Pengembangan
budidaya tanaman jahe yang memiliki prospek ada tiga jenis jahe yaitu jahe
putih besar (jahe gajah), jahe putih kecil dan jahe merah. Diantara ketiga
jenis jahe tersebut, jahe gajahlah yang memiliki demand terbesar, baik di dalam
negeri maupun di luar negeri. Demand jahe dalam negeri terus meningkat dari
tahun ke tahun seiring dengan trend peningkatan konsumsinya. (Sources: Media
terkait, data litbang, data diolah F. Hero K. Purba). Jahe diekspor dalam
bentuk jahe segar, jahe kering, jahe segar olahan dan minyak atsiri. Dengan semakin berkembangnya perusahaan jamu
dalam negeri bahkan telah melakukan ekspor kemancanegara maka peluang
pengembangan jahe sebagai salah satu bahan baku pembuatan jamu menjadi sangat
terbuka. Indonesia juga melakukan impor
jahe terutama untuk memenuhi kebutuhan industri obat dan jamu. Pada tahun 2007
terdapat 8 negara pengekspor jahe ke Indonesia yaitu China, Singapura, Malaysia,
Swiss, Jepang, India dan Australia dengan eksportir utama adalah China, dengan
volume impor sebesar 779,89 ton senilai US $ 296.863 (DataBPS 2007).
Jahe menjadi salah satu komoditas ekspor yang
permintaannya cukup tinggi dengan harga yang cukup tinggi dibandingkan dengan
biaya produksi. Kendala yang ditemui
oleh para eksportir adalah pasokan jahe dari sentra-sentra produksi tidak
mencukupi dibandingkan dengan pesanan yang diterima. Adapun negara-negara tujuan ekspor adalah Amerikan Serikat, Belanda, Uni Emirat Arab, Pakistan, Jepang, Hongkong. Menurut data ekspor jahe
Indonesia rata-rata meningkat 32,75 % per tahun. Sedangkan pangsa pasar jahe
Indonesia terhadap pasar dunia 0,8 %, berarti peluang Indonesia ekspor jahe
Indonesia masih memiliki potensi untuk pangsa ekspor.
Negara-negara
tujuan ekspor seperti Amerika Serikat, Belanda, Uni
Emirat Arab, Pakistan, Jepang, Hongkong. Bahkan Hongkong
yang tidak mengembangkan jahe juga telah mengekspor manisan jahe yang dioleh
dari jahe yang diimpor dari Indonesia.
Dalam pengembangan budidaya jahe petani jahe yang selama ini mengelola
tanamannya dengan menggunakan modal sendiri tentu tidak dapat melaksanakan
semua anjuran teknis yang diberikan baik mengenai budidaya tanaman maupun
pengolahan pasca panen, begitu pula lahan yang dapat diusahakannya sangat
terbatas. Fenomena permintaan jahe yang terus meningkat, faktor alam turut
mempengaruhi harga jahe. Puncaknya, pada tahun 2010 lalu, harga jahe mencapai
Rp30 ribu/kg. Jahe segar pun mendadak langka. Jahe dapat dipasarkan dalam
bentuk Jahe segar, Jahe kering, Jahe
yang diawetkan, minyak atsiri, dan
oleoresin. Pemasaran Jahe Indonesia ke luar negeri sebagian besar dalam bentuk
kemasan Jahe segar, yang umumnya berasal dari jenis Jahe besar. Begitu pula para
pedagang pengumpul dan eksportir akan sulit memenuhi pesanan dari luar negeri
maupun dalam negeri karena keterbatasan dana dalam mengumpulkan hasil produksi
petani dan mengolah hasil dari petani menjadi produk yang sesuai dengan
pesanan. Prospek
pengembangan budidaya jahe, agar kiranya pembentukan kemitraan antara petani
dengan pengusaha dan eksportir, mengadakan bimbingan, pendampingan dan
pembinaan kepada msyarakat petani jahe, melakukan teknik budidaya yang tepat,
dan perlakuan pemanenan dan pascapanen yang tepat.
No comments:
Post a Comment