Tuesday, July 16, 2013

Potensi Pala sebagai komoditas Rempah Indonesia dalam Akses Pasar Internasional



Menurut data pada tahun 2010, nilai ekspor rempah-rempah Indonesia mencapai 211,910  juta dolar AS.  Amerika Serikat masih menjadi tujuan eskpor tanaman rempah terbesar. Sebanyak 50 persen rempah Indonesia disalurkan ke negara Barack Obama, sisanya baru ke Uni Eropa. Ekspor rempah ke Amerika Serikat mencapai 121,177 juta dolar AS. Indonesia kaya akan keanekaragaman komoditas rempah-rempah, beberapa komoditas rempah-rempah yang diperdagangkan di pasar internasional adalah lada, pala, vanila, kayu manis, cengkeh, kapulaga, cabe dan jahe. Dari sekian banyak komoditas rempah-rempah, lada dan pala merupakan komoditas utama dalam perdagangan rempah-rempah dunia, sekaligus merupakan produk ekspor unggulan Indonesia dibandingkan dengan komoditas rempah-rempah lainnya. Bahkan pala dijuluki sebagai “King of Spices“, oleh karena merupakan produk rempah-rempah tertua dan terpenting dalam perdagangan internasional. Di dunia terdapat dua tipe minyak pala, yaitu minyak pala Indian Timur (East Indian) dan minyak pala Indian Barat (West Indian). Minyak pala Indonesia termasuk minyak pala Indian Timur. Minyak pala Indian Timur memiliki berat jenis 0,885– 0,915 g/ml dan larut dalam alkohol 90% (v/ v) dengan perbandingan 1 bagian minyak dan 3 bagian alkohol. Produk dari pala (biji, fuli dan minyak pala) telah diekspor lebih ke 30 negara. Adapun negara-negara pengimpor utama produk pala antara lain adalah Singapura, Belanda, Hongkong, Jepang, Belgia, Malaysia, Amerika Serikat, Perancis, India, Italia, Jerman, dan Thailand.
Pala (Myristica fragrans) adalah tumbuhan berupa pohon yang berasal dari kepulauan Banda, Maluku. Akibat nilainya yang tinggi sebagai rempah-rempah, buah dan biji pala telah menjadi komoditi perdagangan yang penting sejak masa Romawi. Pala disebut-sebut dalam ensiklopedia karya Plinius "Si Tua". Semenjak zaman eksplorasi Eropa pala tersebar luas di daerah tropika lain seperti Mauritius dan Karibia (Pulau Grenada). Istilah pala juga dipakai untuk biji pala yang diperdagangkan.Sedangkan untuk harga minyak pala naik dari US$ 26 per menjadi US$ 60 per kilogram. Harga minyak sereh juga meningkat dari sekitar US$ 4-4,5 menjadi US$ 9-10 per kilogram.
Pala merupakan tanaman multiguna dan komoditas ekspor Indonesia nonmigas utama ini kaya akan vitamin C, kalsium, dan fosfor. Pala juga biasa digunakan sebagai obat diare, kembung, mual, serta untuk meningkatkan daya cerna dan selera makan. Dalam Untuk upaya memberikan nilai tambah kepada petani serta berdasarkan berbagai pertimbangan lain seperti tingginya permintaan pasar dunia, harga yang menjanjikan, dan peran Indonesia sebagai pemasok utama kebutuhan minyak pala dunia, sudah sepatutnya minyak pala lebih diutamakan sebagai produk ekspor Maluku. Olahan pala menjadi minyak pala merupakan peluang pangsa ekspor yang menjanjikan tentunya dengan mutu dan standar ekspor yang baik. (Sources: Wikipedia, media terkait, data diolah F. Hero K. Purba)

No comments: