Wednesday, July 22, 2015

Membangun Ekonomi Dalam Sentra Peternakan Rakyat (SPR) Berkelanjutan



Pembenahan dalam pengembangan sektor ekonomi dibidang agribisnis peternakan melalui Sentra Peternakan Rakyat. Indonesia harus segera  untuk menciptakan ketahanan pangan perekonomian rakyat agar mereka tidak semakin menderita didalam pemenuhan pangan untuk konsumsi daging. Dengan adanya konsep dan implementasi  Sekolah Peternak Rakyat (SPR) yang digagas Institut Pertanian Bogor (IPB) sebuah yang ditujukan bagi ketersediaan bibit ataupun daging sapi di Indonesia dalam jangka panjang. Penggagasan SPR ditujukan untuk  ketersediaan bibit maupun daging sapi di Indonesia dalam jangka panjang.  Prof.  Dr. Muladno, Guru Besar Ilmu Peternakan, Institut Pertanian Bogor (IPB), yang menggagas SPR dan beliau sekarang sebagai Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian.
Dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN yang berlaku mulai Januari 2015 akan membawa tantangan yang semakin berat bagi rakyat. Arus barang dan jasa dari luar akan semakin bebas masuk ke Indonesia.  Untuk pengembangan peternakan dibutuhkan kesinergian dengan adanya program sekolah peternakan rakyat dan menjadi suatu sentra peternakan rakyat yang berkelanjutan akan membangun suatu komunitas perteumbuhan peternakan rakyat. Pertumbuhan produksi daging sapi pada  tahun 2014 sebesar 23 persen. Tahun 2013 produksi daging sapi sebesar 430.000 ton, dan tahun depan produksinya ditargetkan 530.000 ton. Tahun 2012, pemerintah Indonesia menghitung kebutuhan daging sebesar 484 ribu ton. ketersediaan daging sapi hanya mampu memenuhi 399 ribu ton, sisanya 85 ribu ton dipenuhi dari impor. Untuk jumlah impor tahun 2012 terbagi atas daging sapi sebesar 34 ribu ton, dan sapi bakalan 283 ribu ekor. Harga daging sapi impor berpengaruh negatif terhadap jumlah impor daging sapi, namun pengaruhnya tidak nyata. Pada umumnya, konsumen daging sapi impor mempunyai pendapatan yang relatif tinggi, maka kenaikan harga daging sapi impor tidak memberikan pengaruh berarti terhadap volume impor. Sedangkan tahun lalu, pemerintah Indonesia memberikan kuota impor daging sapi sekitar 90 ribu ton, dan sapi bakalan 600 ribu ekor. Untuk tingkat konsumsi protein hewani di Indonesia pada tahun 2011 hanya 4,7 gram per orang per hari. Angkat ini sangat rendah jika dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, dan Filipina yang rata-rata 10 gr/orang/hari. Sementara Korea, Brasil, dan China sekitar 20-40 gram/orang/hari. negara-negara maju seperti Amerika Serikat, prancis, Jepang, Kanada, dan Inggris mencapai 50-80 gr/kapita/hari. Indonesia mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan asal ternak sendiri dan malahan berpotensi menjadi negara pengekspor produk peternakan. Hal tersebut sangat mungkin diwujudkan karena ketersediaan sumber daya lahan dengan berbagai jenis tanaman pakan dan keberadaan SDM yang cukup mendukung.Untuk tingkat konsumsi yang akan menentukan kualitas sumber daya manusia dipengaruhi oleh tingkat ketersediaan daging dan produksi ternak lainnya dan tingkat pendapatan rumahtangga (purchasing Berdasarkan  data BPS, provinsi yang memiliki populasi sapi potong lebih dari 0,5 juta ekor berturut turut adalah Provinsi Jawa Timur 4,7 juta ekor; Jawa Tengah 1,9 juta; Sulawesi Selatan 984 ribu ekor; Provinsi NTT 778,2 ribu ekor; Lampung 742,8 ribu ekor; NTB 685,8 ribu ekor; Bali 637,5 ribu ekor; dan Sumatera Utara 541,7 ribu ekor. Sementara itu untuk sapi perah populasi terbanyak di Jawa Timur 296,3 ribu ekor sedangkan kerbau di NTT sebanyak 150 ribu ekor. Untuk pengembangan sentra ternak sapi yang baru harus mempertimbangkan keunggulan komparatif ternak sapi dalam negeri. Suatu usaha peternakan sapi di masa depan harus mempunyai daya saing. Peternak perlu melakukan upaya-upaya untuk bisa memiliki keunggulan kompetitif baik dalam kegiatan utamanya maupun di kegiatan pendukung termasuk SDM pelaku dari usaha peternakan. Indonesia perlu membangun Sentra Peternakan Rakyat disetiap Kawasan yang potensial untuk ternak. Dengan sistem managemen peternakan yang berkelanjutan dan tenaga sdm yang handal dan kesinergian berbagai pihak dapat memberikan dampak ke arah yang menjanjikan jika kesungguhan dalam bekerja membangun peternakan yang berdayasaing. (Sumber: data Litbangnak,data media, data diolah frans hero K. Purba)

No comments: