Friday, October 3, 2014

Pengembangan Pengolahan Minyak Kelapa di Provinsi Nusa Tenggara Timur






Pembuatan minyak kelapa di desa ini sudah dilakukan masyarakat secara turun temurun. Dari 520 KK yang tersebar di tiga dusun, hampir semua membuat minyak kelapa. Masyarakat umumnya membuat minyak kelapa secara tradisonal dalam jumlah kecil (beberapa botol) untuk konsumsi sendiri dan dijual. Pengolahan minyak kelapa masih dilakukan secara tradisional. Untuk memasak minyak kelapa diperlukan waktu tiga jam, mulai dari memetik buah kelapa, mengupas, memarut, memeras, sampai memasaknya menjadi minyak. Rumah tangga yang memasak kelapa dalam jumlah besar, biasanya selain memanfaatkan kelapa dari kebun sendiri, juga membeli dari kebun tetangganya. Harga beli kelapa rata-rata Rp. 1000/butir pada saat musim hujan dan Rp. 500/butir pada saat musim kemarau. Untuk memarut kelapa, di desa Tenaga kerja di industri ini masih menggunakan tenaga keluarga. Sementara untuk bahan bakar, masyarakat menggunakan daun kelapa dan kayu bakar. Dalam sehari, biasaya
Biasanya masyarakat membuat minyak kelapa tiga kali, yaitu: pagi, siang, dan malam. Dari 4-5 butir kelapa bisa dihasilkan satu botol minyak kelapa dengan isi 0,75 liter/botol. Hasil minyak umumnya dijual di pasar mingguan Desa Toineke. Pada hari pasar, warga dari desa sekitarnya datang untuk berbelanja, khususnya untuk membeli minyak kelapa. Desa Toineke memang sudah terkenal akan minyak kelapanya. Di Desa Toineke juga ada seorang pedagang pengumpul, yang membawa minyak ke pasar (ibukota kecamatan) dan menjualnya secara eceren. Warga tidak memasarkan langsung ke pasar kecamatan karena mahalnya biaya transportasi yang mencapai Rp. 25.000,-pulang-pergi.
Perkembangan daya saing produk kelapa pada saat ini tidak lagi terletak pada produk primernya  yakni kopra seperti yang selama ini banyak  diusahakan secara tradisional. Sebagai contoh, produk desicated coconut (tepung kelapa) memiliki daya saing  yang jauh lebih tinggi (300-400%) dibandingkan dengan kopra, yang terlihat  dari indeks paritas ekspornya (nilai ekspor dibandingkan dengan biaya  produksi). (Sources: Berbagai media terkait, data diolah F. Hero K. Purba).
Pembangunan di sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang memegang peranan yang sangat strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Nasional. Hal ini terlihat keberhasilannya menjadikan daerah pedesaan menjadi semakin terbuka dengan berbagai arus informasi serta merubah pola pikir dari masyarakat yang semakin kritis dan rasional serta merubah pola pertanian mereka dari tradisional mengarah pada pola modern. Secara tradisional yang dilakukan masyarakat, penggunaan produk kelapa adalah untuk konsumsi segar, dibuat kopra, minyak kelapa, kelapa parut dan santan. Seiring perkembangan pasar dan dukungan teknologi, permintaan berbagai produk turunan kelapa semakin meningkat seperti dalam bentuk nata de coco,  Virgin Coconut Oil (VCO), tepung kelapa (desiccated coconut), hydrogenated coco oil, paring oil, crude glycerine, coco chemical, alhonolamide, serat sabut, arang tempurung dan arang aktif. Sejak tahun 2000, penggunaan kopra dan butiran kelapa masih meningkat tetapi dengan laju pertumbuhan sangat kecil. Penggunaan tepung kelapa meningkat dengan laju 21,9% per tahun (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007). Sebaliknya penggunaan minyak kelapa cenderung berkurang. Penggunaan minyak kelapa di dalam negeri yang semakin berkurang diduga terkait dengan perubahan preferensi konsumen yang lebih menyukai penggunaan minyak kelapa sawit karena harganya lebih murah. Kelapa yang merupakan sebagai pohon kehidupan.  Hampir  semua  bagian  tanaman kelapa dapat dimanfaatkan bagi manusia. Bagian tanaman  kelapa  atau  hasilnya  yang  dapat dimanfaatkan  sebagai  sumber  energi  alternatif adalah  daging  buah  untuk  minyak  dan  bahan bakar  nabati,  minyak kelapa dapat dijadikan cocodiesel, sebagai campuran maupung pengganti solar.  Tempurung  dan  serabut   serta pelepah daun kelapa dijadikan  bahan  bakar  padat.  Bagian lainnya  adalah  hasil  nira,  yang  dapat  dijadikan bahan  pembuatan  bioetanol.  Walaupun  kadar energinya  berbeda,  tetapi  bagian  tanaman tersebut  berpotensi  sebagai  sumber  energi alternatif. 

No comments: