Monday, April 7, 2014

Potensi Pengolahan Jahe dan Prospek Pasar dalam Peluang Usaha



Pengembangan budidaya tanaman jahe yang memiliki prospek ada tiga jenis jahe yaitu jahe putih besar (jahe gajah), jahe putih kecil dan jahe merah. Diantara ketiga jenis jahe tersebut, jahe gajahlah yang memiliki demand terbesar, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Demand jahe dalam negeri terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan trend peningkatan konsumsinya. (Sources: Media terkait, data litbang, data diolah F. Hero K. Purba). Jahe diekspor dalam bentuk jahe segar, jahe kering, jahe segar olahan dan minyak atsiri.   Dengan semakin berkembangnya perusahaan jamu dalam negeri bahkan telah melakukan ekspor kemancanegara maka peluang pengembangan jahe sebagai salah satu bahan baku pembuatan jamu menjadi sangat terbuka.  Indonesia juga melakukan impor jahe terutama untuk memenuhi kebutuhan industri obat dan jamu. Pada tahun 2007 terdapat 8 negara pengekspor jahe ke Indonesia yaitu China, Singapura, Malaysia, Swiss, Jepang, India dan Australia dengan eksportir utama adalah China, dengan volume impor sebesar 779,89 ton senilai US $ 296.863 (DataBPS 2007).
 Jahe  menjadi salah satu komoditas ekspor yang permintaannya cukup tinggi dengan harga yang cukup tinggi dibandingkan dengan biaya produksi.   Kendala yang ditemui oleh para eksportir adalah pasokan jahe dari sentra-sentra produksi tidak mencukupi dibandingkan dengan pesanan yang diterima.   Adapun negara-negara tujuan ekspor adalah Amerikan Serikat, Belanda, Uni Emirat Arab, Pakistan, Jepang, Hongkong.   Menurut data ekspor jahe Indonesia rata-rata meningkat 32,75 % per tahun. Sedangkan pangsa pasar jahe Indonesia terhadap pasar dunia 0,8 %, berarti peluang Indonesia ekspor jahe Indonesia masih memiliki potensi untuk pangsa ekspor. Negara-negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat, Belanda, Uni Emirat Arab, Pakistan, Jepang, Hongkong. Bahkan Hongkong yang tidak mengembangkan jahe juga telah mengekspor manisan jahe yang dioleh dari jahe yang diimpor dari Indonesia.  Dalam pengembangan budidaya jahe petani jahe yang selama ini mengelola tanamannya dengan menggunakan modal sendiri tentu tidak dapat melaksanakan semua anjuran teknis yang diberikan baik mengenai budidaya tanaman maupun pengolahan pasca panen, begitu pula lahan yang dapat diusahakannya sangat terbatas.   Fenomena permintaan jahe yang terus meningkat, faktor alam turut mempengaruhi harga jahe. Puncaknya, pada tahun 2010 lalu, harga jahe mencapai Rp30 ribu/kg. Jahe segar pun mendadak langka. Jahe dapat dipasarkan dalam bentuk Jahe segar,  Jahe kering, Jahe yang  diawetkan, minyak atsiri, dan oleoresin. Pemasaran Jahe Indonesia ke luar negeri sebagian besar dalam bentuk kemasan Jahe segar, yang umumnya berasal dari jenis Jahe besar. Begitu pula para pedagang pengumpul dan eksportir akan sulit memenuhi pesanan dari luar negeri maupun dalam negeri karena keterbatasan dana dalam mengumpulkan hasil produksi petani dan mengolah hasil dari petani menjadi produk yang sesuai dengan pesanan. Prospek pengembangan budidaya jahe, agar kiranya pembentukan kemitraan antara petani dengan pengusaha dan eksportir, mengadakan bimbingan, pendampingan dan pembinaan kepada msyarakat petani jahe, melakukan teknik budidaya yang tepat, dan perlakuan pemanenan dan pascapanen yang tepat.

No comments: