Pembuatan minyak kelapa di desa ini sudah dilakukan
masyarakat secara turun temurun. Dari 520 KK yang tersebar di tiga dusun,
hampir semua membuat minyak kelapa. Masyarakat umumnya membuat minyak kelapa secara
tradisonal dalam jumlah kecil (beberapa botol) untuk konsumsi sendiri dan
dijual. Pengolahan minyak kelapa masih dilakukan secara tradisional. Untuk
memasak minyak kelapa diperlukan waktu tiga jam, mulai dari memetik buah
kelapa, mengupas, memarut, memeras, sampai memasaknya menjadi minyak. Rumah
tangga yang memasak kelapa dalam jumlah besar, biasanya selain memanfaatkan
kelapa dari kebun sendiri, juga membeli dari kebun tetangganya. Harga beli
kelapa rata-rata Rp. 1000/butir pada saat musim hujan dan Rp. 500/butir pada
saat musim kemarau. Untuk memarut kelapa, di desa Tenaga kerja di industri ini
masih menggunakan tenaga keluarga. Sementara untuk bahan bakar, masyarakat
menggunakan daun kelapa dan kayu bakar. Dalam sehari, biasaya 
 Biasanya masyarakat membuat minyak kelapa tiga
kali, yaitu: pagi, siang, dan malam. Dari 4-5 butir kelapa bisa dihasilkan satu
botol minyak kelapa dengan isi 0,75 liter/botol. Hasil minyak umumnya dijual di
pasar mingguan Desa Toineke. Pada hari pasar, warga dari desa sekitarnya datang
untuk berbelanja, khususnya untuk membeli minyak kelapa. Desa Toineke memang
sudah terkenal akan minyak kelapanya. Di Desa Toineke juga ada seorang pedagang
pengumpul, yang membawa minyak ke pasar (ibukota kecamatan) dan menjualnya
secara eceren. Warga tidak memasarkan langsung ke pasar kecamatan karena
mahalnya biaya transportasi yang mencapai Rp. 25.000,-pulang-pergi.
Biasanya masyarakat membuat minyak kelapa tiga
kali, yaitu: pagi, siang, dan malam. Dari 4-5 butir kelapa bisa dihasilkan satu
botol minyak kelapa dengan isi 0,75 liter/botol. Hasil minyak umumnya dijual di
pasar mingguan Desa Toineke. Pada hari pasar, warga dari desa sekitarnya datang
untuk berbelanja, khususnya untuk membeli minyak kelapa. Desa Toineke memang
sudah terkenal akan minyak kelapanya. Di Desa Toineke juga ada seorang pedagang
pengumpul, yang membawa minyak ke pasar (ibukota kecamatan) dan menjualnya
secara eceren. Warga tidak memasarkan langsung ke pasar kecamatan karena
mahalnya biaya transportasi yang mencapai Rp. 25.000,-pulang-pergi. 
Perkembangan daya saing produk
kelapa pada saat ini tidak lagi terletak pada produk primernya  yakni
kopra seperti yang selama ini banyak  diusahakan secara tradisional. Sebagai
contoh, produk desicated coconut (tepung kelapa) memiliki daya saing  yang
jauh lebih tinggi (300-400%) dibandingkan dengan kopra, yang terlihat
 dari indeks paritas ekspornya (nilai ekspor dibandingkan dengan biaya
 produksi). (Sources: Berbagai media terkait, data diolah F.
Hero K. Purba).
Pembangunan
di sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang memegang peranan yang sangat
strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Nasional. Hal ini terlihat
keberhasilannya menjadikan daerah pedesaan menjadi semakin terbuka dengan
berbagai arus informasi serta merubah pola pikir dari masyarakat yang semakin
kritis dan rasional serta merubah pola pertanian mereka dari tradisional
mengarah pada pola modern. Secara
tradisional yang dilakukan masyarakat, penggunaan produk kelapa adalah untuk
konsumsi segar, dibuat kopra, minyak kelapa, kelapa parut dan santan. Seiring
perkembangan pasar dan dukungan teknologi, permintaan berbagai produk turunan
kelapa semakin meningkat seperti dalam bentuk nata de coco,  Virgin Coconut
Oil (VCO), tepung
kelapa (desiccated coconut), hydrogenated coco oil, paring oil, crude
glycerine, coco chemical, alhonolamide, serat sabut, arang tempurung dan
arang aktif. Sejak tahun 2000, penggunaan kopra dan butiran kelapa masih
meningkat tetapi dengan laju pertumbuhan sangat kecil. Penggunaan tepung kelapa meningkat dengan laju 21,9% per
tahun (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007). Sebaliknya
penggunaan minyak kelapa cenderung berkurang. Penggunaan minyak kelapa di dalam
negeri yang semakin berkurang diduga terkait dengan perubahan preferensi
konsumen yang lebih menyukai penggunaan minyak kelapa sawit karena harganya
lebih murah. Kelapa yang merupakan sebagai
pohon kehidupan.  Hampir  semua  bagian 
tanaman kelapa dapat dimanfaatkan bagi manusia. Bagian tanaman  kelapa 
atau  hasilnya  yang 
dapat dimanfaatkan  sebagai  sumber 
energi  alternatif adalah  daging 
buah  untuk  minyak 
dan  bahan bakar  nabati, 
minyak kelapa dapat dijadikan cocodiesel,
sebagai campuran maupung pengganti solar. 
Tempurung  dan  serabut  
serta pelepah daun kelapa dijadikan 
bahan  bakar  padat. 
Bagian lainnya  adalah  hasil 
nira,  yang  dapat 
dijadikan bahan  pembuatan  bioetanol. 
Walaupun  kadar energinya  berbeda, 
tetapi  bagian  tanaman tersebut  berpotensi 
sebagai  sumber  energi alternatif.  

 
 
No comments:
Post a Comment