Monday, November 3, 2014

Potensi Komoditas Jagung, Peluang dan Tantangan dalam Pemasaran Global




Peningkatan permintaan komoditas Jagung  tidak terlepas dari semakin meningkatnya permintaan untuk kebutuhan bahan pangan, sebagai bahan baku industri maupun pakan ternak. Jagung yang diperdagangkan di pasar dunia sebagian besar berasal dari Amerika Serikat, kemudian diikuti China, Fiji, Brazil, Mexico dan Argentina. Namun tidak semua negara produsen jagung menjadi negara pengekspor. Pada bursa CBOT  harga jagung berjangka  terpantau mengalami penurunan dimana harga jagung berjangka untuk pengiriman bulan Juli 2014 turun 0,45% ke tingkat harga 497,4 USD per bushel. Sehingga pergerakan harga untuk perdagangan hari ini akan terus melemah dalam kisaran 498,2 –  496,5 USD per bushel.Di Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan ke 3 setelah gandum dan padi. Negara pesaing utama Indonesia dalam merebut pasar ekspor adalah adalah Amerika Serikat dan Argentina. Impor jagung bahkan mencapai 182 ribu ton atau US$ 53,7 juta. Selama Januari-September, total impor tercatat sebesar 2 juta ton atau US$ 578,1 juta.Asal dari jagung impor tersebut berbeda-beda. Brasil merupakan negara terbesar dalam memasok jagung. Tercatat di bulan September volume impor mencapai 40.080 ton atau US$ 11,6 juta.Kemudian adalah Argentina dengan 34.039 ton atau US$ 10,7 juta, India 36.470 ton atau US$ 11,2 juta, Thailand 82 ton atau US$ 171 ribu dan negara lainnya sebesar 229 ton atau US$ 163 ribu.Menurut data bahwa harga jagung berjangka untuk kontrak pengiriman bulan Juli 2012 tampak mengalami kenaikan sebesar 4 sen dan ditutup pada posisi 5.98 dolar per bushel. Sedangkan harga jagung berjangka untuk kontrak pengiriman bulan September tampak mengalami peningkatan 8 sen dan ditutup pada posisi 5.51 dolar per bushel. Untuk produksi jagung terbesar di Indonesia terjadi di Pulau Jawa yakni Jawa Timur, Jawa Tengah masing-masing lima juta ton per tahun, setelah itu menyusul beberapa daerah di Sumatra antara lain Medan dan Lampung, sehingga produksi jagung Indonesia mencapai 16 juta ton per tahun.Di Indonesia daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung di Indonesia adalah, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, D.I. Yogyakarta, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur dan Maluku. Khususnya di Daerah Jawa Timur dan Madura, budidaya tanaman jagung dilakukan secara intensif karena kondisi tanah dan iklimnya sangat mendukung untuk pertumbuhannya. Di Indonesia pada tahun 2004 produksinya baru 11,225 juta ton, pada 2005 meningkat menjadi 12,52 juta ton. Dan prediksi untuk tahun 2006 diperkirakan 12,13 Juta ton.
Untuk mewujudkan suatu sistem pertanian yang terpadu, bahwa perlunya peningkatan produksi agribinis jagung untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan apabila memungkinkan dengan kapasitas produksi yang besar dapat membuka jaringan pasar ekspor Internasional. Apabila dilihat dari kondisi lahan, iklim serta kapasitas produksinya Indonesia cukup mampu didalam peningkatan agribisnis jagung untuk memenuhi permintaan daripada konsumen domestik dan Internasional. Dalam hal ini bagaimana sttrategi dan pelaksanaan pertanian yang digalakkan dengan integritas dan pemanfaatan lahan serta budidaya dan pertumbuhannya. Menurut survey dan pencatatan USDA, Departemen Pertanian, USA tahun 2005 stoknya masih 122,6 juta ton. Namun, sampai Oktober 2006 yang lalu tinggal 88,1 juta ton.
Berdasarkan analisa bahwa produksi jagung dalam negeri memang belum mampu mencukupi kebutuhan bahan baku industri pakan ternak, untuk itulah dengan berbagai upaya dalam memenuhi permintaan konsumen agribisnis jagung ini, Pemerintah Indonesia telah mencanangkan swasembada jagung pada 2007, dengan target produksi 15 juta ton dikarenakan kebutuhan konsumsi dan industri pakan ternak yang melonjak. Diharapkan dalam pencanangan swasembada agribisnis jagung 2007 dapat berjalan dengan baik sesuai dengan mutu bibit tanaman jagung yang berkualitas didalam pengembangannya. Dimana dengan terbatasnya persediaan jagung dunia untuk ekspor dan meningkatnya permintaan etanol baik di Amerika, China dan berbagai negara berpotensi menciptakan ekspektasi kenaikan harga jagung di pasar dunia untuk beberapa tahun ke depan, Indonesia diharapkan dapat mampu menangkap peluang pasar ini menjadi salah satu acuan untuk mencari celah pasar kebutuhan konsumen di pasar dunia. (Berbagai sumber terkait, vizbiz, data usda, etc, data diolah F. Hero K Purba)

No comments: