Tuesday, March 15, 2011

Perkembangan dan Pertumbuhan Ekspor Kelapa Sawit (CPO) Indonesia dalam Perdagangan dunia

Ekspor CPO memiliki prospek yang sangat cerah disebabkan oleh peningkatan kosumsi produk-produk yang berbahan baku CPO yang sejalan dengan pertumbuhan produk diberbagai negara. Harga CPO penyerahan Februari 2011 yang diperdagangkan di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) dibuka pada level harga US$1256 per ton dan pada akhir perdagangan berada pada level harga US$1188 per ton. Rata-rata harga CPO yang ditransaksikan di BKDI berada pada level harga US$1260 per ton dengan harga tertinggi US$1299 per ton dan harga terendah US$1188 per ton. Di Malaysia Derivatives Exchange (MDEX), harga rata-rata CPO yang ditransaksikan untuk penyerahan Februari 2011 berada pada level harga US$1246 per ton, dan di Rotterdam US$1283 per ton.

Untuk perkembangan konsumsi minyak sawit (CPO) dunia dari tahun ke tahun terus menunjukkan tren meningkat. Pertumbuhan akan permintaan CPO dunia dalam 5 (lima) tahun terakhir, rata-rata tumbuh sebesar 9,92%. China dengan Indonesia merupakan negara yang paling banyak menyerap CPO dunia. Selain itu negara Uni Eropa juga termasuk konsumen besar pengkomsumsi CPO di dunia.

Yang menjadi permasalahan utama perdagangan dunia CPO sebenarnya bukan terletak pada tingkat permintaan konsumsi atau ekspornya, karena baik konsumsi atau ekspor dunia cenderung meningkat dengan stabil. Permasalahan utamanya justru terletak pada fluktuasi harga yang tidak stabil. Fluktuasi harga CPO ini cenderung dipengaruhi oleh isu-isu yang dibuat oleh negara penghasil produk subtitusi (saingan CPO), yaitu negara-negara penghasil minyak dari kacang kedelai dan jagung yang umumnya merupakan negara di Eropa dan Amerika (negara maju). Isu-isu seperti produk yang tidak higienis, pengrusakan ekosistem hutan termasuk isu pemusnahan orang utan merupakan isu yang diangkat untuk menjatuhkan harga CPO dunia. untuk pengembangan agribisnis kelapa sawit masih cukup terbuka bagi Indonesia, terutama karena ketersediaan sumberdaya alam/lahan, tenagakerja, teknologi maupun tenaga ahli. Dengan posisi sebagai produsen terbesar kedua saat ini dan menuju produsen utama di dunia pada masa depan, Indonesia perlu memanfaatkan peluang ini dengan sebaik-baiknya, mulai dari perencanaan sampai dengan upaya menjaga agar tetap bertahan pada posisi sebagai a country leader and market leader. (Data BPS, berbagai sumber terkait, data diolah F.Hero P.2011)

No comments: