Tanaman
Biofarmaka atau tumbuhan obat (herbal), di Indonesia yang masyarakatnya hidup
secara tradisi. Perkembangan ekspor biofarmaka terus meningkat. Pada
tahun 1991 sebesar Rp 95,5 miliar, 1999 menjadi Rp 600 miliar, dan 2003 mencapai Rp
4 triliun.Pelaku usaha agrobisnis biofarmaka untuk lebih berupaya lagi didalam
mewujudkan potensi biofarmaka menjadi salah satu penggerak pembangunan
pertanian melalui mutu dan kontinuitas penyediaan bahan baku. Potensi bisnis
biofarmaka memiliki prospek bisnis yang cerah untuk peluang pemasaran domestik
dan luar negeri.Sebagai contoh produk jamu Indonesia seperti Jamu Nyonya
Meneer, Jamu Jago, Jamu Sido Muncul dan sebagainya baik digunakan dan diekspor
ke luar negeri dan tidak kalah bersaing dengan produk China dan India. Dalam
kesempatan ini peluang prospek bisnis tanaman berbasis biofarmaka masih
memiliki peluang yang cerah untuk memenuhi potensi pasar. Sebagai dasar bahan
konsumsi obat-obatan untuk pasokan pabrik obat/medicinal factory tentunya memerlukan jumlah untuk bahan baku yang
cukup sesuai dengan mutu dan standardisasinya. (Berbagai sumber media terkait,
data diolah F. Hero K. Purba).
Indonesia merupakan negara
kedua terkaya di dunia dalam hal keanekaragaman hayati. Untuk tanaman
biofarmaka terdapat sekitar 30.000 jenis (spesies) yang telah diidentifikasi
dan 950 spesies diantaranya diketahui memiliki fungsi biofarmaka, yaitu
tumbuhan, hewan, maupun mikroba yang memiliki potensi sebagai obat, makanan
kesehatan, nutraceuticals, baik untuk manusia, hewan maupun tanaman termasuk
tanaman obat. Dengan kekayaan tersebut Indonesia berpeluang besar untuk menjadi
salah satu negara terbesar dalam industri obat tradisional dan kosmetika alami
berbahan baku tumbuh-tumbuhan yang peluang pasarnya pun cukup besar. Salah satu
alternatif pengembangan biofarmaka, fitofarmaka atau lebih dikenal dengan
tanaman obat, sangat berpotensi dalam pengembangan industri obat tradisional
dan kosmetika Indonesia. Selama ini, industri tersebut berkembang dengan
memanfaatkan tumbuh-tumbuhan yang diperoleh dari hutan alam dan sangat sedikit
yang telah dibudidayakan petani. Teknik budidaya dan pengolahan bahan baku
belum menerapkan persyaratan bahan baku yang diinginkan industri , yaitu bebas
bahan kimia dan tidak terkontaminasi jamur ataupun kotoran lainnya. Dalam Teknologi pasca panen, terutama
diversifikasi produk, yang sangat penting pada saat harga produk
segar tanaman obat atau simplisia rendah diwaktu terlalu banyak pasokan, masih
sangat terbatas. Budidaya
tanaman obat / biofarmaka yang disesuaikan dengan keadaan tanah dan iklim akan
menghasilkan kandungan zat berkhasiat secara maksimal. Peningkatan
dan pengembangan hasil olahan biofarmaka perlunya keseriusan dalam pengolahan
hasil yang berkelanjutan dengan melihat seberapa besar potensi tersebut dari
segi kuantitas, kapasitas dan kualitas dalam rantai pasok bahan biofarmaka/
tanaman obat di pasar domestik maupun pasar ekspor.
No comments:
Post a Comment