Thursday, December 3, 2015

Problematika Tantangan Komoditas Kedelai Dalam Pemenuhan Kebutuhan Konsumen


Produksi kedelai tahun 2013 sebesar 779,99 ribu ton biji kering atau mengalami penurunan sebesar 63,16 ribu ton (7,49 persen) dibandingkan tahun 2012. Berdasarkan data kebutuhan kedelai Indonesia mencapai 2,4-2,6 juta ton sementara produksi lokal hanya mencapai 700-800 ribu ton. Impor yang dibutuhkan sekitar 1,8 juta ton.Menurut data  Badan Pusat Statistik (BPS),periode Januari hingga Agustus 2015 tercatat impor kedelai mencapai 1.525.748 ton dengan nilai S$ 719.807.624. Jumlah ini turun tipis periode yang sama di 2014 yang mencapai 1.564.163 dengan nilai US$ 947.245.608.  Adapun negara yang paling banyak ekspor kedelai ke Indonesia yakni, Amerika Serikat (AS), Kanada, Malaysia, China, dan Uruguay. Rincian impor kedelai periode Januari-Agustus 2015:

  • AS 1.481.969 ton, dengan nilai US$ 695.556.515
  • Kanada 25.573 ton, dengan nilai US$ 13.118.116
  • Malaysia 9.924 ton, dengan nilai US$ 6.335.748
  • China 1.684 ton, dengan nilai US$ 1.976.436
  • Uruguay 2.318 ton, dengan nilai US$ 1.017.612
  • Negara lainnya 4.278 ton, dengan nilai US$ 1.803.197

Produksi kedelai tahun 2013 sebesar 779,99 ribu ton biji kering atau mengalami penurunan sebesar 63,16 ribu ton (7,49 persen) dibandingkan tahun 2012. Berdasarkan data kebutuhan kedelai Indonesia mencapai 2,4-2,6 juta ton sementara produksi lokal hanya mencapai 700-800 ribu ton. Impor yang dibutuhkan sekitar 1,8 juta ton. Perkembangan harga kedele tahun 2012 yakni  Rp 6.700 per kilogram, sementara di tingkat konsumen Rp 7.000-Rp 7.050 per kilogram. Sementara sebelumnya, harga kedelai sempat menyentuh level Rp 8.300 per kilogram pada Juni-September 2012. Harga kedelai terendah di dalam negeri sempat terjadi 5 bulan lalu, di harga Rp 5.600 per kg. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti). Menurut data dari TradeMap (2012), impor kedelai telah meningkat secara akselerasi sebesar 85% selama 10 tahun terakhir. Misalnya, pada 2001, impor biji kedelai tercatat 1,14 juta ton, tetapi pada tahun 2011, impor biji kedelai bisa tembus menjadi 2,09 juta ton.  Sejak tahun 2000, kondisi tersebut semakin parah, dimana impor kedelai semakin besar. (Sources media terkait dan artikel, data diolah F. Hero K. Purba). Kenyataannya kita tidak merasa percaya sebagai negara agraris yang mengandalkan pertanian sebagai tumpuan kehidupan bagi sebagian besar penduduknya tetapi pengimpor pangan yang cukup besar.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik, tahun 2011, produksi kedelai lokal hanya 851.286 ton atau 29 persen dari total kebutuhan. Karena itu, Indonesia harus mengimpor kedelai 2.087.986 ton untuk memenuhi 71 persen kebutuhan kedelai dalam negeri. Pada tahun 2012, total kebutuhan kedelai nasional 2,2 juta ton. Jumlah tersebut akan diserap untuk pangan atau perajin 83,7 persen, industri kecap, tauco, dan lainnya 14,7 persen, benih 1,2 persen, dan untuk pakan 0,4 persen. Anomali cuaca yang melanda Amerika Serikat dan Amerika Selatan, pasokan kedelai pun turun dan harganya melonjak. Harga kedelai internasional pada minggu ke-3 Juli 2012 mencapai 622 dollar AS per ton atau Rp 8.345 per kilogram untuk harga paritas impornya di dalam negeri. Untuk impor kedelai terbesar Indonesia berasal dari Amerika Serikat dengan jumlah 1.847.900 ton pada tahun 2011. Menyusul impor dari Malaysia 120.074 ton, Argentina 73.037 ton, Uruguay 16.825 ton, dan Brasil 13.550 ton.Tempe yang merupakan makanan khas tradisional Indonesia bisa dikelompokkan dalam kategori pangan fungsional yang mempunyai manfaat kesehatan di luar kandungan gizinya.  Selain lecithin yang merupakan unsur gizi, kedelai juga mengandung genistein (senyawa nongizi) yang bersifat antikanker. Untuk itu perlu pengembangan kedelai untuk produksi nasional, konsumsi kedelai penduduk Indonesia seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk serta berkembangnya industri pangan olahan yang berbahan baku kedelai tidak diimbangi dengan produksi dalam negeri yang mencukupi sehingga impor kedelai terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

No comments: