Monday, May 12, 2014

Kelapa dalam Pengembangan Potensi Usaha Agribisnis



Komoditas Kelapa yang merupakan pohon kehidupan dengan berbagai macam manfaat. Kelapa adalah tanaman yang dari semua bagiannya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Produk utama dari gula kelapa dipasarkan sebagai gula konsumsi untuk pasar nasional dan ekspor. Pemasaran gula kelapa melalui dua saluran distribusi, yaitu pemasaran langsung kepada konsumen dan kepada pedagang pengumpul kecil maupun besar. Pemasaran langsung kepada konsumen sebagai bahan pemanis bagi ibu rumah tangga maupun sebagai bahan pelengkap dalam industri makanan atau minuman, antara lain gula kacang (ampyang), enting-enting, kue satu, nopia, wajik, kecap, dan lain sebagainya. Pohon kelapa saja dapat menghasilkan gula yang indeks glikemiknya berbeda, apalagi kalau dibandingkan dengan gula aren yang jenis pohonnya saja berbeda. Kalau anda mencari informasi melalui google mengenai glikemik indek anda akan menemukan beberapa informasi yang menyatakan bahwa indeks glikemik gula aren adalah 35. Sebagai contoh Gula kelapa merupakan komoditas dipilih sebagai produk unggulan daerah kawasan Kabupaten Banyumas dikarenakan selama ini telah banyak diusahakan oleh masyarakat setempat. Kelompok Tani Legen Ardi Raharja, Klaster Gula Kelapa, Kabupaten Banyumas merupakan salah satu perajin gula kelapa. Pengerajin gula kelapa di Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah yaitu 26.863 orang yang tersebar disejumlah Kecamatan Cilongok dan Kebasen, sedangkan klaster gula kelapa terdapat 298 kelompok yang tersebar di seluruh Kecamatan. Untuk lahan kelapa deres di Kabupaten Banyumas seluas 5.157 hektar dengan jumlah pohon kelapa 1.746.871 batang. Untuk produksi gula kelapa asal Banyumas ini, bisa mencapai 63.102 per tahun. Dari hasil produksi perajin gula kelapa ini, tidak hanya dipasarkan di dalam negeri. Namun sudah ada yang diekspor ke Singapura, Jepang, Korea, Belanda, Jerman, Timur Tengah dan AS. Untuk gula kelapa kualitas ekspor, misalnya, di tingkat petani (belum termasuk ongkos kirim dan kemasan) harganya sekitar Rp 4.900 per kilogram. Perajin di Banyumas mempunyai posisi tawar karena mampu menjaga kualitas gulanya. Untuk mempertahankan harga dan lebih menyejahterakan petani, salah satu inovasi yang dilakukan para perajin adalah membuat gula kelapa kristal yang sering disebut brown sugar. Dalam waktu pengerjaan gula ini empat jam lebih lama, tetapi harga di tingkat petani bisa mencapai Rp 9.000 per kilogram. Gula jenis ini banyak diminati di luar negeri, khususnya Jerman dan Jepang untuk industri perhotelan, supermarket, pabrik kecap.
Mendorong peningkatan mutu dengan pabrikasi dan diversifikasi produk olahan dan pemberian bantuan bibit pohon kelapa berkualitas untuk peremajaan. Selain itu memberikan pembinaan dan pelatihan kepada perajin berupa teknik dan budidaya tanaman serta peralatan pengolah gula kelapa, pemberian bantuan simpan pinjam dan fasilitasi pinjaman perbankan. Untuk meningkatkan kualitas dalam memproses gula kelapa, termasuk dari sisi higienitas dan keseragaman produk diperlukan pemahaman secara menyeluruh kepada kelompok perajin gula kelapa sehingga prospek ke depan dapat mempertahankan permintaan pasar lebih baik lagi. Produksi dan pengembangan minyak kelapa dipedesaan memberikan suatu dampak positif yaitu:
-     Produksi minyak kelapa dapat dijual di pasar lokal maupun regional yang hasilnya merupakan pendapatan tunai keluarga petani. Nilai pendapatannya akan jauh lebih menguntungkan apabila dibandingkan dengan pengolahan kelapa menjadi kopra.
-   Dengan adanya minyak kelapa, ketergantungan masyarakat pedesaan terhadap konsumsi minyak makan dari minyak nabati lain akan berkurang.
-   Pendapatan petani dan nilai tambah/ added value komoditas meningkat.
-  Penganekaragaman produk olahan kelapa dan efisiensi pemanfaatan bahan baku.
-  Terciptanya lapangan kerja di pedesaan dan perkotaan
Hasil dari Nira kelapa, gula kelapa yang bermutu baik didapatkan dengan melakukan pengendalian mutu mulai dari tahap produksi nira sampai dengan pengemasan gula kelapa. Nira yang digunakan harus bermutu baik dan tidak berwarna (bening). Pemasakan nira harus memperhatikan waktu dan suhu pemasakan agar tidak menyebabkan pembentukan gula reduksi yang berlebihan sehingga gula berwarna hitam. Untuk Gula merah ekspor yang ada di koperasi dalam bentuk kristal atau gula semut. Rumitnya pembuatan gula membuat harganya mencapai 2 kali lipat dibandingkan harga gula merah di tingkat petani. Beberapa produk kelapa asal Indonesia lebih murah. Hal ini mengindikasikan dalam perolehan manfaat perdagangan kelapa Indonesia pengaruh faktor non harga masih cukup signifikan. Faktor-faktor yang terkait dengan: kualitas produk, tingginya biaya transportasi, dan kompleksitas prosedur ekspor diduga turut berpengaruh terhadap perolehan manfaat perdagangan (ekspor) produk kelapa Indonesia yang belum maksimal. Harapkan potensi pengolahan gula kelapa ini dapat secara optimal dimanfaatkan dalam peningkatan perekonomian di tingkat petani dan masyarakat. (Berbagai sumber media terkait, data Litbang, data diolah F. Hero K. Purba).

No comments: