Bagaimana
solusi untuk petani apakah sulitkah memberikan jaminan pasar bagi petani? Peran
penjamin pasar ini sebenarnya menjadi kewajiban pemerintah. Terutama untuk Komoditas
pertanian yang sensitif harga (seperti beras, jagung, gula, dan kedelai,) agar
fluktuasi harganya tidak terlalu merugikan petani seperti kasus anjloknya harga
beli gabah baru-baru ini. Untuk membantu petani mencapai harga jual produk
pertanian yang kompetitif, pemerintah bisa memberikan subsidi sektor pertanian
yang benar pro petani. Jika dibandingkan,
subsidi yang diberikan pemerintah untuk sektor pertanian (Rp 33,5 trilyun, tahun
2009) jauh lebih kecil dari subsidi BBM (Rp 100,6 trilyun, tahun 2009). Apabila
kita lihat dari penelitian dan kajian faktor-faktor yang mempengaruhi
keterpurukan petani. Salah satu diantaranya adalah kesulitan pembiayaan
usahatani dan kebutuhan dana cash untuk keperluan hidup selama masa
menunggu penjualan hasil panen, menyebabkan banyak petani terjebak sistem ijon
dan atau hutang kepada para tengkulak yang mematok harga pertanian dengan harga
rendah, dimana para petani sudah tidak memiliki bargaining position lagi.
Hal
yang menjadi focus perhatian bila kita perhatikan pemberian subsidi atau
bantuan uang bisa menimbulkan mental ketergantungan di pihak petani. Petani menjadi
“terbiasa diberi” bantuan biaya untuk usaha taninya. Padahal sifat subsidi dan
bantuan adalah jangka pendek. Bagaimana jika dana subsidi habis dari yang
dibantu? Bisakah petani menjadi mandiri kembali? Uluran tangan dalam bentuk pembiayaan
sejatinya tidak menyelesaikan masalah karena petani masih akan bergulat dengan
ketidakpastian dalam mengelola usaha taninya di masa mendatang.
Dalam hal ini yang terpenting dengan
kaidah efisiensi, produktivitas dan nilai tambah/ added value. Sama dengan
bisnis lainnya, pertanian adalah kegiatan pengelolaan sumberdaya untuk
memperoleh nilai tambah. Keberhasilan optimal akan diperoleh jika pengelolaan
dilakukan dengan efisien, produktivitas yang tinggi dan nilai tambah yang
tinggi pula. Menuntut kemampuan leadership dan manajerial. Pertanian dalam
skala yang paling kecil sekalipun tidak dapat dikerjakan sendiri, tetapi harus
dikerjakan oleh lebih dari satu orang, sehingga mebutuhkan kemampuan leadership
dan managerial si petaninya. Pada skala yang lebih besar kemampuan tersebut
akan lebih menonjol dan menjadi salah satu faktor kunci keberhasilan. Jasa
petani ini tampaknya belum memperoleh apresiasi yang cukup karena banyak petani
Indonesia yang masih harus bergelut meningkatkan kesejahteraannya untuk hidup
layak. Dengan harapan besar dipikulkan di pundak pemerintah agar menciptakan
kebijakan-kebijakan yang pro-petani. Pertanian merupakan kegiatan usaha/bisnis
yang sama saja dengan usaha lainnya, menuntut kaidah-kaidah bisnis seperti
kepioneeran, efisiensi, dinamis, nilai tambah, keuniq-an produk. Apabila kaidah
tersebut dijalankan maka pertanian dapat mensejahterakan petaninya sebagaimana
telah ditunjukkan sebagian kecil petani maju. (Sources: Berbagai sumber
terkait, data diolah F. Hero K. Purba)
No comments:
Post a Comment