Friday, February 10, 2012

Tantangan, Peluang dan Kendala dalam Pengembangan Ekspor Indonesia ke Amerika Serikat


Nilai ekspor Indonesia ke AS tercatat USD 14,3 miliar pada 2010. Untuk periode Januari-Mei 2011 mencapai USD 6,9 miliar, atau naik 26,4% dibandingkan dengan periode sama di tahun 2010 yaitu USD 5,5 miliar. Ekspor nonmigas periode Januari-Mei 2011 tercatat USD 6,6 miliar (Januari-Mei 2010 yaitu USD 5,1 miliar atau naik 28,4%). Sedangkan nilai impor tahun 2010 mencapai USD 9,4 miliar. Dan periode Januari-Mei 2011 mencatat USD 4,2 miliar, atau naik 15,9% dibandingkan dengan periode sama pada tahun sebelumnya yang mencapai USD 3,6 miliar. Impor nonmigas periode Januari-Mei 2011 sejumlah USD 4,1 miliar (Januari-Mei 2010 yaitu USD 3,6 miliar atau naik 15,9%). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia selama Februari 2011 sebanyak 14,40 miliar dolar Amerika Serikat (AS), turun 1,42 persen dibanding nilai ekspor bulan sebelumnya.Untuk Ekspor produk perikanan Indonesia ke Amerika Serikat tahun ini diperkirakan mencapai US$ 1 miliar atau naik 14,9% dari tahun lalu sebesar US$ 870 juta. Indonesia telah menikmati program GSP dengan memasukkan produk ekspor Indonesia ke pasarAS dengan mendapatkan fasilitas pembebasan bea masuk. Berdasarkan data perdagangan tahun 2010, Indonesia mendapatkan fasilitas GSP untuk 2.144jenis produk, dari jumlah tersebut Indonesia telah mengekspor hingga US$ 1,8 milyar atau sekitar 12,2% dari total ekspor Indonesia ke AS. Namun sejakawal 2011, dimana program GSP belum diperpanjang, telah memberikan pengaruh signifikan terhadap laju ekspor produkproduk Indonesia ke pasar AS. Berdasarkan data perdagangan hingga Juni 2011, ekspor Indonesia ke AS untuk produkproduk yang tercakup dalam GSP hanya mengalami kenaikan sebesar 5,2% bila dibandingkan Juni 2010. Seharusnya angka kenaikan tersebut bisa mencapai antara 20% s/d 25% bila program GSP tidak mengalami penundaan hingga lebih dari 10 bulan. Dan jugaseharusnya ekspor seluruh produk Indonesia ke AS yang hingga Juni 2011 mencapai kenaikan sebesar14.44%, bisa mencapai 23% s/d 26%. Dengan berlakunya kembali program GSP, maka diharapkanpeningkatan ekspor Indonesia ke AS bisa mencapai kenaikan sebesar 25 di akhir tahun 2011.

Untuk ekspor CPO Indonesia ke AS berkisar antara 1-1,5 ton tiap tahunnya. Sementara secara keseluruhan, hasil produksi CPO Indonesia pada tahun 2011 sebesar 23 juta ton. Dari angka tersebut, 17,5 juta ton diekspor ke berbagai negara dengan Chna sebagai pembeli utama. Untuk mendukung program Green Product yang sedang digiatkan oleh Amerika, negara tersebut menetapkan standar minimum kandungan CO2 di level 20%. Sementara berdasarkan penelitian NODA EPA (Notice of Data Availability Environmental Protection Agency’s), CPO Indonesia dan Malaysia hanya 17 persen. Pada 28 Januari lalu, AS mengirimkan notifikasi kepada Indonesia dan memberi waktu hingga 27 Febuari 2012 untuk memberikan sanggahan. Dengan adanya isu mengenai CPO ini terlontar lantaran adanya kompetisi sumber bahan bakar biodiesel kendaraan bermotor di AS. Selama ini, selain menggunakan CPO, mereka juga menggunakan bunga matahari dan minyak kedelai. Kedua produk ini banyak dihasilkan oleh negara-negara barat. Sementara penggunaan CPO sebagai bahan bakar biodiesel kini mendominasi. Pelarangan ini berkaitan dengan kekhawatiran AS dengan persaingan pengembangan energi. Selama ini AS gencar memberdayakan kedelai untuk menggantikan energy fosil. Semoga tantangan dan kendala ini dapat diatasi dengan persaingan sehat didunia bisnis Global, untuk peluang bisnis Indonesia ke depan. (Sources data: BPS, KBRI Washington, other resources media)

No comments: