Thursday, April 26, 2012

Potensi Singkong / Ubi Kayu dalam Pengembangan Usaha dan Meningkatkan Pendapatan yang Memiliki Nilai tambah


Potensi salah satu komoditas pangan yang patut dipertimbangkan untuk dikembangkan di Indonesia khusunya di pulau jawa adalah umbi-umbian seperti singkong atau ubi kayu. Singkong / Ubi kayu merupakan pangan lokal yang telah lama diminati oleh masyarakat. Pada zaman perang, saat masuknya Jepang ke Indonesia, beras sangat langka dan sulit didapat, tetapi masyarakat tidak kurang akal. Kita semua memanfaatkan singkong sebagai pengganti nasi. Dalam sumber pangan lokal sebagai cadangan pangan akan menimbulkan efek positif, seperti terhidupinya para petani dan tumbuhnya industri pangan lokal, seperti industri pengolahan pangan non beras yang berbasis lokal termasuk tepung singkong dan mengurangi ketergantungan pada produk pangan impor. Dipilihnya singkong juga sangat tepat mengingat manfaat dan kegunaan singkong cukup luas, terutama untuk industri makanan dan juga sebagai produk antara. Banyaknya manfaat dan kegunaan dari singkong, memungkinkan singkong lebih ditumbuhkembangkan di daerah – daerah sentra produksi singkong.

Berbagai jenis produk olahan langsung terdiri dari produk olahan kering (misalnya keripik singkong dan kerupuk singkong) dan produk olahan semi basah (contohnya tape, getuk dan makanan tradisional lainnya). Untuk produk awetan olahan singkong dapat dijadikan produk tapioka dan turunanya, gaplek dengan produk turunannya (antara lain tiwul, nasi rasi (beras singkong), serta tepung singkong sebagai bahan baku untuk tiwul instan dan juga berbagai aneka kue, misalnya Brotel (Brownies Tela), Sirobak (Singkong Roti Bakar) dan lain sebagainya.

Berdasarkan sumber data perdagangan internasional produk olahan singkong dibedakan menjadi tiga jenis, namun FAO hanya mencatatnya sebagai cassava. Data FAO terbaru (tahun 2007), yang keluar pada awal Desember 2009 ini, menunjukkan bahwa Indonesia berada pada ranking keempat sebagai penghasil kasava. Menurut FAO, lima besar negara penghasil kasava adalah 1. Nigeria 34,4 juta ton; 2. Thailand 26,9; 3. Brasil 26,5; 4. Indonesia 19,9; dan 5. Republik Demokrasi Kongo 15 juta ton. Potensi Indonesia masih bisa lebih ditingkatkan lagi, mengingat budi daya singkong terhitung mudah dan murah, dibanding dengan serealia. (Sumber data: media, terkait, data FAO dan rubrik, data diolah F. Hero K. Purba). Berhasil atau tidaknya dalam potensi olaha produk singkong (cassava) pencapaian tujuan usaha tergantung pada orang-orang dalam bidang pemasaran, produksi, dan keuangan. Jadi banyak peluang yang bias dilakukan dari tanaman singkong yang bernilai ekonomis dan sekarang bagaimana strategi untuk mempromosikannya agar pemanfaatan singkong untuk pangan ini dapat lebih baik ditingkatkan.

Potential of Cassava / Cassava Enterprise Development and Increase in Revenue has added value Potential of one of the food commodities that should be considered to be developed in Indonesia especially in Java are tubers such as cassava or manioc. Cassava is a local food timber that has been long in demand by the public. In times of war, when the entry of Japan to Indonesia, rice is very rare and hard to come by, but no less resourceful people. We all make use of cassava as a substitute for rice. In local food sources as food reserves will lead to positive effects, such as growth for farmers and local food industry, such as non-rice food processing industry which locally based, including cassava flour and reduce dependence on imported food products. The choice of cassava is also very appropriate considering the benefits and uses of cassava are quite extensive, especially for the food industry as well as intermediate products. The many benefits and uses of cassava, cassava allow more cultivated in the area - the area of ​​cassava production centers. Various types of refined products directly comprises dried processed products (eg cassava chips and cassava crackers) and semi-wet processed products (eg tape, getuk and other traditional foods). For the preservation of processed cassava products can be used as tapioca and others products, dried cassava with its derivatives (such as tiwul, constellations rice (rice cassava), and cassava flour as a raw material for instant tiwul and also a variety of cakes, for example Brotel (Brownies Tela), Sirobak (Cassava Bread Burn) and others. Based on the data source of international trade of processed cassava products can be divided into three types, but the FAO is only recorded as cassava. Latest FAO data (2007), which came out in early December 2009, shows that Indonesia is ranked fourth as a producer cassava. According to FAO, the five major producing countries cassava is 1. Nigeria 34.4 million tons; 2. Thailand 26.9 3. Brazil 26.5; 4. Indonesia 19.9, and 5. Democratic Republic of Congo 15 million tons. Potential Indonesia still be further enhanced, given the countless cassava cultivation is easy and inexpensive, compared with cereals. (Source of data: the media, relevant, data is processed F. Hero K. Purba) Success or failure in the potential product processing cassava (cassava) the achievement of business objectives depend on people in the field of marketing, production, and finance. So many opportunities that can be done from the cassava plant that is economically and now how to be a strategy to promote the utilization of cassava for food can be better improved.