Friday, September 4, 2015

Pengembangan Pengolahan Rumput Laut Indonesia dalam Akses Pasar Internasional




 Indonesia merupakan negara  penghasil rumput laut ketiga di dunia, yakni sebesar 2,6 juta ton per tahun pada 2013. Pada Tahun 2011 untuk produksi rumput laut secara keseluruhan mencapai 4.305.027 ton. Sebanyak 95.200 ton merupakan produksi rumput laut jenis glacillaria kering mencapai 95.200 ton, utamanya berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan, sedangkan Provinsi Jawa Barat baru memberikan kontribusi sebesar 2,4 persen atau sebesar 2.300 ton. Sebagai catatan, tahun 2011 Indonesia juga telah mengekspor agar-agar sebesar 1.827 ton dengan nilai total 12,6 juta dolar. Untuk menunjang optimalisasi rumput laut tersebut. Dengan begitu setiap daerah memiliki kemampuan untuk membudidayakan rumput laut Beberapa negara, seperti Jepang, rumput laut merupakan bagian integral dari masakan. Begitu banyak jenis sayuran laut diidentifikasi dengan nama jepang mereka. Rumput laut juga tinggi zat yang disebut polisakarida sulfat, yang ditujukan untuk antikoagulan, antimikroa, antioksidan, dan aktivitas antikanker. Polisakarida termasuk fukoidans di ganggang coklat, carrageenans dalam alga merah, dan ulvans di ganggang hijau. (Sources, photo.SH News.Co, Tribune, KKP, artikel, data diolah F. Hero K. Purba)
Berdasarkan jenisnya, ada 34 jenis algae merah yang ditemukan di perairan Indonesia yang mempunyai nilai ekonomis yaitu Acanthophora, Actinotrichia, Amansia, Amphiroa, Chondrococcus, Corallina, Eucheuma, Galacaura, Galidiella, Gigartina, Gracilaria, Halymenia, Hypnea, Laurencia, Rhodymenia, Titanophora, dan Porphyra.Di Indonesia jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan di antaranya adalah Euchema Cottonii dan Gracilaria spp. Beberapa daerah dan pulau di Indonesia yang masyarakat pesisirnya banyak melakukan usaha budidaya rumput laut ini di antaranya berada di wilayah pesisir Kepulauan Seribu, Provinsi Kepulauan Riau, Pulau Lombok, Sulawesi, Maluku dan Papua. Rumput laut Eucheuma Cottonii mempunyai ciri-ciri yaitu thallus silindris, percabangan thallus berujung runcing atau tumpul, ditumbuhi nodulus (tonjolan- tonjolan), berwarna cokelat kemerahan, cartilageneus (menyerupai tulang rawan atau muda), percabangan bersifat alternates (berseling), tidak teratur serta dapat bersifat dichotomus (percabangan dua-dua) atau trichotomus (system percabangan tiga-tiga) Rumput laut Eucheuma Cottonii memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesa. Oleh karena itu, rumput laut jenis ini hanya mungkin dapat hidup pada lapisan fotik, yaitu pada kedalaman sejauh sinar matahari masih mampu mencapainya. Pemerintah selama ini berusaha mengembangkan industri rumput laut nasional yang sejalan dengan program pembangunan sektor dan pengembangan komoditi lainnya, terutama dalam hal pro-job, pro-poor dan pro-growth.
Menurut informasi bahwa Jenis ganggang coklat yang berpotensi mengobat kanker tersebut adalah Turbinaria decurrens. Lewat pengujian, peneliti dari kedua lembaga tersebut mengetahui bahwa Turbinaria decurrens mampu membunuh sel tumor mulut rahim. Informasi bahwa golongan ganggang atau rumput laut bisa mengobati ini sel kanker bukan pertama kalinya. Sebelumnya, ganggang merah jenis Rhodymenia palmata dan ganggang hijau jenis Ulva fasciata juga dilaporkan bisa membunuh sel tumor payudara. Sementara itu untuk nilai ekspor komoditas rumput laut pada 2010 naik 40,70% menjadi US$ 8 juta dibanding 2009 sebesar US$ 98,08 juta. Volume ekspor rumput laut juga naik dari 95.797 ton pada 2009 menjadi 114.000 ton pada 2010. Badan Pusat Statistik mencatat volume impor karaginan dan agar-agar hasil olahan rumput laut Indonesia terus meningkat yaitu mencapai 1.320.818 ton untuk karaginan, dan 903.860 ton untuk agar-agar pada 2011. Impor karaginan pada 2009 mencapai 735.260 ton, dan pada 2010 mencapai 1.257.499 ton. Sementara impor agar-agar baru mencapai 490.576 ton 2009 dan mencapai 750.164 ton pada 2010. Dengan demikian rumput laut dapat dibudidayakan dengan baik, jika memiliki akses pasar yang sustainable dan rantai pasok yang cukup, dimana cukup banyak permintaan untuk pangsa pasar Internasional.

No comments: