Micro-organisme Pathogen, Jamur dan Virus dalam tubuh manusia.(Berbagai sumber media terkait,data diolah F. Hero K. Purba).

Untuk peluang agribisnis usaha buah tin masih cukup jarang orang yang melirik peluang ini, sehingga menjadi lahan investasi yang prospeknya cukup cerah. Untuk harga buah laku cukup mahal di Indonesia, kisaran 150-300 rb/kg (tergantung jenis). Peluang agrbisnis buah ini sangat cerah bayangkan saja saat ini harga buah matang di pasaran menembus harga Rp 90-100 ribu per kilo.

Tuesday, January 21, 2014

Potensi Agribisnis Salak dan Pengolahan Salak Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan




Salak Enrekang juga dapat diolah menjadi berbagai variasi makanan seperti Keripik salak dan yang terkenal adalah “Keripik Salak Kalosi”.Kabupaten Enrekang merupakan salah satu alternatif daerah yang sebaiknya Anda kunjungi jika sedang berada di Sulawesi Selatan. Berbagai objek wisata alam dapat Anda nikmati saat melintasi daerah ini. Salah satunya keindahan Gunung Buttu Kabobong. Gunung ini terkenal karena bentuknya yang unik,yakni menyerupai kelamin manusia. Gunung ini juga kerap disebut sebagai Gunung Nona. Daerah di Indonesia yang tercatat sebagai sentra produksi salak diantaranya: Padangsidempuan (Sumatera Barat), Serang (Banten), Sumedang, Tasikmalaya, Ciamis, Batujajar (Jawa Barat), Magelang, Ambarawa, Wonosobo, Banyumas, Purworejo, Purbalingga, Banjarnegara (Jawa Tengah), Sleman (Yogyakarta), Bangkalan, Pasuruan (Jawa Timur), Karang Asem (Bali), Enrekang (Sulawesi Selatan). Akan tetapi pada umumnya daerah-daerah sentra salak tersebut memproduksi buah salak yang khas. (Berbagai sumber media terkait, data diolah F. Hero K. Purba).

Untuk pengolahan salak, petani salak mengaku telah melakukan inovasi agar buah salak yang hasilnya melimpah tersebut diolah menjadi keripik yang cukup lezat dan nilai jualnya meningkat. “Selama ini kami hanya mendistribusikan buah salak ke wilayah nusantara dan luar negeri dalam bentuk buah salak utuh. Kini kami megembangkan keripik buah salak, harga penghasilan warga lebih meningkat untuk meningkatkan perekonomian, produksi salak pada tahun 2001 mencapai 38.043,45 Kg. untuk memproduksi keripik buah salak hanya membutuhkan 5 buah salak yang kemudian diolah menggunakan mesin yang bisa dijual dengan harga Rp. 5000,-. Permasalahan dalam pengolahan salak adalah kadar air cukup tinggi, sehingga buah salak harus melewati salah satu tahap pengolahan , yakni pengeringan agar dapat mengurangi kadar air yang terkandung di dalam buah salak agar lebih tahan lama dan tidak cepat rusak. Perubahan mutu selama proses pengolahan misalnya warna, kekerasan, aroma dan citarasa sangat mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Salah satu cara mempertahankan kualitas adalah tanpa mengubah warna, aroma khas , dan rasa dari buah salak itu sendiri.

Agribusiness Buah Naga dalam Potensi Usaha dan Pengembangan



Wilayah lahan pertanian yang luas dan subur, Sangat besar kemungkinannya untuk mengembangkan tanaman Buah Naga.Buah Naga berbentuk bulat lonjong, seukuran dan menyerupai buah alpokat, tetapi bagian dalamnya berwarna merah dan kuning berbintik itu kalau dimakan enak, dan tidak terlalu manis, dan segar, Untuk selera lidah kebanyakan orang Indonesia, buah ini dinilai kurang manis. Pengembangan agribisnis Buah Naga mulai muncul di Indonesia pada tahun 2003. Buah naga yang berasal dari jenis tanaman rumpun kaltes ini berasal dari Israel, dan terus dikembangkan di Australia, Thailand dan Vietnam. Pasar lokal saat ini dibanjiri produk ekspor berdasarkan catatan dari eksportir buah di Indonesia, buah naga ini masuk ke tanah air mencapai antara 200 - 400 ton/tahun asal Thailand dan Vietnam.
Buah Naga merupakan salah satu jenis buah buahan yang potensinya sangat tinggi, dan sudah menjadi salah satu primadona bagi petani modern. Buah Naga Hitam termasuk salah satu jenis dari Buah Naga Merah  yang berkembang karena adanya inovasi dibidang pemupukan. Dengan menggunakan pupuk yang banyak mengandung arang sisa pembakaran, Buah Naga Merah akan berubah menjadi Buah Naga Hitam. Agribisnis buah naga (Dragon Fruit) mulai dirintis dan dikembangkan didaerah Malang, Jawa Timur dan Delanggu, Jawa Tengah. Kulonprogo, DI Yogyakarta. Dari Jenisnya buah naga ada empat macam, pertama buah naga daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus), buah naga daging super merah (Hylocereus costaricensis) dan buah naga kulit kuning daging putih (Selenicerius megalanthus). Fungsi dan khasiat Buah naga untuk kesehatan adalah dimana buah naga juga mengandungi zat besi untuk menambah darah. Buah naga merah beratnya sampai 1 Kg, harganya per 100 gram bisanya mencapai Rp.13.500 yang dapat dibeli di Supermarket. Dengan melihat potensi pasar yang ada untuk pasar Domestik saja pasarnya sangat banyak, dan peluang pasar ekspor pun dapat memberikan harapan yang baik. Bahkan di Hotel-hotel berbintang pun menyajikan buah merah sebagai makan buah yang dihidangkankan kepada para tamu pengunjung yang menginap di Hotel.
Pengembangan agribisnis buah naga ini sangat sesuai dengan iklim dan keadaan tekstur tanah di Indonesia. Komoditas ini mempunyai prospek yang cerah untuk peluang ekspor dan pasarnya masih terbuka lebar dan memiliki potensi yang sangat baik dikembangkan di Indonesia. Menurut informasi pakar AL Leong dari Johncola Pitaya Food R&D, organisasi yang meneliti buah naga merah , buah kaktus madu itu cukup kaya dengan berbagai zat vitamin dan mineral yang sangat membantu meningkatkan daya tahan dan bermanfaat bagi metabolisme dalam tubuh manusia. Penelitian menunjukkan buah naga merah ini sangat baik untuk sistem peredaran darah, juga memberikan efek mengurangi tekanan emosi dan menetralkan toksik dalam darah. Buah naga juga mengandungi zat besi untuk menambah darah; vitamin B1 (mengawal kepanasan badan); vitamin B2 (menambah selera); vitamin B3 (menurunkan kadar kolesterol) dan vitamin C (menambah kelicinan, kehalusan kulit serta mencegah jerawat). Pasar lokal saat ini dibanjiri produk ekspor berdasarkan catatan dari eksportir buah di Indonesia, buah naga ini masuk ke tanah air mencapai antara 200 400 ton/tahun asal Thailand dan Vietnam. Buah naga juga dapat bertahan lebih lama dari buah-buahan lain. Hal ini mempermudah dalam pengumpulan untuk di ekspor dalam jumlah besar. Saat ini permintaan pasar internasional akan buah ini cukup besar dan baru bisa terpenuhi sekitar 50 % dari keseluruhan permintaan. Negara pemasok buah naga terbesar saat ini adalah Thailand dan Vietnam. (Sources data Dikutip dari berbagai sumber wacana dan survey oleh:Frans Hero K. Purba)