Tuesday, February 3, 2009

Pertumbuhan Ekonomi Dunia 2009 dalam Krisis Pasar Global

Berdasarkan hasil analisa dalam laju pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan hanya 3,7 persen, melambat 20 basis poin dari WEO awal, dan ASEAN tumbuh 5,4 persen, relatif sama dengan proyeksi awal. Beberapa raksasa ekonomi, seperti AS, Inggris, Jerman, Prancis, dan Jepang, diperkirakan juga mengalami koreksi tipis sehingga laju pertumbuhan mereka berturut-turut menjadi 1,4 persen; 0,8 persen; 1,7 persen; 0,8 persen, dan 0,5 persen. Sedangkan pada 2009, dampak krisis finansial global akan semakin menghambat ekonomi mereka sehingga mengalami pertumbuhan negatif (minus), seperti AS yang - 0,7 persen; Inggris yang - 1,3 persen; Jerman yang - 0,8 persen; Perancis yang -0,5 persen; dan Jepang sebesar - 0,2 persen. Ekonomi global saat ini berada di persimpangan. Kondisi ini disebabkan oleh transisi periode berkesinambungan yang didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang sangat massif dari negara-negara berkembang mengarah kepada kondisi yang dipenuhi ketidakpastian seiring dengan krisis keuangan yang berawal di negara-negara maju, dan telah menyebar ke negara-negara berkembang.Perekonomian negara-negara berkembang diperkirakan hanya akan mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 4.5% sementara di negara maju justru diharapkan akan terjadi kontraksi ekonomi rata-rata 0.1%. Proyeksi ini lebih pesimis dari proyeksi yang dibuat pada bulan Juni lalu yang memperkirakan bahwa pertumbuhan negara maju akan sebesar 3% sementara negara berkembang mengalami pertumbuhan sebesar 6.4%.
Untuk Negara China dan India kembali menjadi harapan dunia dengan perkiraan proyeksi pertumbuhan maing-masing 9,7 persen dan 7,8 persen pada 2008, serta 8,5 persen dan 6,3 persen pada 2009. IMF memperkirakan volume perdagangan dunia, baik barang maupun jasa, akan tumbuh 4,6 persen pada 2008 dan melambat menjadi 2,1 persen pada 2009. Sedangkan harga-harga komoditas juga akan lebih murah pada 2009, seperti harga minyak dunia yang diperkirakan turun 31,8 persen dan harga komoditas lain non minyak melemah 18,7 persen. Inflasi dunia pada 2008 diperkirakan mencapai 3,6 persen pada negara maju dan 9,2 persen pada negara-negara berkembang. Sedangkan pada 2009,inflasi dunia cenderung melambat dengan proyeksi 1,4 persen pada negara maju dan 7,1 persen pada negara berkembang. Menurut IMF, negara-negara yang akan menerima dampak paling parah dari krisis finansial global saat ini adalah negara-negara eksportir komoditas (karena jatuhnya harga komoditas global), serta negara-negara dengan struktur pembiayaan eksternal dan masalah likuiditas yang besar dan kebanyakan negara di kawasan Asia Timur, termasuk China, cenderung akan mengalami perlambatan yang lebih rendah karena situasi finansial yang lebih kuat, membaiknya neraca perdagangan akibat turunnya harga komoditas, dan lebih dininya mereka dalam melakukan penyesuaian kebijakan moneter yang longgar. IMF juga merevisi ke bawah proyeksi harga minyak dunia akibat melemahnya permintaan global dari 100 dolar AS per barel pada WEO awal menjadi 68 dolar AS per barel. Demikian juga dengan harga-harga logam dan bahan pangan yang juga menurun. "Ini memang mengendurkan tekanan bagi rumah tangga di negara-negara maju dan berkembang di Eropa. Tapi di sisi lain dunia, ini melemahkan prospek pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang lainnya," jelas IMF. Ditambahkan oleh IMF, pengamanan harga komoditas dan semakin melambatnya ekonomi diyakini bakal mengurangi tekanan inflasi. Di negara maju, inflasi harus turun ke level yang lebih rendah dari 1,5 persen pada akhir 2009. Dan di negara berkembang, inflasi juga diperkirakan akan melambat secara gradual. (sumber Antara and other resourrces materials)

No comments: