Wednesday, October 17, 2012

Potensi Jahe dalam Peluang usaha Agribisnis dan Prospek Pemanfaatannya



Jahe merupakan salah satu komoditas biofarmaka yang sangat potensial yang merupakan salah satu komoditas yang potensial. Indonesia pernah menguasai pangsa pasar jahe dunia dengan nilai ekspor terbesar pada tahun 1990 sampai 1993 namun sejak tahun 1994 sampai tahun 2007 posisi ini digantikan Cina. Lima negara pengekspor jahe terbesar pada tahun 2007 adalah Cina dengan nilai ekspor US$ 153.298.869, Belanda US$ 16.178.743, Thailand dengan nilai ekspor sebesar US$ 14.890.545, India di urutan keempat dengan nilai US$ 8.951.147, dan Brazil sebesar US$ 6.436.831 sedangkan pada tahun 2009, Indonesia hanya menempati posisi ke-14 dengan nilai ekspor sebesar US$ 1.635.026. Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan Jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obat-obatan tradisional. Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), se-famili dengan temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga) dan lain-lain. (Sources data media terkait, data Kemebtan, data diolah F. Hero K. Purba)
Untuk Industri pengolahan komoditas jahe adalah industri obat tradisional industri makanan dan minuman juga industri kosmetika. Kondisi masyarakat yang back to nature membuat industri obat tradisional menjadi besar dan kebutuhan akan jahe ikut meningkat karena jahe merupakan salah satu bahan penting dari industri ini. Seiring perkembangan, industri makanan dan minuman yang berbahan dasar jahe juga digemari oleh masyarakat sehingga kedua industri ini menjadi industri yang sangat kuat mendukung perkembangan dalam komoditas jahe.
Jahe pada umumnya ditanam pada daerah tropik dan sub tropik yang mendapat curah hujan yang agak merata sepanjang tahun dan curah hujan yang cocok berkisar antara 1.500 – 4.000 mm / tahun.   Selain itu tanaman jahe paling cocok ditanam pada daerah yang beriklim sejuk dengan ketinggian tempat antara 500 – 1.000 m dari permukaan laut.   Walaupun demikian jahe gajah masih dapat ditanam pada lahan yang curah hujannya kurang dari 2.500 mm, dataran rendah dan lahan gambut dengan penambahan unsur hara dan pengaturan drainase.
Untuk nilai ekspor dan volume, jahe adalah salah satu rempah-rempah perdagangan utama di dunia. Negara-negara pengekspor utama jahe adalah Cina, Belanda, Thailand, India dan Nepal. Pertumbuhan tahunan nilai antara tahun 2005 sampai 2010 adalah 9%. Nilai ekspor tertinggi pada tahun 2008 (ITC, 2010). Tabel 6 memberikan indikator perdagangan dari top 10 negara pengekspor pada tahun 2010. Menurut data, jumlah total ekspor jahe pada tahun 2010 adalah 491.408 MT dengan nilai USD 406 juta. Cina memiliki dominasi yang besar untuk ekspor jahe. China tetap berada di posisi teratas dalam jumlah ekspor dan menangkap pangsa 69,3% di ekspor dunia. Beberapa negara utama pengimpor jahe Cina adalah Jepang, Pakistan, Amerika Serikat, Bangladesh, negara-negara Arab, Inggris, Belanda, Kanada, Republik Korea dan Vietnam. Nilai unit tertinggi (USD / MT) ditawarkan kepada jahe Cina adalah USD 5000 oleh Suriname yang diimpor hanya 3 MT sedangkan nilai unit terendah yang ditawarkan adalah USD 305 oleh Vietnam. Nilai unit rata-rata dihitung untuk ekspor Cina sebesar USD 828. Nepal juga mengimpor 6110 MT jahe yang dihargai Rupee 3.578.000 dari China dengan nilai satuan rata-rata USD 586.

No comments: