Untuk harga Lada berjangka untk penyerahan September 2011 ditutup pada level harga INR32.925 per ton dari harga sebelumnya INR32.918 per ton. Lada di dalam negeri mengalami kenaikkan hingga mencapai 50 persen. Namun hal ini masih membawa harga lada bertahan tinggi antara Rp55.000, Rp66.000-Rp67.000 per kilogram.
Perkembangan data terakhir pada Januari - Juni 2011 ekspor Lada dari enam negara pengekspor utama (Brasil, India, Indonesia, Malaysia, Vietnam dan Sri Lanka) adalah 123.000 mt, mengalami penurunan 3% dibandingkan dengan ekspor 126.000 mt di periode yang sama tahun lalu. ntuk nilai ekspor lada hitam dan lada putih dalam tahun 2001 menunjukkan penurunan. Lada hitam, nilai ekspor tertinggi diperoleh tahun 2000 sebesar US $ 100,6 juta, dan tahun 2001 menurun menjadi US $ 39,9 juta. Sementara itu nilai ekspor lada putih pada tahun 1995 sebesar US $ 69,8 juta, dan angka ini meningkat menjadi US $ 140,7 juta pada tahun 1999. Setelah itu nilai ekspor ini menurun menjadi US $ 60,1 juta pada tahun 2001. Indonesia merupakan produsen lada terbesar kedua di dunia setelah Vietnam dengan kontribusi 17 persen dari produksi lada dunia pada 2010. Terintegrasinya dalam harga eksportir dan harga dunia mencerminkan bahwa pergerakan harga domestik sangat dipengaruhi oleh dinamika harga di pasar internasional. Hal ini member petunjuk bahwa pengembangan komoditas lada seyogyanya mempertimbangkan efisiensi dan daya saing di pasar dunia. Lada merupakan penyumbang devisa negara terbesar keempat untuk komoditas perkebunan setelah minyak sawit, karet, dan kopi. Lada Indonesia masih mempunyai kekuatan dan peluang untuk dikembangkan, karena lahan yang sesuai untuk lada cukup luas, biaya produksi lebih rendah dibanding negara pesaing, tersedianya teknologi budi daya lada yang efisien, serta adanya peluang melakukan diversifikasi produk apabila harga lada jatuh. (Berbagai sumber data terkait, data diolah F. Hero K. Purba)
No comments:
Post a Comment