Wednesday, July 8, 2009

Strategi Marketing Politik dalam Mewujudkan Suatu Target Keberhasilan dalam Trend Suasana Politik

Dalam suatu Pemilihan Umum dimana semua pemilih akan memberikan suara dalam sehari secara bersamaan diseluruh wilayah pemilihan. Marketing banyak dipakai para politisi untuk mewujudkan keberhasilan candidate dari calon Presidennya. Meskipun dimungkinkan adanya kekecewaan dalam jangka panjang setelah memberikan suaranya, kenyataannya tidak ada harga nominal yang dibayar dalam memilih sebuah partai atau calon presiden.
Menurut O’Shaughnessy, 2001 bahwa Marketing Politik tidak menjamin sebuah kemenangan, tapi menyediakan tools bagaimana menjaga hubungan dengan pemilih untuk membangun kepercayaan dan selanjutnya memperoleh dukungan suara (O’Shaughnessy, 2001)
Dalam Trend dan perubahan suasana politik secara tiba-tiba ini merupakan informasi yang penting bagi partai dimana dalam hal sini mereka mengecek apakah strategi mereka berhasil atau tidak. Kalau tidak, mungkin strateginya perlu dirubah atau disesuaikan. Pemilih juga bisa terpengaruh oleh prognosa seperti ini. Contohnya telah terbukti bahwa banyak pemilih lepas atau yang tidak terikat pada partai tertentu pada akhirnya memilih partai yang nampak akan menang daripada yang terlihat akan kalah. Karena prediksi seperti ini kadang-kadang mempengaruhi perilaku pemilih dan pada gilirannya hasil pemilu, maka hasil kerja lembaga peneliti ini pun perlu dipertanyakan secara kritis. Karena pada dasarnya lembaga-lembaga itu pun adalah bagian dari politik yang memiliki simpati dan antipati. Oleh sebab itu sering kali tidak jelas apakah prediksi yang mereka buat adalah keinginan mereka atau memang obyektif hasil ilmu pengetahuan. Pada beberapa segi, strategi pemasaran politik identik dengan strategi pemasaran produk atau perusahaan tertentu: bagaimana sebuah produk atau jasa dapat dikenal (dan kemudian dikonsumsi) oleh calon konsumen. Hermawan Kertajaya, mahaguru pemasaran Indonesia menyatakan, kesuksesan dan kegagalan suatu produk atau jasa dapat dianalisis melalui segi tiga PDB (positioning-differentiation-brand). Gerak langkah parpol tampaknya dapat pula dianalisis dengan segi tiga PDB itu.

Persaingan untuk berlomba-lomba memberikan prediksi yang berpengaruh terhadap pemilih tidak hanya akan dibahas dalam lembaga riset opini publik. Pihak parpol dan media pun harus memperhatikan pertanyaan seberapa jauh riset opini itu telah menjadi isu cadangan dalam kampanye lalu dan seberapa jauh prediksi yang dipublikasikan cocok untuk mempengaruhi sikap pemilih dalam jangka waktu yang lama. Keberhasilan dalam kemenangan dalam politik haruslah fair apabila yang menang hasil dari pilihan rakyat. Kita menyadari harus fair dalam keberhasilan membangun dan mewujudkan pesta demokrasi untuk mewujudkan keberhasilan dalam pemerintahan yang kita cintai ini, Dukung yang menang demi membangun Indonesia.(berbagai sumber terkait dari Firmanzah, Ph.D, Al Ries dan Jack Trout.; data diolah Frans Hero K. Purba)