Thursday, October 21, 2010

Strategi Bank Pertanian dalam Mewujudkan Keberhasilan apabila di Terapkan di Indonesia Membangun Petani Sejahtera

Kita mengetahui bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan hasil pertanian dan pertambangan. Komoditi pertanian merupakan suatu komoditi yang perishable/ mudah terkena kerusakan dan sangat potensial bagi kehidupan karena untuk kebutuhan sehari-hari. Jika kita bandingkan dengan jumlah penduduk dan pelaku pertanian yang jumlahnya lebih dari 50% dari total penduduk negeri ini. Indonesia yang memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia (SDM) yang besar di bidang pertanian, harus memanfaatkan peluang potensi tersebut jika ingin menjadi bangsa yang kuat.Dasar dari Penemu konsep dasar Bank Pertanian asal Bangladesh, Muhammad Yunus, memberikan konsep yang berarti bagi banyak orang terutama masyarakat yang membutuhkannya. Terutama konsep Bank Pertanian yang mendasarinya untuk membantu rakyat kecil. Di indonesia belum ada bank yang 100% mengurusi masalah pertanian.Strategis sebagai mitra global, Grameen Foundation dan Grameen Bank sekering misi bersama mereka, hubungan yang berkelanjutan, dan kesamaan visi dengan berbagi pengetahuan dan keberhasilan model untuk mempercepat dampak industri keuangan mikro di termiskin di dunia. Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Muhammad Yunus, pendiri dan direktur Grameen Bank, adalah pendiri dan anggota dewan saat ini Grameen Foundation.

Yang mendasar beberapa pertimbangan utama dalam konsep Bank Pertanian menurut sumber data okezone.com; Pertama, sukar ditepis. Sektor pertanian sangat bergantung pada musim. Masih lekat dalam ingatan kita, Indonesia dengan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) pernah merencanakan untuk menjadi negara industri dari negara agraris. Rencana itu dirancang antara lain karena sektor pertanian bergantung penuh pada musim.Maka logis ketika bank nasional menganggap sektor pertanian sebagai berpotensi risiko tinggi.Faktor inilah yang membuatbanknasionalkurangberani terjun untuk membiayai sektor ini. Yang Kedua, tata niaga beberapa komoditi nasional juga nihil.Memang sudah ada tata niaga misalnya untuk minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO), karet, dan kopi. Banyak yang belum tertata. Dengan bahasa sederhana, belum terdapat aturan mengenai sistem pembudidayaan, pemasaran, dan perdagangan.

Adanya dualisme struktural pembiayaan agribisnis modern (skala besar) versus pertanian rakyat skala kecil. Perhatian perbankan terfokus pada agribisnis modern dan perkebunan besar. Mereka berhitung, ketika berhubungan dengan petani kecil dalam skala massal membutuhkan biaya transaksi yang cukup besar, mulai dari biaya inisiasi/informasi, biaya organisasi (koordinasi) dan biaya penegakan suatu aturan. pragmatisme mikro bisnis perbankan dan skeptisme makro kebijakan. Karena informasi yang tidak mengalir secara baik, perbankan jarang mau bersungguh-sungguh membina dan menolong nasabah petani kecil agar sektor pertanian menjadi lebih atraktif dan bankable. Keputusan bisnis perbankan adalah ketentuan bank umum yang harus mengikuti prinsip-prinsip prudential banking dan Arsitektur Perbankan Indonesia. Dari sisi kelembagaan bank pertanian perlu didukung kebijakan pemerintah sehingga kehadirannya juga mewakili komitmen pemerintah terhadap pembangunan pertanian, bahkan langkah ini perlu didukung parlemen dengan memasukkannya ke UU misalnya. Sampai saat ini definisi bank pertanian secara formal belum ada. Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bank dibedakan menjadi bank umum dan bank perkreditan rakyat (BPR). Sementara itu, bank pertanian tidak termasuk dalam jenis bank tersendiri. Namun, jenis bank berdasarkan fungsinya dapat digunakan untuk menjelaskan kehadiran bank pertanian di Indonesia. Dengan konsep dasar dari Bank Kaum Miskin (Bank for the Poor) – Muhamad Yunus. M. Yunus ini adalah pemenang nobel perdamaian 2006, seorang dekan ekonomi di universitas negeri Bangladesh dengan Grameen Bank (bank pedesaan). Inti dari banknya adalah meminjamkan uang kepada orang miskin tanpa jaminan sekaligus menjadikan orang miskin itu menjadi pemilik saham banknya. Sebenarnya pemerintah Indonesia telah banyak memberikan modal bantuan kepada petani dan Gapoktan dalam bantuannya serta Bimas, Program Pengembangan Agribisnis dan sebagainya. Tinggal menungggu waktu yang tepat dalam mempersiapkan waktu dan konsep yang terpadu dalam program juga dukungan dari berbagai pihak yang memberi masukan berarti demi kemajuan Indonesia. Dalam hal ini Bank Pertanian perlu direalisasikan dengan berbagai pertimbangan demi kemakmuran petani terutama rakyat kecil yang membutuhkannya. (Sumber: Berbagai sumber terkait, media, Harian Pikiran Rakyat, 21102010, data diolah oleh Frans Hero K.Purba).


The concept of Agricultural Bank's strategy in Achieve Success When the Apply in Indonesia Build Prosperous Farmer

We learn that Indonesia is a country rich in agriculture and mining. Agricultural commodity is a perishable commodity / easy tekena damage. If we compare with the population and agricultural actors of more than 50% of the total population of this country. Indonesia, which has the potential of natural resources and human resources (HR) who grew up in the field of agriculture, should take advantage of this potential opportunity if you want to become a nation of Inventors kuat.Dasar basic concepts of Agriculture from Bangladesh Bank, Muhammad Yunus, provides a meaningful concept for many people, especially people who need them. Especially the concept underlying Agricultural Bank to help small people. In Indonesia there has been no bank is 100% take care of the problem pertanian.Strategis as global partners, Grameen Foundation and Grameen Bank fuse their joint mission, an ongoing relationship, and a common vision by sharing knowledge and success models to accelerate the impact of the microfinance industry in the world's poorest . Nobel Peace Prize winner Muhammad Yunus, founder and director of Grameen Bank, is the founder and current board member of Grameen Foundation.

The fundamental key considerations in the concept of the Bank of Agriculture according to the data source okezone.com; First, it is difficult ignored. The agricultural sector is very dependent on the season. Still attached in our memories, Indonesia with Five-Year Development Plan (Five-Year Plan) never planned to become industrial country from an agrarian country. The plan was designed partly because the agricultural sector depends fully on musim.Maka logical when national banks consider agriculture as a potential risk is that membuatbanknasionalkurangberani tinggi.Faktor plunge to finance this sector. Second, trade some national commodity nihil.Memang existing trade system such as palm oil or crude palm oil (CPO), rubber, and coffee. Many have not been arranged. With simple language, yet there are rules regarding cultivation systems, marketing, and trade.
The dualism of modern agribusiness financing structural (large scale) versus small-scale agriculture. Attention focused on agribusiness banking modern and large estates. They count, when dealing with small farmers in a mass scale requires a fairly large transaction costs, ranging from the cost of initiation / information, organizational costs (coordination) and the cost of enforcement of a rule. micro-banking business pragmatism and skepticism of macroeconomic policy. Because the information does not flow well, banks rarely want to truly help customers build and small farmers for the agricultural sector becomes more attractive and bankable. Decision of the banking business is the provision of commercial banks should follow the principles of prudential banking and Indonesian Banking Architecture. From the institutional side of the agricultural bank must be supported by government policy so that its presence also represents the government's commitment to agricultural development, even this step needs to be supported by entering into the Act of parliament for example. Until now the definition of agricultural bank has not formally exist. Under the Act. 10 of 1998 on amendment of Law no. 7 / 1992 on Banking, banks can be divided into commercial banks and rural banks (BPR). Meanwhile, agricultural banks are not included in a separate bank types. However, the type of banks based on their function can be used to explain the presence of agricultural banks in Indonesia. With the basic concept of the Bank of the Poor (Bank for the Poor) - Muhammad Yunus. M. Yunus is the winner of nobel peace 2006, a dean of economics at the universities in Bangladesh by Grameen Bank (rural bank). The core of the bank is lending money to poor people without collateral as well as making the poor person becomes the owner of his bank shares. Actually, the Indonesian government has provided capital assistance to farmers and Gapoktan in aid and Guidance, Agribusiness Development Program, and so forth. Stay menungggu the right time in preparing time and the concept that is integrated into the program as well as support from various parties who provide input means for the progress of Indonesia. In this case the Bank of Agriculture needs to be realized by various considerations for the sake of prosperity of farmers, especially poor people who need them.

Simak

Baca secara fonetik

No comments: