Monday, April 15, 2013

Tantangan Agribisnis Biofarmaka Indonesia dalam Era Pemasaran Global



Tanaman obat atau biofarmaka didefinisikan sebagai jenis tanaman yang sebagian, seluruh tanaman dan atau eksudat tanaman tersebut digunakan sebagai obat, bahan atau ramuan obat-obatan.Peluang prospek bisnis tanaman berbasis biofarmaka masih memiliki peluang yang cerah untuk memenuhi potensi pasar. Sebagai dasar bahan konsumsi obat-obatan untuk pasokan pabrik obat/medicinal factory tentunya memerlukan jumlah untuk bahan baku yang cukup sesuai dengan mutu dan standardisasinya. Dari jumlah tersebut, 180 spesies telah dimanfaatkan oleh industri jamu tradisional. Kenyataan tersebut menunjukkan potensi Indonesia yang sangat besar sebagai pasar obat herbal dan fitofarmaka. (Berbagai sumber media terkait, data diolah F. Hero K. Purba). Indonesia adalah  negara kedua terkaya di dunia dalam hal keanekaragaman hayati. Untuk tanaman biofarmaka terdapat sekitar 30.000 jenis (spesies) yang telah diidentifikasi dan 950 spesies diantaranya diketahui memiliki fungsi biofarmaka, yaitu tumbuhan, hewan, maupun mikroba yang memiliki potensi sebagai obat, makanan kesehatan, nutraceuticals, baik untuk manusia, hewan maupun tanaman termasuk tanaman obat. Dengan kekayaan tersebut Indonesia berpeluang besar untuk menjadi salah satu negara terbesar dalam industri obat tradisional dan kosmetika alami berbahan baku tumbuh-tumbuhan yang peluang pasarnya pun cukup besar. Salah satu alternatif pengembangan biofarmaka, fitofarmaka atau lebih dikenal dengan tanaman obat, sangat berpotensi dalam pengembangan industri obat tradisional dan kosmetika Indonesia. Selama ini, industri tersebut berkembang dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan yang diperoleh dari hutan alam dan sangat sedikit yang telah dibudidayakan petani. Teknik budidaya dan pengolahan bahan baku belum menerapkan persyaratan bahan baku yang diinginkan industri , yaitu bebas bahan kimia dan tidak terkontaminasi jamur ataupun kotoran lainnya. Dalam teknologi pasca panen, terutama diversifikasi produk, yang sangat penting pada saat harga produk segar tanaman obat atau simplisia rendah diwaktu terlalu banyak pasokan, masih sangat terbatas. Potensi besar dalam produksi biofarmaka khususnya rimpang-rimpangan, namun masih banyak hambatan dalam pengembangan biofarmaka. Kuantitas dan kualitas produk olahan biofarmaka sangat dipengaruhi oleh peralatan yang digunakan. Alat mesin pengolahan biofarmaka telah banyak dijual di pasaran namun demikian penggunaannya masih sangat terbatas.Budidaya tanaman obat / biofarmaka yang disesuaikan dengan keadaan tanah dan iklim akan menghasilkan kandungan zat berkhasiat secara maksimal. Peningkatan dan pengembangan hasil olahan biofarmaka perlunya keseriusan dalam pengolahan hasil yang berkelanjutan dengan melihat seberapa besar potensi tersebut dari segi kuantitas, kapasitas dan kualitas dalam rantai pasok bahan biofarmaka/ tanaman obat di pasar domestik maupun pasar ekspor.

No comments: