Tantangan perekonomian di era globalisasi ini masih sama
dengan era sebelumnya, yaitu bagaimana subjek dari perekonomian Indonesia,
yaitu penduduk Indonesia sejahtera. Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang
sangat besar dengan 240 juta jiwa. Sektor pertanian memberikan sumbangan
Pendapatan Domestik Bruto sebesar 14,72% dari total PDB pada tahun 2011,
meningkat menjadi 15,14% pada tahun 2013. Seiring dengan transisi (transformasi) struktural ini
sekarang kita menghadapi berbagai permasalahan. Di sektor pertanian kita
mengalami permasalahan dalam meningkatkan jumlah produksi pangan, terutama di
wilayah tradisional pertanian di Jawa dan luar Jawa. Hal ini karena semakin
terbatasnya lahan yang dapat dipakai untuk bertani.
Perkembangan penduduk yang semakin besar membuat
kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan berbagai sarana pendukung kehidupan
masyarakat juga bertambah. Perkembangan industri juga membuat pertanian
beririgasi teknis semakin berkurang. Indonesia termasuk produsen utama beras
dunia, namun Indonesia hampir setiap tahun selalu menghadapi persoalan berulang
dengan pemenuhan kebutuhan pangan. Subejo (2009a) mencatat ada beberapa
persoalan serius yang perlu dicermati dan dicarikan solusinya. Salah satu sebab
utama adalah jumlah penduduk yang sangat besar. (Sumber:
data media terkait, BPS, data diolah F. Hero K. Purba). Data statistik menunjukkan pada kisaran
230-237 juta jiwa. Makanan pokok semua penduduk adalah beras sehingga sudah
jelas kebutuhan beras menjadi luar biasa besar. Adapun strategi
Peningkatan Potensi Pertanian Indonesia ke Depan: 1.Meningkatkan
pemanfaatan sumber daya, dan memfokuskan pada kegiatan penelitian unggulan
secara optimal. 2. Membuat kebijakan
pertanian yang berpihak kepada rakyat. 3.
Memfokuskan skala prioritas serta
memperkuat keterkaitan dan keselarasan program antar Kementerian dan institusi
lain, khususnya kementerian pertanian dan Kementerian perdagangan dengan
kebutuhan pengguna. 4. Meningkatkan
relevansi, kualitas, nilai tambah (added value) ilmiah dan nilai tambah ekonomi
sektor pertanian. 5. Meningkatkan
kerja sama penelitian dan komersialisasinya dengan lembaga penelitian dan
pengembangan, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat (LSM), Akademisi dan
swasta. 6. Meningkatkan akselerasi
diseminasi serta mekanisme umpan balik inovasi pertanian. Lewat teknologi dan
sarana penanganan pasca panen yang mampu menjaga keawetan produk.
Tentunya
Konsep pertanian yang berkelanjutan tidak hanya sekedar konsep yang juga dapat
diwujudkan dengan perencanaan wilayah yang berbasiskan sumberdaya alam yang ada
di suatu wilayah tertentu. Konsep perencanaan mempunyai arti penting dalam
pembangunan nasional karena perencanaan merupakan suatu proses persiapan secara
sistematis dari rangkaian kegiatan yang akan dilakukan dalam usaha pencapaian
suatu tujuan tertentu. Perencanaan pembangunan yang mencakup siapa dan
bagaimana cara untuk mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
kondisi dan potensi sumberdaya yang dimiliki agar pelaksanaan pembangunan
tersebut dapat berjalan lebih efektif dan efesien. Diharapkan bahwa sektor
pertanian mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan
nasional. Peranan tersebut antara lain: meningkatkan penerimaan devisa negara,
penyediaan lapangan kerja, perolehan nilai tambah dan daya saing, pemenuhan
kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku industri dalam negeri serta
optimalisasi pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Indonesia
sebelumnya memberikan dampak pembukaan impor produk pangan secara
besar-besaran. Dalam pengembangan potensi produk pertanian dan olahan untuk
Integrasi produk berbasiskan pertanian ini mengacu kepada prinsip WTO yang
disesuaikan dengan ASEAN Economic Community. Pada dasarnya tetap bertujuan
untuk meliberalisasi sektor pertanian di tingkat ASEAN. System liberalisasi
pertanian, yang pada awalnya dipromosikan oleh WTO bergantung kepada mekanisme
perdagangan global dan sistem rantai pasokan pangan. Dampak implementasi
terhadap AEC 2015 perlu diperhatikan serta kesiapan Indonesia di dalam sektor
pangan pertanian dan olahan. Dengan menciptakan gerakan kemandirian dalam
program pangan berkelanjutan harus lebih diperhatikan kembali, dengan apa yanga
kan dicita-cita dalam kembali terwujud di negara kaya seperti Indonesia dalam
pencapaian swasembada berkelanjutan.
No comments:
Post a Comment