Friday, June 14, 2013

Perkembangan Potensi Agribisnis Minyak Atsiri dalam Pemasaran Lokal dan Ekspor



Perkembangan Ekspor minyak atsiri tahun ini ini sendiri masih lebih baik ketimbang tahun lalu. BPS mencatat, nilai ekspor minyak atsiri Januari-Agustus 2011 mencapai Rp 3,4 triliun, atau meningkat 31,27% dari periode sama tahun 2010 yang sebesar Rp 2,6 triliun. Dalam kesempatan ini peluang prospek bisnis tanaman berbasis biofarmaka masih memiliki peluang yang cerah untuk memenuhi potensi pasar. Tahun 2012, realisasi ekspor minyak atsiri hanya USD5,303 juta dengan volume sekira 182 ton atau turun 22,28 persen dari bulan sebelumnya yang mencapai USD6,823 juta dengan volume 215 ton. Sebagai dasar bahan konsumsi obat-obatan untuk pasokan pabrik obat/medicinal factory tentunya memerlukan jumlah untuk bahan baku yang cukup sesuai dengan mutu dan standardisasinya. Untuk itu diperlukan penanganan yang serius bagi petani ataupun pelaku usaha yang bergerak di bidang agrobisnis biofarmaka. Kesempatan ini tentunya yang mendasari untuk menjadi peluang pelaku usaha minyak atsiri didalam menentukan pasar produk tersebut. Tentunya dapat dilakukan kemitraan dengan petani atau pelaku usaha pelaku usaha minyak atsiri dengan kesepakatan yang jelas mengenai pasar, sehingga para petani dapat mengetahui pangsa pasar yang jelas dan keadaaan situasi pasar. Dengan demikian prospek dan peluang pasar domestik dan Internasional semakin terbuka lebar apabila keiinginan yang ingin dicapai dari atsiri Indonesia ini lebih diperhatikan sesuai dengan kebijakan dan strategi pasar yang mau berupaya didalam pengembangannya. (Sources: berbagai media terkait, data diolah F Hero K. Purba).
Produk olahan minyak atsiri Indonesia untuk minyak nilam 800 ton per tahun, minyak kenanga 25 ton, akar wangi 30 ton, serai wangi 500 ton, pala 350 ton, sengkeh 2500 ton. Negara tujuan ekspor minyak atsiri Indonesia meliputi Eropa, AS, Australia, Afrika, Kanada dan negara-negara ASEAN. Ekspor produk minyak atsiri Indonesia selama ini masih dalam bentuk setengah jadi. Pada tahun 2008 nilai ekspor minyak atsiri kasar sebesar US$ 100 juta sedangkan untuk produk turunannya mencapai mencapai US$ 286,4 juta untuk produk parfum, kosmetik, toiletries. Untuk ekspor produk turunan atsiri, Indonesia cukup tinggi mencapai US$ 435,5 juta. Saat ini Indonesia memasok hingga 90% kebutuhan minyak nilam (patchouli oil) dunia. Pelaku agrobisnis biofarmaka untuk lebih berupaya lagi didalam mewujudkan potensi biofarmaka menjadi salah satu penggerak pembangunan pertanian melalui mutu dan kontinuitas penyediaan bahan baku.
Sebagai contoh untuk harga ekspor minyak pala saat ini mencapai US$ 60 per kg dari sebelumnya hanya US$ 26 – US$ 30 per kg. Kemudian minyak sereh juga naik dari US$ 4,5 per kg menjadi US$ 10. Sementara itu, jenis minyak atsiri lainnya yang laris adalah minyak nilam. Harganya sekarang US$ 40 per kg dari, harga melompat dari sebelumnya yang berkisar sekitar US$ 22 per kg. Perkembangan produksi beberapa jenis minyak atsiri sudah didominasi oleh China. Untuk minyak
sereh misalnya, Indonesia hanya memproduksi sekitar 300 ton per tahun sedangkan China sudah meningkatkan produksinya mencapai 1.500 ton per tahun. Selain China, produsen lain berasal dari wilayah kepulauan di Timur Afrika seperti Uganda, Madagaskar, dan Zanzibar. Minyak atsiri disebut juga etherial oil atau minyak eteris karena bersifat sepeti eter. Dalam bahasa internasional biasa disebut essential oil karena bersifat khas sebagai pemberi aroma/bau /esen. Untuk menjadi peluang pelaku usaha minyak atsiri didalam menentukan pasar produk tersebut. Tentunya dapat dilakukan kemitraan dengan petani atau pelaku usaha pelaku usaha minyak atsiri dengan kesepakatan yang jelas mengenai pasar, sehingga para petani dapat mengetahui pangsa pasar yang jelas dan keadaaan situasi pemasaran dan potensial usaha.

No comments: