Tuesday, February 17, 2009

Politisasi agama, Bagaimana?

Perlu direnungkan arti politik yang sesungguhnya bagi Negara demokrasi bagi sebaiknya. Apakah agama perlu dilibatkan dalam berpolitik? Sesungguhnya renungkanlah itu dari hati nurani masing-masing umat manusia didalam membangun suatu demokrasi negara yang baik.
Politisasi agama merupakan istilah yang bermuatan ideologi demokrasi-kapitalis yang sekular. Asumsi dasarnya adalah agama harus dipisahkan dari dunia politik. Maka menurut fahaman sekular, “politisasi agama” adalah suatu penyimpangan. Kalau kita berfikir ,Mengapa logik sekular menolak campur tangan agama dalam kehidupan politik? Hal ini tak terlepas dari trauma masyarakat Barat di Abad Pertengahan (abad ke-5 s/d ke-15 M) ketika gereja dan negara berkolaborasi mendominasi segala aspek kehidupan masyarakat. Mulai dari urusan keluarga, ekonomi, politik, sosial, seni, hingga teologi dan ilmu pengetahuan, semuanya harus tunduk pada ketentuan gereja. Struktur masyarakat yang seperti ini, telah menimbulkan kerugian yang luar biasa atas kemanusiaan di segala bidang, sehingga abad-abad itu dikenal dengan “Masa Kegelapan” (The Dark Ages). Akal manusia dipaksa menelan dogma-dogma gereja buatan para gerejawan yang kaku dan irrasional. Copernicus misalnya yang mencetuskan teori heliosentris dalam bukunya De Revolutionibus (1507), mendapat tentangan hebat dari gereja yang berfahaman geosentris. Galileo Galilei yang membela Copernicus dalam bukunya The System of the World (1632), diancam hukuman mati oleh gereja dan akhirnya mati di penjara. Apakah salah jika suatu Partai berlandaskan Agama terjun kedalam dunia politik? Pada saat sekarang ini para umat manusia berlomba-lomba menjadi calon wakil rakyat baik dari partai yang berlandaskan agama dalam keyakinan masing-masing. Apabila Seseorang yang mengaku memiliki hubungan pribadi yang baik dengan sang Khalik Langit dan Bumi, namun mendirikan partai politik karena merasa teraniaya atau merasa diperlakukan penduduk kelas bawah. Seharusnya, orang yang percaya akan kuasa Tuhan memberi kontribusi bukan karena merasa dianiaya, atau karena dipinggirkan. Dianiaya atau tidak, haruslah memberi kontribusi karena kecintaannya kepada bangsanya. Tuhan mencintai umatnya dan kasih karunianya. Apakah dengan agama disangkut pautkan dengan politik akan menghasilkan buah yang baik. Dunia ini hanya tempat persinggahan manusia, tujuan berpolitik dalam agama perlu direnungkan secara dalam dari diri manusia yang mencampuri urusan politik dan agama. Bahkan tak segan-segan sekarang ini pemuka dalam agama malah terjun kedalam politik. Siapa yang disalahkan ? Apakah masyarakat / umat manusia perlu mendukung partai yang berpolitisasi agama? Hal yang cenderung dipikirkan adalah partai yang tidak berbaur agama yang dipilih?Tanyakan pada hati nurani sendiri, Jangan hanya bisa menghakimi umat manusia dengan berbasis agama tentunya dapat mensejahterakan rakyat. Agama mengajarkan manusia untuk berbuat baik, bukan memecahbelahkan umat manusia. Duduk bersama dengan kasih karunia memuji Ilahi. Hal ini perlu dipertanyakan Bagaimana pandangan Agama jika dipolitisasi. Semoga orang yangmempolitisasi agama sadar apa yang mereka lakukan demi kemajuan bangsa dan negaranya. (sumber terkait dan data tambahan oleh F. Hero Kamsia Purba)

No comments: