Tuesday, January 19, 2010

Tantangan Persaingan Global dalam Agribisnis Indonesia dalam Persaingan dunia

Kehidupan persaingan dalam era global semakin jelas terlihat dengan mulai diberlakukannya FTA ASEAN- China yang memberi dampak dalam persaingan agribisnis Indonesia secara global. Agribisnis merupakan masa depan Indonesia. Perkembangan sektor pertanian / agribisnis tidak lepas dari perkembangan kebijakan makro. Dengan demikian keseimbangan makro, yang diambil pemerintah. Tidak hanya masa depan pertanian. Dimana agribisnis memiliki multiplier effect yang luas pada seluruh bidang kehidupan. Partai politik sudah seharusnya concern dengan agribisnis dan dapat menjadikan agribisnis sebagai garapan serius partai politik dalam mengubah kondisi pertanian Indonesia yang memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) tetapi tertinggal dalam hal inovasi dan kompetisi global (competitive advantage). Peran nyata partai politik bisa dalam hal legislasi sebuah payung hukum dan regulasi sebuah kebijakan. Untuk prospek kontribusi Sumber Daya Alam pertanian dalam arti luas dalam konteks di mana lingkungan strategis yang memayungi perannya, dalam pembangunan nasional 2009 dan tahun-tahun berikutnya. Menurut beberapa pakar sosial Ekonomi Pertanian bahwa berapa faktor dalam perkembangan Pertanian. Pertama, globalisasi. Jika strategi pembangunan makronya tidak dilakukan reorientasi secara mendasar, kondisinya tak akan banyak berubah, yakni tingkat daya saing bangsa dalam pasar global, terutama sektor pertanian, tetap rendah. Kedua, krisis kenaikan migas global. Kalau kalangan pejuang sektor pertanian umumnya hanya pasif dan introvert, maka kemiskinan di sektor pertanian dan pedesaan akan semakin parah. Selain itu juga akan terjadi opportunity loss yang mestinya bisa dimanfaatkan untuk investasi baru di sektor pertanian dalam arti luas karena terjadinya financial overliquidity baik secara global maupun nasional. Ketiga, konstelasi elite politik nasional. Ini lebih memprihatinkan lagi, mengingat lobi politik kalangan pertanian maupun posisi tawarnya terhadap kalangan elite politik jauh lebih rendah dibandingkan sektor lain. Padahal regulasi maupun arah pembangunan di alam demokrasi amat sangat ditentukan oleh para elite politik yang ada di legislatif, eksekutif, judikatif, partai-partai, serta media massa yang cenderung lebih memihak kepada orientasi pembangunan berbasis non-agro dan impor. Bahkan sekarang ini semakin kepada sektor non-riil. (Other resources material, Dr. Didin S Damanhuri, data diolah Frans Hero K. Purba).
Jika melihat politik pertanian dunia perlu dipikirkan kembali. Juga produksi bahan bakar bio energi harus diusahakan tidak dari produk pertanian yang merupakan bahan pangan bagi manusia. Perkembangan politik pertanian dunia di negara maju mengkhawatirkan kenaikan harga bahan bakar bio untuk mengisi tangki mobilnya, warga di sebagian besar belahan Bumi harus bersusah payah mencari pengisi perutnya untuk kehidupan. Bahan bakar bio merupakan salah satu penyebab dari kenaikan harga bahan pangan. Sejauh ini, bahan bakar bio biasanya diproduksi dari bahan dasar, yang juga merupakan bahan makanan manusia. Tetapi bagi perkembangan agribisnis / pertanian dunia semakin terasa pergolakkannya dizaman era globalisasi sekarang ini. Dan bagaimana memiliki jaringan pemasaran di dunia akibat dari kekurang percayaan pedagang dari negara lain terhadap konsistensi negara kita. Penegakan hukum yang tanggung dan kurang didukung dengan sikap politik dan suasananya. Semoga perkembangan agribisnis dunia termasuk Indonesia dapat berkembang dengan menghadapi pergolakkan persaingan usaha yang ada.

No comments: