Thursday, October 18, 2012

Potensi Perkembangan Agribisnis Manggis dalam Prospek Peluang Akses Pasar Lokal dan Internasional



Untuk harga ekspor manggis di pasar dunia bisa mencapai 8 hingga 10 dollar AS perkilogram. Namun di tingkat petani harganya hanya Rp 500,- perkilogram. Penjualan manggis selama ini berdasarkan sortasi, untuk mendapat ukuran yang seragam. Namun dari hasil panen yang ada hanya sekitar 5 hingga 10 persen yang memenuhi syarat untuk diekpor. Kinerja ekspor manggis pada dua buulan pertama tahun ini mendekati realisasi ekspor sepanjang 2009 lalu yang volumenya 9.987 ton dengan nilai US$ 6.451.923. Manggis yang diekspor umumnya berasal dari daerah penghasil utama di Sentra Produksi manggis, seperti: Tasikmalaya, Purwakarta, Bogor, Sukabumi, Lampung, Kampar, Purwerejo, Blitung, Lahat, Tapanuli Selatan, Limapuluh Kota, Padang Pariaman, Trenggalek, Blitar, dan Banyuwangi.
Manggis yang memiliki banyak khasiat, dimana penelitian badan-badan pengobatan dunia menunjukan bahwa buah manggis secara langsung menyembuhkan berbagai penyakit. Penelitian terbaru menemukan bahwa satu dari 4 rakyat Amerika Serikat mengidap kanker, dan 1 dari 5 orang akan meninggal pada usia dini. Solusi terbaik dari masalah ini adalah pencegahan. Kami merawat banyak pengidap kanker di tempat kami. Kami mendetoksifikasi logam berat dengan buah manggis. Kulitnya mengandung xanthone penyembuh kanker payudara, kanker paru-paru, kanker perut, leukimia, dll. Apabila dilihat dari tingkat konsumen di Jakarta, untuk harga manggis masih berkisar di bawah Rp 10.000,- per kilogram, tergantung kualitas dan lokasi penjualannya. Meskipun sudah sejak 20 tahun terakhir manggis naik daun, namun sampai sekarang di Indonesia belum ada kebun manggis monokultur yang dikelola secara profesional. Sehingga ekspor manggis Indonesia, masih mengandalkan hasil panen dari kebun rakyat. Adapun kendala agribisnis manggis adalah umur panen tanaman yang bisa mencapai 6 tahun, sehingga pengembalian modal tidak dapat berlangsung cepat. Karena itu diperlukan para pemodal kuat yang tetap dapat bertahan sampai modal agribisnis manggisnya kembali setelah menunggu 11 tahun sejak tanam. Untuk ekspor manggis Indonesia termasuk sebagai salah satu produsen terbesar di dunia setelah Thailand. Solusi beberapa data bahwa dalam pengelolaan kebun manggis harus dalam satu manajemen usaha tani yang memenuhi SOP (standard operational procedure) dalam mengelola pertanaman manggis pada areal yang sama. Dalam hal ini sangat penting untuk mengatasi tukar menukar informasi antar kelompok pekebun manggis dalam memajukan usaha tani manggis yang berkesinambungan, sehingga supply chain manggis dan akses pasarnya dapat secara kontinur berkesinambungan untuk usaha agribisnis manggis ini. (Berbagai sumber terkait, media, data Kementan, data diolah F. Hero K. Purba)

No comments: