Thursday, October 25, 2012

Potensi Kelapa sebagai Pohon Kehidupan dalam Pengolahan Agribisnis Kelapa


Prospek komoditi Kelapa Indonesia menjadi agribisnis baik skala besar maupun kecil  mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida, dll); proses produksi, pengolahan produk kelapa (turunan dari daging, tempurung, sabut, kayu, lidi, dan nira), dan aktivitas penunjangnya (keuangan, irigasi, transportasi, perdagangan, dan sebagainya). Serta daya saing produk kelapa pada saat ini terletak pada industri hilirnya, tidak lagi pada produk primer, di mana nilai tambah dalam negeri yang dapat tercipta pada produk hilir dapat berlipat ganda daripada produk primernya. Adapun jenis dari olahan minyak Kelapa sebagai berikut: 1. Minyak RBD, Minyak ini berasal dari kopra. Kopra biasanya tercemar oleh debu, kotoran, jamur, kuman dan lain sebagainya. Maka untuk membuatnya jadi minyak berkualitas, kopra diproses dengan 3 tahap yaitu Refining/Netralisasi, Bleaching (pemucatan) dan Deodorisasi (mengurangi warna yang tidak sedap). Minyak ini banyak beredar di pasar-pasar dan supermarket. 2. Minyak Kelapa Tradisional / Kampung.Minyak Tradisioanal/kampung adalah yang paling umum ditemui di masyarakat. Aroma baunya harum, sementara blondo (sisa minyak) digunakan sebagai bumbu masak. Minyak ini diproses dengan cara perasan santan dipanaskan dengan api sedang sampai keluar minyaknya dan terpisah dengan blondonya (ampas). Kelemahan minyak ini adalah tidak tahan lama atau cepat tengik. 3. Minyak Kelapa Murni, Minyak ini diperoleh dari santan dengan tanpa pemanasan, minyak ini terkenal dengan VCO (Virgin Coconut Oil). Khasiat dari minyak ini adalah mampu sebagai obat. Penggunaanya sangat kecil dibandingkan untuk konsumsi. Aroma minyak ini sangat kuat jika digunakan untuk langsung menggoreng dan asapnya sangat banyak, sehingga kadang sangat menggangu udara. Karakteristik minyak ini kurang disukai oleh Ibu-ibu untuk menggoreng atas dasar alasan diatas.  4. Minyak Goreng Kelapa Murni. Kelemahan yang ada pada minyak VCO untuk menggoreng, kami yang ada di Kawasan Industri minyak Kelapa Galur Kulonprogo telah menyempurnakan VCO layak menjadi minyak goreng kelapa premium. Artinya minyak ini mampu  bersaing dengan minyak RBD dalam hal kualitas ketahanan minyak, yaitu dapat tahan 2-3 tahun, lebih unggul dari minyak tradisioanal dan lebih sempurna dari minyak VCO jika digunakan untuk minyak goreng.  Istilah yang kami kembangkan untuk jenis minyak ini adalah Refined VCO. (Berbagai sumber terkait media, litbang kementan, data diolah F. Hero K. Purba)
Peranan ekonomi untuk  komoditas kelapa belum secara optimal dimanfaatkan bila dilihat dari segi pendapatan petani, pemenuhan kebutuhan bahan baku industri, dan sumber devisa. Hal ini disebabkan oleh rendahnya produktivitas usahatani dan sangat bervariasinya jumlah pohon kelapa yang ada dalam satu hektar dan rendahnya harga yang diterima oleh petani. Apabila dilihat dari dari segi umur  produktif tanaman kelapa berada pada usia tanaman 15 – 50 tahun. Lokasi  penanaman sangat menentukan produksi/buah kelapa yang dihasilkan dalam 1 pohon. Pada lokasi dataran/pesisir dapat menghasilkan buah antara 35 – 50 biji  per musim panen. Sedangkan pada daerah perbukitan dan daerah – daerah dengan tingkat kesuburan tanah yang rendah seperti di beberapa wilayah kepulauan hanya menghasilkan 15 – 35 biji kelapa per musim. Musim panen  dilakukan setiap 3 bulan dengan produksi rara-rata 30 biji per  pohon. Sehingga dalam 1 hektar dapat menghasilkan biji kelapa sebanyak 4.140 per panen. Potensi  komoditi kelapa yang tinggi di sentra kelapa maka para pelaku usaha ini tetap  berminat dan  termotivasi menggeluti usaha kelapa yang diolah menjadi kopra atau produk turunan lainnya. Para petani/pelaku usaha lainnya sangat berminat jika  ada pembeli dari luar yang ingin menampung produksi kelapa dengan berbagai produk olahan tersebut. 

No comments: