Peningkatan permintaan komoditas Jagung tidak terlepas dari semakin meningkatnya
permintaan untuk kebutuhan bahan pangan, sebagai bahan baku industri maupun
pakan ternak. Jagung
yang diperdagangkan di pasar dunia sebagian besar berasal dari Amerika Serikat,
kemudian diikuti China, Fiji, Brazil, Mexico dan Argentina. Namun tidak semua
negara produsen jagung menjadi negara pengekspor. Pada bursa CBOT harga jagung berjangka
terpantau mengalami penurunan dimana harga jagung berjangka untuk pengiriman
bulan Juli 2014 turun 0,45% ke tingkat harga 497,4 USD per bushel. Sehingga
pergerakan harga untuk perdagangan hari ini akan terus melemah dalam kisaran
498,2 – 496,5 USD per bushel.Di
Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah
padi. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan
ke 3 setelah gandum dan padi. Negara pesaing utama Indonesia dalam merebut
pasar ekspor adalah adalah Amerika Serikat dan Argentina. Impor jagung bahkan mencapai 182 ribu ton
atau US$ 53,7 juta. Selama Januari-September, total impor tercatat sebesar 2
juta ton atau US$ 578,1 juta.Asal dari jagung impor tersebut berbeda-beda.
Brasil merupakan negara terbesar dalam memasok jagung. Tercatat di bulan
September volume impor mencapai 40.080 ton atau US$ 11,6 juta.Kemudian adalah
Argentina dengan 34.039 ton atau US$ 10,7 juta, India 36.470 ton atau US$ 11,2
juta, Thailand 82 ton atau US$ 171 ribu dan negara lainnya sebesar 229 ton atau
US$ 163 ribu.Menurut data bahwa harga
jagung berjangka untuk kontrak pengiriman bulan Juli 2012 tampak mengalami
kenaikan sebesar 4 sen dan ditutup pada posisi 5.98 dolar per bushel. Sedangkan
harga jagung berjangka untuk kontrak pengiriman bulan September tampak
mengalami peningkatan 8 sen dan ditutup pada posisi 5.51 dolar per bushel.
Untuk produksi jagung terbesar di Indonesia terjadi di Pulau Jawa yakni Jawa
Timur, Jawa Tengah masing-masing lima juta ton per tahun, setelah itu menyusul
beberapa daerah di Sumatra antara lain Medan dan Lampung, sehingga produksi
jagung Indonesia mencapai 16 juta ton per tahun.Di Indonesia daerah-daerah
penghasil utama tanaman jagung di Indonesia adalah, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Madura, D.I. Yogyakarta, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Nusa
Tenggara Timur dan Maluku. Khususnya di Daerah Jawa Timur dan Madura, budidaya
tanaman jagung dilakukan secara intensif karena kondisi tanah dan iklimnya
sangat mendukung untuk pertumbuhannya. Di Indonesia pada tahun 2004 produksinya baru 11,225 juta ton, pada
2005 meningkat menjadi 12,52 juta ton. Dan prediksi untuk tahun 2006
diperkirakan 12,13 Juta ton.
Untuk mewujudkan suatu
sistem pertanian yang terpadu, bahwa perlunya peningkatan produksi agribinis
jagung untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan apabila memungkinkan dengan
kapasitas produksi yang besar dapat membuka jaringan pasar ekspor
Internasional. Apabila dilihat dari kondisi lahan, iklim serta kapasitas
produksinya Indonesia cukup mampu didalam peningkatan agribisnis jagung untuk
memenuhi permintaan daripada konsumen domestik dan Internasional. Dalam hal ini
bagaimana sttrategi dan pelaksanaan pertanian yang digalakkan dengan integritas
dan pemanfaatan lahan serta budidaya dan pertumbuhannya. Menurut
survey dan pencatatan USDA, Departemen Pertanian, USA tahun 2005 stoknya masih
122,6 juta ton. Namun, sampai Oktober 2006 yang lalu tinggal 88,1 juta ton.
Berdasarkan
analisa bahwa produksi jagung dalam negeri memang belum mampu mencukupi
kebutuhan bahan baku industri pakan ternak, untuk itulah dengan berbagai upaya
dalam memenuhi permintaan konsumen agribisnis jagung ini, Pemerintah Indonesia
telah mencanangkan swasembada jagung pada 2007, dengan target produksi 15 juta
ton dikarenakan kebutuhan konsumsi dan industri pakan ternak yang melonjak.
Diharapkan dalam pencanangan swasembada agribisnis jagung 2007 dapat berjalan
dengan baik sesuai dengan mutu bibit tanaman jagung yang berkualitas didalam
pengembangannya. Dimana dengan terbatasnya persediaan jagung dunia untuk ekspor
dan meningkatnya permintaan etanol baik di Amerika, China dan berbagai negara
berpotensi menciptakan ekspektasi kenaikan harga jagung di pasar dunia untuk
beberapa tahun ke depan, Indonesia diharapkan dapat mampu menangkap peluang
pasar ini menjadi salah satu acuan untuk mencari celah pasar kebutuhan konsumen
di pasar dunia. (Berbagai sumber terkait, vizbiz, data usda, etc, data diolah
F. Hero K Purba)
No comments:
Post a Comment