Thursday, December 1, 2011

Ketersediaan Rantai Pasokan Bahan Baku dalam upaya penunjang Bisnis Berkelanjutan


Dalam persaingan pasar dengan semakin tidak menentunya harga bahan makanan pokok di dunia kini hampir semua negara berusaha untuk bisa memenuhi sendiri kebutuhan bahan makanannya. Hal ini menyebabkan pasar bahan makanan pokok seperti beras, jagung, kedelai, dan gandum selalu berfluktuasi. Misalnya harga untuk beras sangat ditentukan pelepasan beras ke pasar ekspor oleh India, Thailand, dan Vietnam. Dan oleh permintaan impor dari negara importir besar seperti Filipina dan Indonesia. Agroindustri produk pertanian terkadang tidak kontinyunya pasokan bahan baku, sehingga seringkali terjadi kesenjangan antara ketersediaan bahan baku dengan yang diminta oleh konsumen. Kendala ini bukan karena cara pengolahannya yang agak ruwet, namun pasokan bahan baku ikan tangkapan yang sering kali bermasalah. Dalam artian kadang kala sangat mudah untuk didapat dan dalam jumlah banyak, namun kadang kala pasokannya sangat minim dan jenisnya pun terbatas. Sangat menyulitkannya dan mungkin juga hal sama dirasakan oleh pelaku usaha sejenis lainnya. Sebab, kondisi tersebut erat kaitannya dengan pelayan ke konsumen, yang menjadi tidak maksimal dan dampak ikutannya tentu kepada kondisi pendapatan usaha yang juga tidak dalam kondisi menguntungkan. Hal ini sering terjadi karena ketersedian bahan baku suatu komoditas yang tidak dapat berkelanjutan. Struktur rantai pasok dalam menilai kesanggupan suppy dalam pasar untuk memenuhi konsumen tersebut dibedakan berdasar­kan lima unsur di bawah.

1. End Markets (Pasar Akhir). End Markets (pasar akhir) adalah masyarakat, bukan tempat. Pasar akhir menentukan karakter­istik— termasuk harga, kualitas, kuantitas, dan waktu—suatu barang atau jasa yang sukses. Pembeli pasar akhir adalah suara berpengaruh dan insentif bagi perubahan. Mereka sumber penting informasi permintaan, yang menyebarluaskan pembelajaran, dan dalam kasus tertentu bersedia berinvestasi dalam perusahaan berurutan lebih bawah pada rantai nilai. Pendekatan rantai nilai mengkaji semua peluang terkini dan berpotensial di semua pasar, mempertimbangkan kecenderun­gan, calon pesaing dan faktor-faktor dinamis lainnya.

2. Usaha dan Lingkungan Penunjang. Usaha dan Lingkun­gan Penunjang meliputi norma, kebiasaan, undang-undang, peraturan, kebijakan, perjanjian perdagangan internasional dan prasarana umum (jalan, listrik, dll.) serta layanan umum (pendidikan, kesehatan) untuk menunjang atau mengham­bat pergerakan suatu produk atau jasa di rantai nilainya. Lingkungan kebijakan nasional dan peraturan penting demi fungsi pasar dan perusahaan. Kinerja buruk pemerintah setempat, penegakan hukum serta rezim peraturan yang lemah meningkatkan biaya dan risiko transaksi, membatasi investasi dalam perhubungan dan peningkatan mutu.

3. Hubungan Vertikal. Hubungan antar perusahaan di seluruh tingkatan rantai nilai penting untuk memindahkan produk atau jasa ke pasar akhir. Transaksi efisien antara perusahaan terkait secara vertikal dalam rantai nilai meningkatkan daya saing keseluruhan dari industri tersebut. Hubungan vertikal juga mempermudah penyerahan manfaat dan layanan terkait, pengalihan keterampilan dan informasi antar perusahaan baik ke atas dan bawah dalam urutan rantai nilai. Hubungan vertikal menguntungkan antar perusahaan terkait dapat men­ingkatkan akses UMK terhadap pasar, keterampilan baru dan berbagai layanan, dan mengurangi risiko pasar dengan men­jamin penjualan di masa mendatang.

4. Hubungan Horizontal. Ada tegangan yang diperlukan antara kerjasama dan persaingan antar perusahaan yang menjalankan fungsi serupa dalam suatu rantai nilai. Hubungan antar peru­sahaan— baik formal maupun informal— mengurangi biaya transaksi bagi pembeli yang berurusan dengan pemasok kecil. Dengan menunjang pembelian bahan baku dalam jumlah be­sar, memungkinkan terpenuhinya pesanan besar, hubungan horizontal membantu perusahaan kecil untuk menghasilkan pendapatan besar. Asosiasi industri memungkinkan penciptaan standar-standar industri dan pelaksanaan strategi pemasaran.

5. Supporting Markets (Pasar Pendukung). Jasa pendu­kung adalah kunci peningkatan tingkat perusahaan. Jasa tersebut meliputi jasa keuangan; jasa lintas sektor seperti konsultasi bisnis, nasihat hukum dan telekomunikasi; serta jasa khusus bagi sektor, misalnya, jasa perlengkapan irigasi atau jasa perancangan kerajinan tangan. Apabila dibutuh­kan untuk waktu yang lama, jasa tersebut harus disediakan secara komersial atau melalui pasar. Pada satu sisi petani telah didorong untuk meningkatkan produksi tetapi ketika produksi berlebih pasar tidak mampu menyerap pasar. Jika dari system rantai pasok dan ketersedian bahan baku dari petani, pengumpul, pedagang, eksportir sampai kepada konsumen dapat terpenuhi dengan baik dan sesuai dengan standar permintaan yang diminta maka prinsipnya networking siklus ini akan selalui saling berkelanjutan. (Berbagai sumber terkait data diolah F. Hero K. Purba)

No comments: