Monday, April 22, 2013

Potensi Pemanfaatan Agribisnis Pengolahan Labu Kuning Sebagai Peluang Usaha



Beraneka ragam bahan pangan lokal Indonesia yang mempunyai potensi gizi dan komponen bioaktif yang baik, namun belum termanfaatkan secara optimum. Salah satu penyebabnya adalah keterbatasan pengetahuan masyarakat akan manfaat komoditas pangan tersebut. Labu kuning adalah salah satu komoditas pertanian yang banyak mengandung β - karoten atau provitamin A yang sangat bermanfaat bagi kesehatan.  Labu merupakan buah yang dihasilkan oleh sejumlah anggota suku labu-labuan (Cucurbitaceae), terutama yang berukuran cukup besar dan berbentuk bulat atau memanjang.  Buah labu kuning dapat digunakan sebagai sayur, sup, atau desert. Masyarakat umumnya memanfaatkan labu yang masih muda sebagai sayuran (lodeh, asem-asem, brongkos). Olahan tradisional yang paling dikenal dari labu kuning ialah kolak. Disamping itu, labu kuning juga mengandung zat gizi seperti protein, karbohidrat, beberapa mineral seperti kalsium, fosfor, besi serta beberapa vitamin B dan C. Kandungan gizinya yang cukup lengkap dan harganya yang relatif murah, maka labu kuning ini merupakan sumber gizi yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai alternatif pangan masyarakat. (Sources: data media, Wikipedia, data diolah F. Hero K. Purba)
Labu kuning merupakan tumbuhan yang kaya betakaroten dapat menjadi bahan biofortifikasi pada produk pangan olahan. Fortifikasi dapat dilakukan dengan menggunakanlabu kuning segar yang ditambahkan pada pembuatan roti, es krim danproduk pangan lain yang disukai anak-anak.Fortifikasi juga dapat dilakukandengan terlebih dahulu mengolah labu kuning menjadi tepung yang selanjutnyadiaplikasikan pada pengolahan pangan. Tepung labu kuning yang dihasilkanmengandung karbohidrat 78,77%; protein3,74%; lemak 1,34%; serat kasar 2,90%;betakaroten 7,29 mg/100 g. Dengankandungan gizi yang dimilikinya, terutamabetakaroten (provitamin A) nya yangtinggi, tepung labu kuning baik digunakanuntuk bahan fortifikasi pangan terutamamakanan anak-anak sehingga dapatmeningkatkan nilai gizinya.
Labu kuning tergolong dalam bahan pangan minor, karena pemanfaatannya sebagai bahan pangan masih sangat minim. Tingkat konsumsi labu kuning di Indonesia masih sangat rendah kurang dari 5 Kg per kapita per tahun. Pemanfaatan labu kuning selama ini terbatas dalam ruang lingkup olahan tradisional, misalnya sebagai sayuran (lodeh, asem-asem, brongkos), bahan dasar kolak dan aneka kue (dawet, lepet, jenang, dodol). Bagi masyarakat Manado labu kuning digunakan dalam pembuatan Bubur Manado dan di Sulawesi Selatan, labu kuning digunakan dalam sayur bayam.Pemanfataan labu kuning labu kuning merupakan bahan pangan yang mengandung kalori, karbohidrat, protein, lemak, mineral (kalsium, pospor, besi, natrium, kalium, tembaga dan seng), ß-karoten, tiamin, niacin, serat, dan vitamin C. Kandungan gizi yang sering diunggulkan dari labu kuning adalah kandungan ß-karoten yang merupakan pro vitamin A (sumber vitamin A), di dalam tubuh akan dirubah menjadi vitamin A yang berfungsi melindungi mata (dari serangan katarak) dan kulit, kekebalan tubuh dan reproduksi. Karena itu labu kuning dikenal sebagai “raja betakarotan”. Daging buahnya juga mengandung antioksidan yang bermanfaat sebagai anti kanker. Labu kuning juga dapat digunakan untuk pengobatan radang, jantung, diabetes, disentri, ginjal, demam dan diare.Untuk harga jualnya akan meningkat, misalnya aneka cemilan dari labu kuning seperti keripik dan stick dapat mencapai harga Rp 15.000-Rp 30.000 jauh lebih tinggi dari harga buah labu kuning tanpa pengolahan. Hal ini meningkatkan nilai ekonomis dari labu kuning serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama bagi para produsen pengolahan labu kuning. Diharapkan potensi usaha labu kuning ini dapat digiatkan dengan menggali potensi olahan yang ada sebagai agroindustri berbasis produk olahan bahan lokal.

1 comment:

wapul said...

sip, setuju saya pa