Komoditas Kopi AFB (Arabika from Bajawa) makin diminati
oleh para konsumen di beberapa negara di Amerika dan Eropa. Kopi arabika ini
berasal dari Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Kabupaten Ngada dan
Kabupaten Manggarai serta Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur yang terdapat di
Kepulauan Flores merupakan salah satu daerah penghasil kopi yang dikunjungi
dimana Komoditi unggulan yaitu Kopi Bajawa Flores dan Manggarai merupakan Kopi
Specialty Indonesia serta pelaku usaha kopi yang ingin bermitra dengan pelaku
usaha agribisnis kopi Indonesia khususnya dalam menjalin pengembangan pangsa
ekspor Indonesia ke wilayah Asia, Eropa dan Amerika. Didaerah ini Unit Usaha
Kopi Pengolahan Hasil (UPH) di Bajawa, Kab. Ngada telah menunjukkan hasil
yang signifikan dari binaan UPH oleh Dinas Pertanian, Perkebunan dan
Peternakan, Kabupaten Ngada. Pada tanggal 13 Juli 2009 yang lalu Direktur
Coffee Amerika Serikat, Nicholous Fullmer dengan eksportir asal Indonesia PT. Indokom Citra Persada, Asnawi melakukan kemitraan dalam
pengembangan pangsa pasar ekspor Kopi Bajawa Flores ke Amerika. Kopi merupakan
salah satu komoditi unggulan hasil perkebunan Indonesia memiliki cita rasa yang
khas yang tidak dimiliki oleh negara lain, meskipun volume ekspor kopi
Indonesia berada di urutan ke-4 setelah Brazil, Vietnam, dan Colombia, masih
banyak peluang untuk meningkatkannya, karena tidak ada negara yang memiliki
varian produk unggulan sebanyak negeri ini.
Sejarah perkopian berawal pada
tahun 1696, ketika untuk kali pertama kopi berjenis Arabika. Salah satu
propinsi di Indonesia yakni, Propinsi Nusa Tenggara Timur, Khususnya Kabupaten
Ngada dan Kab. Manggarai dan Manggarai Timur memiliki potensi
wilayah yang besar dalam pengembangan agribisnis dan ketahanan pangan terutama
untuk komoditi tanaman perkebunan. Kabupaten Ngada dan Kab. Manggarai serta
Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur yang terdapat di Kepulauan Flores
merupakan salah satu daerah yang dikunjungi pada kesempatan ini dimana Komoditi
unggulan seperti Kopi Bajawa Flores dan Manggarai merupakan Kopi Specialty
Indonesia serta pelaku usaha kopi yang ingin bermitra dengan pelaku usaha agribisnis
kopi Indonesia khususnya dalam menjalin pengembangan pangsa ekspor Indonesia ke
wilayah Asia, Eropa dan Amerika.
Unit Usaha Kopi pengolahan Hasil (UPH) di Bajawa,
Kab. Ngada telah menunjukkan hasil yang signifikan dari binaan UPH oleh Dinas
Pertanian, Perkebunan dan Peternakan, Kabupaten Ngada. Pada tanggal 13 Juli
2009 yang lalu Direktur Coffee Amerika Serikat, Nicholous Fullmer dengan
eksportir asal Indonesia PT. Indokom
Citra Persada, Asnawi melakukan kemitraan dalam pengembangan pangsa pasar ekspor
kopi Bajawa Flores ke Amerika. Dengan adanya pembentukan suatu Masyarakat
Perlindungan Indikasi Geografis untuk memproteksi dan mempromosikan suatu hak
paten dari wilayah tertentu. Pata tanggal 26 Mei 2009 yang lalu telah dirancang
dalam pembentukan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) oleh Dinas
Pertanian, Perkebunan dan Peternakan, Kabupaten Ngada dari 12 UPH Kopi Arabica.
Adapun beberapa UPH aktif yang merupaka unggulan untuk pengembangan Kopi
Arabica Bajawa Flores: UPH Wongo Wali, UPH Lobo Wutu di Wawohae, UPH Famasa di
Beiwali, UPH Papataki di Langa, UPH Sukamaju di Ubedomulo. Untuk areal Kopi
Arabica di Bajawa dengan luas kurang lebih 6000 Ha. Tahun 2009 yang lalu
sebanyak 50 Ton Arabica Bajawa Flores di kirim ke Amerika. Dan 12 Unit UPH ini memproduksi 150 ton/ tahun. Arabica
Bajawa Higland original dari Flores pada tahun 2009 dengan harga ekspor kopi
yakni Rp. 26.800,/kg. Tahun 2011 harga gelondong merah (buah kopi masak dipetik
dari pohon) yang dijual petani ke UPH sekitar Rp 6.000 per kg, dan kopi biji
kering yang dijual ke eksportir Rp 51.000 per kg.
Kopi
Bajawa yang produksinya secara keseluruhan dibuat secara tradisional dan
sederhana, mulai dari pengeringan, penggilingan, hingga cara memasukkan ke
dalam kemasan. Selain itu Kabupaten Manggarai
Propivinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki Unit Pengolahan Hasil (UPH) salah
satunya Pocoranaka merupakan UPH percontohan demikian juga UPH Wela Waso,
Kelurahan Waso, Kec. Langke Lembong dan UPH Kopi Lo’o poco, desa Cumbi, Kec.
Ruteng, Kabupaten Manggarai, dengan luas Hektaran kurang lebih 12.000 Ha. Untuk
daerah Kabupaten Manggarai produksi per tahun 486 Ton dari UPH Lleda, P.
Ranaka, Borong, K.Komba, Elar, S. Rampas. Indikasi Geografis (IG) untuk Kopi
Bajawa akan membantu Kelompok Tani, Pelaku Usaha adalah nama suatu daerah atau
kekhasan lokal tertentu, dan mencirikan suatu produk yang dihasilkan dari
daerah tersebut atau kekhasan lokal tertentu.
IG dapat memberikan nilai tambah dan memberikan perlindungan terhadap
hal-hal yang telah diadopsi oleh para produsen dalam hal persyaratan yang
diperlukan dan pendekatan yang telah ditentukan. Mereka dapat memberikan
informasi yang lebih rinci kepada para konsumen mengenai hal ihwal asal dan
mutu produk (tempat, proses, pelaksanaan verifikasi, dll). Untuk pasar global
sekarang ini peran Perlindungan Indikasi Geografis dirasa begitu penting,
dimana masyarakat produser lokal membutuhkan perlindungan hukum terhadap nama
asal produk agar tidak dipergunakan oleh pihak lain untuk melakukan persaingan
curang, selain itu Indikasi Geografis memegang peranan penting dalam memberikan
daya tarik kepada para konsumen nasional maupun Internasional. Mereka menjamin
bahwa produk dapat dirunut asal muasalnya (traceability).
Kegiatan pengembangan industri kopi dengan latar indikasi geografis sangat
bermanfaat bagi kelompok tani di Kabupaten Ngada dan Kabupaten Manggarai untuk
mempatenkan produk suatu daerah yang nantinya juga sangat bermanfaat dalam
suatu brand image suatu daerah. Petani masih membutuhkan bantuan untuk mesin
pengolahan kopi dan bantuan penguatan modal. Petani juga perlu informasi untuk
harga pasaran kopi domestik dan luar negeri tentunya untuk menjaga kestabilan
harga dipasaran serta juga untuk lebih meningkatkan mutu kopi olahan yang
dihasilkan. Diharapkan potensi pengembangan kopi daerah ini dapat dikembangkan
dengan kerjasama diberbagai pihak didalam pengembangannya. Diharapkan dan dianjurkan
kerjasama instasi setempat terus membina petani / kelompok tani dan
memanfaatkan semaksimal mungkin demi kesejahteraan petani kopi. (Sumber: sumber
terkait data Disbun NTT hasil survey lapangan, data diolah FHero Purba)
No comments:
Post a Comment