Friday, February 15, 2013

Pengembangan Singkong (cassava) sebagai Bioetanol Bahan Bakar Alternatif



Sumber Pemanfaatan bioetanol dapat berupa singkong, ubi jalar, tebu, jagung, sorgum biji, sorgum manis, sagu, aren, nipah, lontar, kelapa dan padi. Sumber bioetanol yang cukup potensial dikembangkan di Indonesia adalah singkong (Manihot esculenta). Bioetanol yang berasal singkong (cassava) dipilih sebagai energi alternatif yang cukup potensial karena pada dasarnya tumbuhan singkong (ketela pohon) memiliki kandungan pati, gula atau selulosa yang bisa dimanfaatkan dalam proses pembuatan bahan bakar alternatif. Melimpahnya bahan baku singkong dan mudahnya proses pembuatan bahan bakar tersebut, menjadikan bioetanol singkong sebagai alternatif tepat bagi masyarakat. Ketika kondisi harga BBM merangkak naik, bioetanol singkong dipilih masyarakat sebagai salah satu energi pengganti yang diharapkan bisa dimanfaatkan dengan baik. Bahan baku untuk produksi biethanol bisa didapatkan dari berbagai tanaman, baik yang secara langsung menghasilkan gula sederhana semisal Tebu (sugarcane), gandum manis (sweet sorghum) atau yang menghasilkan tepung seperti jagung (corn), singkong (cassava) dan gandum (grain sorghum) disamping bahan lainnya. Persiapan bahan baku beragam bergantung pada jenis bahan bakunya, sebagai contoh kami menggunakan bahan baku Singkong (ubi kayu). (Berbagai sumber terkait, media, artikel surat khabar, data diolah F. Hero K. Purba).
Bioethanol merupakan ethanol yang bahan utamanya dari tumbuhan dan umumnya menggunakan proses fermentasi. Ethanol atau ethyl alkohol C2H5OH berupa cairan bening tak berwarna, terurai secara biologis (biodegradable), toksisitas rendah dan tidak menimbulkan polusi udara yg besar bila bocor. Ethanol yg terbakar menghasilkan karbondioksida (CO2) dan air. Singkong (Manihot esculenta) yang dibudidayakan untuk akar berbonggol nya tepung dan tumbuh secara eksklusif di negara berkembang yaitu Afrika, Amerika Latin dan Asia, dan Oseania (FAOSTAT,13 November 2009). Singkong merupakan sumber karbohidrat terbesar ketiga di daerah tropis setelah padi dan jagung, dan merupakan pokok bagi lebih dari 600 juta orang (FAO, 2002). Ada dua jenis ubi kayu, manis dan pahit varietas. Singkong manis biasanya dikonsumsi sebagai makanan manusia, singkong pahit digunakan sebagai pakan ternak atau diolah lebih lanjut menjadi tepung atau pati sebagai masukan industri menengah. Tanaman ini memiliki ciri-ciri perkembangan intrinsik. Budidaya ubi kayu memerlukan input rendah dalam hal pupuk, air, dan tenaga kerja pertanian. Tanaman tumbuh subur bahkan ketika di miskin hara tanah, dan sering dipilih oleh para petani marjinal dan modal-miskin. Akar bisa disimpan di bawah tanah tanpa kehilangan nilai gizi sampai dua tahun, menjadikannya sebagai keamanan tanaman pangan penting (Vessia, 2007).Adapun dampak positif penggunaan bioethanol berbahan singkong sebagai bahan bakar terhadap perekonomian nasional dan lingkungan adalah Subsidi BBM akan berkurang secara signifikan sehingga bisa dialokasikan ke sektor lain, dan akan mengurangi polusi udara mengingat bioethanol yang ramah lingkungan.
Memastikan rantai pasokan yang berkelanjutan untuk etanol dari singkong, kenaikan harga singkong untuk keperluan makanan harus dihindari. Ini bisa mengambil tempat untuk permintaan untuk pakan akan menurun, tetapi hal ini tidak mungkin terjadi. Produksi etanol bisa membuat volume singkong tambahan yang tersedia dengan mengeringkan volume yang sekarang hilang karena masalah penyimpanan. Peningkatan hasil yang penanaman singkong pada lahan tidur dapat memberikan volume singkong tambahan yang tujukan untuk menjadi etanol. Untuk rantai pasokan benar-benar berkelanjutan kriteria ekologis harus ditangani, seperti penyimpanan karbon dalam system penggunaan lahan sebelumnya, penurunan keanekaragaman - hayati, kualitas tanah, penggunaan air dan polusi. Kriteria sosial, seperti kondisi kerja dan penghormatan untuk mendarat tepat, harus diperhitungkan dengan baik. Adanya usaha produksi bioetanol dari Singkong berskala kemasyarakatan dan industri besar, diharapkan banyak singkong yang akan terserap sehingga harganya akan lebih kompetitif

No comments: