Tuesday, November 12, 2013

Potensi Pengembangan Minyak Atsiri Indonesia dalam Prospek Peluang Usaha



Trend peluang pasar dari Essential Oil (Minyak atsiri) untuk perdagangan internasional yang cenderung meningkat ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk melirik daerah-daerah yang potensial sebagai penghasil minyak atsiri. Usaha produksi minyak atsiri di Indonesia dalam bentuk industri skala kecil dan menengah yang berpotensi meningkatkan devisa bagi Indonesia. Ekspor komoditi minyak atsiri Indonesia ke pasaran Swiss untuk tahun 2009, meskipun dari segi volume mengalami peningkatan, namun akibat penurunan harga yang sangat signifikans, maka nilainya juga mengalami penurunan yang signifikans, dibandingkan dengan tahun 2008. Posisi Indonesia di peringkat 12, masih kalah dengan peringkat Thailand yang berada di posisi 10. Nilai ekspor minyak atsiri Thailand hampir dua kali lipat dibandingkan dengan nilai ekspor Indonesia. Dari segi volume, volume ekspor minyak atsiri Thailand juga hampir tiga kali lipat volume ekspor minyak atsiri Indonesia. Selama ini perkembangan minyak atsiri di Indonesia hanya berkisar antara pulau Sumatera dan Jawa, sedangkan untuk daerah seperti Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Jayapura belum memiliki sentra industri kecil penyulingan minyak atsiri. Untuk daerah NTT sudah masuk dalam pengembangan minyak atsiri jenis nilam.Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, nilai ekspor minyak atsiri pada tahun 2011 sebesar US$ 135.362.814. Nilai ini melonjak 32,26% dibandingkan nilai ekspor tiga bulan pertama tahun lalu yang hanya mencapai US$ 102.348.956.Dengan terbukanya pasar global masih terbuka kesempatan didalam mengembangkan produksi minyak atsiri di Indonesia.
Indonesia yang kaya akan keanekaragaman hayati menghasilkan 40 jenis dari 80 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan dipasar dunia. Dari jumlah tersebut, 13 jenis telah memasuki pasar atsiri dunia, yaitu nilam, serai wangi, cengkih, jahe, pala, lada, kayu manis, cendana, melati, akar wangi, kenanga, kayu putih, dan kemukus. Di Indonesia secara umum tanaman sereh dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu: sereh Lemon atau sereh bumbu (Cymbopogon citratus) dan sereh Wangi atau sereh sitronella (Cymbopogon nardus). Umumnya kita tidak membedakan nama sereh wangi dan sereh Lemon, meskipun kedua jenis ini mudah dibedakan. Sereh Wangi di Indonesia ada 2 jenis yaitu jenis mahapengiri dan jenis lenabatu. Maha pengiri dapat dikenal dari bentuk daunnya lebih pendek dan lebih luas daripada daun lenabatu. Dengan destilasi jenis ini memberikan hasil minyak yang lebih tinggi dari pada lenabatu, juga kwalitasnya lebih baik, artinya kandungan geraniol dan sitronellelal lebih tinggi dari pada lenabatu. Demikian pula, mahapengiri memerlukan tanah yang lebih subur, hujan yang lebih banyak, pemeliharaan yang lebih baik dari pada lenabatu. Untuk Pertama kali di Eropa mengenai minyak sereh ditulis oleh Nicolaus Grimm, yaitu seorang tabib tentara yang belajar obat-obatan di Colombo pada akhir abad 17. Grimm menamakan rumput yang menghasilkan minyak tersebut Arundo Indica Odorata. Pengiriman dari “Olium Siree” yang pertama sampai di Eropa adalah pada awal abad 18, pada waktu itu minyak tersebut kelihatannya hanya sedikit diekspor. Berdasarkan data untuk perkiraan pemakaian dunia pada tahun 2010 lebih dari 2000 ton / tahun. Indonesia adalah produsen ketiga dunia setelah Cnia dan Vietnam. Beberapa  negara yang selalu aktif membeli sereh wangi Indonesia antara lain adalah Singapura, Jepang, AS, Australia, Belanda, Inggris, Perancis, Jerman, Italia, India, dan Taiwan. Dengan pembeli utama adalah AS, Perancis, Italia, Singapura dan Taiwan. Volume ekspor minyak sereh wangi relatif kecil, yakni sebesar 115,67 ton dengan nilai US$ 701,0 pada tahun 2004. Adapun Minyak sereh dengan wangi grassy-citrus yang hangat dikenal sebagai deodorant alami. Kehangatan dan kesegarannya mempunyai manfaat aromaterapi. Minyak sereh juga bersifat anti serangga dan mampu mengurangi gatal pada kulit. Potensi pemanfaatan pengolahan atsiri sereh wangi yang sangat potensial dalam pengembangan pasar lokal dan ekspor. Banyak lagi potensi pengembangan minyak atisiri olahan yang ada di Indonesia dengan melihat peluang potensi yang ada, hal ini merupakan peluang bagi petani pengolah dan pelaku usaha yang memenuhi syarat pasar khususnya. (Berbagai media terkait, Litbang Kementan, data diolah F. Hero K. Purba)

No comments: