Tuesday, October 7, 2014

Pertanian Indonesia Dalam Peluang dan Tantangan, Ancaman Terhadap Pemasaran Global





 Tantangan perekonomian di era globalisasi ini masih sama dengan era sebelumnya, yaitu bagaimana subjek dari perekonomian Indonesia, yaitu penduduk Indonesia sejahtera. Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar dengan 240 juta jiwa. Sektor pertanian memberikan sumbangan Pendapatan Domestik Bruto sebesar 14,72% dari total PDB pada tahun 2011, meningkat menjadi 15,14% pada tahun 2013. Seiring dengan transisi (transformasi) struktural ini sekarang kita menghadapi berbagai permasalahan. Di sektor pertanian kita mengalami permasalahan dalam meningkatkan jumlah produksi pangan, terutama di wilayah tradisional pertanian di Jawa dan luar Jawa. Hal ini karena semakin terbatasnya lahan yang dapat dipakai untuk bertani.
Perkembangan penduduk yang semakin besar membuat kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan berbagai sarana pendukung kehidupan masyarakat juga bertambah. Perkembangan industri juga membuat pertanian beririgasi teknis semakin berkurang. Indonesia termasuk produsen utama beras dunia, namun Indonesia hampir setiap tahun selalu menghadapi persoalan berulang dengan pemenuhan kebutuhan pangan. Subejo (2009a) mencatat ada beberapa persoalan serius yang perlu dicermati dan dicarikan solusinya. Salah satu sebab utama adalah jumlah penduduk yang sangat besar. (Sumber: data media terkait, BPS, data diolah F. Hero K. Purba). Data statistik menunjukkan pada kisaran 230-237 juta jiwa. Makanan pokok semua penduduk adalah beras sehingga sudah jelas kebutuhan beras menjadi luar biasa besar. Adapun strategi Peningkatan Potensi Pertanian Indonesia ke Depan: 1.Meningkatkan pemanfaatan sumber daya, dan memfokuskan pada kegiatan penelitian unggulan secara optimal. 2. Membuat kebijakan pertanian yang berpihak kepada rakyat. 3. Memfokuskan  skala prioritas serta memperkuat keterkaitan dan keselarasan program antar Kementerian dan institusi lain, khususnya kementerian pertanian dan Kementerian perdagangan dengan kebutuhan pengguna. 4. Meningkatkan relevansi, kualitas, nilai tambah (added value) ilmiah dan nilai tambah ekonomi sektor pertanian. 5. Meningkatkan kerja sama penelitian dan komersialisasinya dengan lembaga penelitian dan pengembangan, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat (LSM), Akademisi dan swasta. 6. Meningkatkan akselerasi diseminasi serta mekanisme umpan balik inovasi pertanian. Lewat teknologi dan sarana penanganan pasca panen yang mampu menjaga keawetan produk.
Tentunya Konsep pertanian yang berkelanjutan tidak hanya sekedar konsep yang juga dapat diwujudkan dengan perencanaan wilayah yang berbasiskan sumberdaya alam yang ada di suatu wilayah tertentu. Konsep perencanaan mempunyai arti penting dalam pembangunan nasional karena perencanaan merupakan suatu proses persiapan secara sistematis dari rangkaian kegiatan yang akan dilakukan dalam usaha pencapaian suatu tujuan tertentu. Perencanaan pembangunan yang mencakup siapa dan bagaimana cara untuk mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kondisi dan potensi sumberdaya yang dimiliki agar pelaksanaan pembangunan tersebut dapat berjalan lebih efektif dan efesien. Diharapkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain: meningkatkan penerimaan devisa negara, penyediaan lapangan kerja, perolehan nilai tambah dan daya saing, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku industri dalam negeri serta optimalisasi pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Indonesia sebelumnya memberikan dampak pembukaan impor produk pangan secara besar-besaran. Dalam pengembangan potensi produk pertanian dan olahan untuk Integrasi produk berbasiskan pertanian ini mengacu kepada prinsip WTO yang disesuaikan dengan ASEAN Economic Community. Pada dasarnya tetap bertujuan untuk meliberalisasi sektor pertanian di tingkat ASEAN. System liberalisasi pertanian, yang pada awalnya dipromosikan oleh WTO bergantung kepada mekanisme perdagangan global dan sistem rantai pasokan pangan. Dampak implementasi terhadap AEC 2015 perlu diperhatikan serta kesiapan Indonesia di dalam sektor pangan pertanian dan olahan. Dengan menciptakan gerakan kemandirian dalam program pangan berkelanjutan harus lebih diperhatikan kembali, dengan apa yanga kan dicita-cita dalam kembali terwujud di negara kaya seperti Indonesia dalam pencapaian swasembada berkelanjutan.

No comments: