Menurut data bahwa Indonesia
tercatat menjadi negara produsen lada terbesar kedua di dunia. Sementara itu
posisi teratas diduduki oleh Vietnam, dengan produksi nasional mencapai 120.000
metrik ton pada 2012. Menurut
data International Pepper Community (IPC), ekspor lada hitam selama 2011 dari
enam negara pengekspor utama (Brasil, India, Indonesia, Malaysia, Vietnam, dan
Sri Lanka) adalah 242.450 ton. Pada bulan Desember 2010, harga komposit lada
hitam tercatat 4.572 dolar AS per metrik ton dan lada putih 7.025 dolar AS per
metrik ton, lebih tinggi dari harga komposit pada 2009 yang berturut-turut
3.031 dolar AS per metrik ton dan 4.404 dolar As per metrik ton. Total produksi
lada di Indonesia tahun 2011 sebesar 33.000 ton (18.000 ton lada hitam dan
15.000 ton lada putih). Jumlah tersebut lebih rendah daripada tahun 2010 yang
mencapai 59.000 mt (terdiri dari 40.000 ton lada hitam dan 19.000 ton lada
putih).
Untuk ekspor tahun 2011 diperkirakan lebih rendah dibandingkan
tahun lalu. Hingga Mei 2011, total ekspor dari Vietnam diperkirakan sekitar
50.000 mt, yang 9.000 mt rendah dari periode yang sama. Amerika Serikat dan
Jerman adalah pasar utama untuk Lada. Vietnam, diikuti oleh Belanda, Uni Emirat
Arab dan Mesir.Nilai ekspor lada hitam dan lada putih dalam tahun 2001
menunjukkan penurunan. Lada hitam, nilai ekspor tertinggi diperoleh tahun 2000
sebesar US $ 100,6 juta, dan tahun 2001 menurun menjadi US $ 39,9 juta.
Sementara itu nilai ekspor lada putih pada tahun 1995 sebesar US $ 69,8 juta,
dan angka ini meningkat menjadi US $ 140,7 juta pada tahun 1999. Setelah itu
nilai ekspor ini menurun menjadi US $ 60,1 juta pada tahun 2001. Indonesia
merupakan produsen lada terbesar kedua di dunia setelah Vietnam dengan kontribusi
17 persen dari produksi lada dunia pada 2010. Terintegrasinya dalam harga
eksportir dan harga dunia mencerminkan bahwa pergerakan harga domestik sangat
dipengaruhi oleh dinamika harga di pasar internasional. Hal ini member petunjuk
bahwa pengembangan komoditas lada seyogyanya mempertimbangkan efisiensi dan
daya saing di pasar dunia. Lada merupakan penyumbang devisa negara terbesar
keempat untuk komoditas perkebunan setelah minyak sawit, karet, dan kopi. Lada
Indonesia masih mempunyai kekuatan dan peluang untuk dikembangkan, karena lahan
yang sesuai untuk lada cukup luas, biaya produksi lebih rendah dibanding negara
pesaing, tersedianya teknologi budi daya lada yang efisien, serta adanya
peluang melakukan diversifikasi produk apabila harga lada jatuh.
Terintegrasinya dalam harga eksportir dan harga dunia
mencerminkan bahwa pergerakan harga domestik sangat dipengaruhi oleh dinamika
harga di pasar internasional. Perkembangan lada putih Indonesia di pasar internasional seringkali
dihadapkan pada permasalahan volume ekspor dan harga yang terus berfluktuasi.
Negara pengimpor lada dari Indonesia cenderung menerapkan persyaratan mutu
produk yang sangat ketat. Lada putih Indonesia di pasar internasional juga
dihadapkan pada masalah persaingan diantara negara produsen. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil utama
lada, strateginya adalah mengembangkan lada yang sesuai, serta menerapkan
eknologi rekomendasi dan efisiensi biaya produksi. Dari sisi permintaan, impor lada ke Amerika Serikat
selama periode Januari – November 2011 menunjukkan angka 64.276 ton yang
terdiri dari 47.742 mt lada hitam, 5.331 mt lada putih dan 11.203 ton groud
pepper. Impor sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan impor AS dari
63.274 ton pada periode yang sama tahun lalu. Indonesia tetap menjadi pemasok
terbesar lada hitam keseluruhan untuk pasar AS, pengiriman 17.844 ton (37
persen), diikuti oleh Vietnam (12.424 ton), Brasil (11.427 ton) dan India (5285
mt). Daya saing lada Indonesia dipasar Internasional dapat ditingkatkanmelalui
peningkatan produktivitas, mutu hasil dan diversifikasi produk bila produk
utama harganya jatuh. Hal yang terpenting adalah sistem kelembagaan pada
tingkat petani dan penerapan jaminan mutu dan teknologi pengolahannya dengan
melihat kondisi cuaca dan efisiensi perhitungan pembiayaannya. (Sumber: Data IPC, BPS, berbagai sumber terkait, data
diolah F.Hero Purba.2013)
No comments:
Post a Comment