Wednesday, September 3, 2014

Potensi Pengembangan Nangka dalam Usaha Agribisnis




Potensi budidaya buah Nangka (Artocarpus heterophyllus.) Jackfruit. masih merupakan  tanaman halaman yang dikembangkan. Berdasakan data dari Wikipedia bahwa Buah nangka muda sangat digemari sebagai bahan sayuran. Di Sumatera, terutama di Minangkabau, dikenal masakan gulai nangka. Di Jawa Barat buah nangka muda antara lain dimasak sebagai salah satu bahan sayur asam.  Buah nangka sudah sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia. Pemanfaatan buah ini sebagian besar dikonsumsi segar (buah matang), sebagian lagi dibuat sayur dan diolah dalam berbagai bentuk olahan makanan dan minuman. Sebagai salah satu jenis buah-buahan tropis nangka masih berpotensi untuk dikembangkan. Hal ini terutama didukung oleh permintaan pasar luar negeri terhadap buah-buahan tropis (termasuk nangka) yang cenderung meningkat, baik dalam bentuk segar maupun produk olahan.Berikut adalah sepuluh manfaat nangka bagi kesehatan tubuh kita, seperti yang dilansir di menurut data Boldsky sebagai berikut: 1. Kalium dalam nangka efektif dalam mengurangi kemungkinan penyakit jantung karena bisa menurunkan tekanan darah. 2. Kandungan zat besi dalam buah yang berserat ini membantu mencegah anemia dan meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh. 3. Akar adalah obat yang baik bagi orang yang menderita asma. Merebus akar dan ekstrak nangka ternyata dapat membantu untuk mengontrol asma. 4. Salah satu manfaat kesehatan dari nangka adalah melindungi tiroid sehat. Mineral mikro dan tembaga dalam nangka juga efektif untuk metabolisme tiroid. Hal ini sangat baik untuk memproduksi hormon dan penyerapan. 5. Manfaat kesehatan dari nangka untuk tulang. Buah ini baik untuk anak-anak muda dalammenjaga kesehatan tulang. Nangka kaya akan magnesium yang memperkuat tulang dan mencegah tubuh dari gangguan tulang seperti osteoporosis. 6. Manfaat gizi dari nangka adalah sumber makanana yang kaya akan vitamin C dan A. Nutrisi anti-oksidan dalam nangka memperkuat sistem kekebalan tubuh dan melindungi dari infeksi bakteri dan virus. 7. Dengan phyto-nutrisi dan vitamin C, nangka memiliki sifat anti kanker dan anti-penuaan. Nutrisi ini bisa menjauhkan Anda dari bahaya kanker dan memperlambat degenerasi sel untuk mencegah tubuh dari penyakit degeneratif. 8. Gula alami seperti fruktosa dan sukrosa dalam buah nangka menjadikannya sebuah sumber energi. Nangka dapat meningkatkan energi dan tidak mengandung lemak jenuh atau kolesterol. 9. Nangka bisa menyembuhkan borok dan gangguan pencernaan. Buah berserat tinggi ini mencegah sembelit dan memperlancar gerakan usus. 10. Nangka juga bermanfaat untuk kesehatan mata dan kulit. Buah ini mengandung vitamin A yang memelihara kesehatan mata dan kelembutan kulit. Nangka juga mencegah gangguan mata seperti degenerasi makula dan rabun senja. (Sources, data terkait, Wikipedia, data diolah berbgai sumber oleh F. Hero K. Purba)

Menurut jenis dari pohon dan ukuran buah nangka terbagi dua golongan yaitu pohon nangka buah besar dan pohon nangka buah mini. Berdasarkan kondisi daging buah nangka dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Nangka bubur: daging buah tipis, lunak agak berserat, beraroma keras mudah lepas dari buah. 2. Nangka salak: daging buah tebal, agak kering aromanya kurang keras. (nangka celeng dan nangka belulang). 3. Nangka cempedak: daging buah tipis, liat dan beraroma harum spesifik.Varietas-varietas unggul nangka yang ditanam di Indonesia. Daun-daun nangka juga merupakan pakan ternak yang disukai kambing, domba maupun sapi. Kulit batangnya yang berserat, dapat digunakan sebagai bahan tali dan pada masa lalu juga dijadikan bahan pakaian. Getahnya digunakan dalam campuran untuk memerangkap burung, untuk memakal (menambal) perahu dan lain-lain. Dalam hal ini banyak yang dapat kita manfaatkan untuk potensi pengembangan produk agribisnis dari buah nangka dan turunan lainnya. Serta potensi kedepan pemanfaatan buah nagka ini lebih baik lagi dikembangkan dengan dukungan berbagai pihak.

Tuesday, September 2, 2014

Potensi Produk Mangga dan Olahan Gapoktan dalam Upaya Pengembangan Usaha Agribisnis Hortikultura



Komoditas Mangga sebagai produk buah yang dapat diolah menjadi beberapa produk olahan, dimana diversifikasi produk olahan berbahan baku mangga, memenuhi kebutuhan konsumen yang beragam, memperpanjang masa simpan, dan meningkatkan nilai tambah mangga secara ekonomi.  Potensi ekspor buah mangga dari Indonesia lebih banyak diserap pasar dari negara-negara di Timur Tengah seperti Arab Saudi.  Peluang pasar lainnya yang dapat diraih produsen mangga Indonesia antara lain Amerika, Kanada (4,2 %), Eropa (15%), China (9%) Timur Tengah (14%), Jepang (3%) dan Singapura (5%). Sedangkan untuk produksi total mangga di Indonesia terutama masih disupply dari wilayah sentra produksi beriklim kering, terutama dari Jawa Timur. Adanya beberapa masalah yang harus diatasi sehubungan dengan peningkatan produksi mangga dan tuntutan preferensi konsumen, maka strategi pengembangan mangga juga harus diarahkan ke wilayah lain yang secara agronomis cocok untuk budidaya mangga. Permasalahan tersebut di antaranya adalah (1) adanya konversi lahan dari pertanian menjadi perumahan dan industri sehingga menyebabkan luas pertanaman mangga di wilayah sentra menjadi berkurang, (2) adanya perubahan orientasi konsumen yang saat ini meminta produk buah mangga dengan warna kulit kemerahan. Dari sisi pengolahan buah mangga tidak hanya dikonsumsi sebagai buah segar, namun juga dapat dijadikam makanan olahan seperti asinan, kari, pure, selai, sari buah, minuman ringan, tepung, keripik dan manisan.
Pengembangan agribisnis buah mangga ini merupakan salah satu komoditas buah yang potensial untuk pangsa pasar domestik dan ekspor. Sebagai contoh Gapoktan  (Gabungan Kelompok Tani) / Kelompok Usaha Bersama (KUB) Amanah mengolah mangga menjadi makanan dan minuman ringan dan hasil olahan mangga yang diciptakan adalah dodol, selai, sirup, serta manisan basah dan kering., Untuk sentra produksi mangga di Indonesia di antaranya adalah Indramayu, Cirebon, dan Majalengka di Jawa Sarat, Tegal, Kudus, Pati, Magelang, dan Boyolali di Jawa Tengah, Pasuruan, Probolinggo, Nganjuk, dan Pamekasan di Jawa Timur. Indonesia, penghasil mangga gedong gincu berkualitas tinggi untuk ekspor adalah Indramayu, Cirebon, Majalengka dan Sumedang Timur. Buah mangga (Mangifera indica) merupakan salah satu buah yang memiliki sumber beta-karoten, kalium, dan vitamin C. Beta-karoten adalah zat yang di dalam tubuh akan diubah menjadi vitamin A (zat gizi yang penting untuk fungsi retina). Beta-karoten (dan vitamin C) juga tergolong antioksidan, senyawa yang dapat memberikan perlindungan terhadap kanker karena dapat menetralkan radikal bebas. Radikal bebas adalah molekul-molekul tidak stabil yang dihasilkan oleh berbagai proses kimia normal tubuh, radiasi matahari atau kosmis, asap rokok, dan pengaruh-pengaruh lingkungan lainnya. Kebutuhan produksi mangga di luar musim. Untuk menjawab permasalahan mengenai penyusutan lahan pertanian dan keinginan menghasilkan buah mangga di luar musim, alternatif jalan keluarnya melakukan diversifikasi pengembangan sentra produksi mangga di wilayah lain.  (Berbagai sumber media terkait, Balai penelitian tanaman buah tropika, data BPS, data diolah Hero).

Pengembangan Buah Naga Dalam Potensi Akses Pemasaran Lokal dan Ekspor




Kebijakan dalam pengembangan buah naga di Indonesia dalam rangka peningkatan produksi dan mutu buah dilakukan melalui berbagai kebijakan. Pengembangan kawasan buah naga untuk mewujudkan suatu kawasan kebun buah naga guna mencapai skala ekonomi untuk menuju usaha budidaya yang efisien. Menurut data pasar lokal saat ini dibanjiri produk ekspor berdasarkan catatan dari eksportir buah di Indonesia, buah naga ini masuk ke tanah air mencapai antara 200-400 ton/tahun asal Thailand dan Vietnam. Wilayah lahan pertanian yang luas dan subur, Sangat besar kemungkinannya untuk mengembangkan tanaman Buah Naga.Buah Naga berbentuk bulat lonjong, seukuran dan menyerupai buah alpokat, tetapi bagian dalamnya berwarna merah dan kuning berbintik itu kalau dimakan enak, dan tidak terlalu manis, dan segar, Untuk selera lidah kebanyakan orang Indonesia, buah ini dinilai kurang manis. Pengembangan agribisnis Buah Naga mulai muncul di Indonesia pada tahun 2003. Buah naga yang berasal dari jenis tanaman rumpun kaltes ini berasal dari Israel, dan terus dikembangkan di Australia, Thailand dan Vietnam.
Buah naga termasuk tanaman merambat sehingga membutuhkan penopang/panjatan untuk menopang tanaman sehingga dapat tumbuh tegak ke atas. Buah Naga adalah salah satu jenis buah buahan yang potensinya sangat tinggi, dan sudah menjadi salah satu primadona bagi petani modern. Buah Naga Hitam termasuk salah satu jenis dari buah naga merah  yang berkembang karena adanya inovasi dibidang pemupukan. Dengan menggunakan pupuk yang banyak mengandung arang sisa pembakaran,Buah Naga Merah akan berubah menjadi Buah Naga Hitam. Agribisnis buah naga (Dragon Fruit) mulai dirintis dan dikembangkan didaerah Malang, Jawa Timur dan Delanggu, Jawa Tengah. Kulonprogo, DI Yogyakarta. Dari Jenisnya buah naga ada empat macam, pertama buah naga daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus), buah naga daging super merah (Hylocereus costaricensis) dan buah naga kulit kuning daging putih (Selenicerius megalanthus). Fungsi dan khasiat Buah naga untuk kesehatan adalah dimana buah naga juga mengandungi zat besi untuk menambah darah. Buah naga merah beratnya sampai 1 Kg, harganya per 100 gram bisanya mencapai Rp.13.500 yang dapat dibeli di Supermarket. Dengan melihat potensi pasar yang ada untuk pasar Domestik saja pasarnya sangat banyak, dan peluang pasar ekspor pun dapat memberikan harapan yang baik. Bahkan di Hotel-hotel berbintang pun menyajikan buah merah sebagai makan buah yang dihidangkankan kepada para tamu pengunjung yang menginap di Hotel.
Pengembangan agribisnis buah naga ini sangat sesuai dengan iklim dan keadaan tekstur tanah di Indonesia. Komoditas ini mempunyai prospek yang cerah untuk peluang ekspor dan pasarnya masih terbuka lebar dan memiliki potensi yang sangat baik dikembangkan di Indonesia. Menurut informasi pakar AL Leong dari Johncola Pitaya Food R&D, organisasi yang meneliti buah naga merah , buah kaktus madu itu cukup kaya dengan berbagai zat vitamin dan mineral yang sangat membantu meningkatkan daya tahan dan bermanfaat bagi metabolisme dalam tubuh manusia. Penelitian menunjukkan buah naga merah ini sangat baik untuk sistem peredaran darah, juga memberikan efek mengurangi tekanan emosi dan menetralkan toksik dalam darah. Buah naga juga mengandungi zat besi untuk menambah darah; vitamin B1 (mengawal kepanasan badan); vitamin B2 (menambah selera); vitamin B3 (menurunkan kadar kolesterol) dan vitamin C (menambah kelicinan, kehalusan kulit serta mencegah jerawat). Pasar lokal saat ini dibanjiri produk ekspor berdasarkan catatan dari eksportir buah di Indonesia, buah naga ini masuk ke tanah air mencapai antara 200 400 ton/tahun asal Thailand dan Vietnam. Buah naga juga dapat bertahan lebih lama dari buah-buahan lain. Hal ini mempermudah dalam pengumpulan untuk di ekspor dalam jumlah besar. Saat ini permintaan pasar internasional akan buah ini cukup besar dan baru bisa terpenuhi sekitar 50 % dari keseluruhan permintaan. Negara pemasok buah naga terbesar saat ini adalah Thailand dan Vietnam. (Sources data Dikutip dari berbagai sumber wacana dan survey oleh:Frans Hero K. Purba)

Monday, September 1, 2014

Pengembangan Potensi Kakao Indonesia Dalam Persaingan Pemasaran Global



Pengembangan untuk meningkatkan produksi kakao di Indonesia pemerintah telah menggalakkan pertanaman kakao baik oleh perkebunan besar maupun perkebunan rakyat. Langkah awal yang harus dilakukan dalam pengembangan budidaya kakao untuk menghasilkan produksi yang optimal adalah dengan cara penyediaan bibit yang unggul dan menjaga tanaman selama di pembibitan, karena kondisi tanaman selama di pembibitan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kakao.Menurut data BPS pada tahun 2010-2012 biji kakao yang diekspor menurun dalam kurun waktu 3 tahun yaitu sebesar 163.501 ton tahun 2012, menurun dibandingkan tahun 2011 sebesar 210.067 ton dan sebesar 432.437 ton tahun 2010. Sebaliknya, volume ekspor produk olahan kakao meningkat dari tahun 2010 sebesar 119.214 ton, naik pada tahun 2011 menjadi 195.471 ton dan pada tahun 2012 mencapai 215.791 ton. Biji kakao Indonesia memiliki daya saing di pasar internasional diharapkan akan lebih banyak lagi negara yang membutuhkan kakao biji dari Indonesia dan produsen akan lebih bersemangat untuk memproduksi kakao biji dengan mutu yang lebih baik dan biaya produksi yang cukup rendah sehingga pada harga-harga yang terjadi di pasar internasional dapat diproduksi dan dipasarkan oleh produsen dengan memperoleh laba yang mencukupi, sehingga dapat mempertahankan kelangsungan produksinya. Untuk  pasca kebijakan bea keluar terdapat peningkatan kapasitas industri pengolahan kakao dari 130.000 ton pada tahun 2009 menjadi 150.000 ton pada tahun 2010 dan 280.000 ton pada tahun 2011. Kapasitas industri olahan kakao ini diproyeksikan mencapai 400.000 ton pada tahun 2014. Kapasitas terpasang dari 660.000 ton/tahun pada 2012, diharapkan menjadi 950.000 ton/tahun pada 2015.Untuk luas areal tanaman kakao Indonesia mencapai 1,4 juta hektar dengan produksi 803 ribu ton menempatkan Indonesia sebagai negara produsen terbesar kedua dunia setelah Pantai Gading diikuti Ghana pada urutan ketiga, Pantai Gading, dengan luas area 1.563.423 Ha dan produksi 795.581 ton. Secara umum didunia terdapat sekitar 50 negara produsen kakao, yang terbagi dalam 3 benua yaitu Afrika yang menguasai sekitar 65% kakao dunia, Asia sekitar 20% dan Amerika latin sekitar 15%. Sedangkan dari sisi industri (word cocoa brinding), Indonesia berada di nomor tujuh dunia dibawah Belanda, Amerika, Jerman, Pantai Gading, Malaysia dan Brazil. Luas perkebunan kakao di Indonesia terus meningkat sepanjang 5 tahun terakhir. Total produksi kakao Indonesia sekitar 16 persen dari total produksi dunia, namun jumlah yang diekspor masih kurang dari 5 persen. Selain itu produsen di Indonesia masih mempunyai posisi tawar yang lemah ditunjukkan oleh harga kakao yang mudah berfluktuasi pada tingkat yang rendah.
Biji kakao maupun produk olahan kakao merupakan komoditi/produk yang diperdagangkan secara internasional. Indonesia termasuk negara pengekspor penting dalam perdagangan biji kakao. Sedangkan untuk produk olahan kakao, seperti disinggung sebelumnya, ekspor Indonesia belum menunjukkan perkembangan. Perdagangan luar negeri komoditi/produk tersebut sejalan dengan kebijakan di bidang perdagangan luar negeri yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia. Luas perkebunan tersebut meningkat menjadi 1.432.558 Ha pada tahun 2009. Secara rata-rata pertumbuhan luas perkebunan kakao di Indonesia dari tahun 2000 hingga tahun 2009 adalah sebesar 8 persen.
Kebijakan umum di bidang perdagangan luar negeri pada dasarnya terdiri dari kebijakan ekspor dan kebijakan impor. Tujuan utama dari kebijakan ekspor adalah meningkatkan ekspor, dengan prasyarat bahwa kebutuhan pasar domestik telah terpenuhi. Sedangkan tujuan utama dari kebijakan impor ada dua, yakni (1) mengurangi impor, dengan prasyarat bahwa produksi dalam negeri bisa memenuhi kebutuhan pasar atau (2) menambah impor, jika produksi dalam negeri tidak bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Dalam pengembangan produk olahan kakao, pemerintah juga telah mengeluarkan serangkaian kebijakan produksi dan perdagangan produk olahan kakao. Oleh karena itu, pada dasarnya dapat dikatakan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk mengekspor produk olahan kakao. Namun, industri pengolahan kakao di Indonesia hingga saat ini belum berkembang, bahkan tertinggal dibandingkan negara-negara produsen olahan kakao yang tidak didukung ketersediaan bahan baku yang memadai, seperti Malaysia. Pengaruh persaingan /daya saing didasarkan pada perubahan pangsa pasar negara pengekspor yang dianalisis (Indonesia) di pasar negara tertentu untuk suatu komoditas tertentu hanya dapat berlangsung selama waktu analisis sebagai respon terhadap perubahan harga relatif komoditas negara pengekspor (Indonesia). Pengembangan daya saing diperlukan untuk meningkatkan kemampuan penetrasi kakao dan produk kakao Indonesia di pasar ekspor, baik dalam kaitan pendalaman maupun perluasan pasar. Peningkatan daya saing dapat dilakukan dengan melakukan efisiensi biaya produksi dan pemasaran, peningkatan mutu dan konsistensi standar mutu.(Berbagai sumber media terkait, data -data diolah F. Hero K. Purba)