Komoditas Kelapa yang merupakan pohon kehidupan
dengan berbagai macam manfaat. Kelapa adalah tanaman yang dari semua bagiannya
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Produk
utama dari gula kelapa dipasarkan sebagai gula konsumsi untuk pasar nasional
dan ekspor. Pemasaran gula kelapa melalui dua saluran distribusi, yaitu
pemasaran langsung kepada konsumen dan kepada pedagang pengumpul kecil maupun
besar. Pemasaran langsung kepada konsumen sebagai bahan pemanis bagi ibu rumah
tangga maupun sebagai bahan pelengkap dalam industri makanan atau minuman,
antara lain gula kacang (ampyang), enting-enting, kue satu, nopia, wajik,
kecap, dan lain sebagainya. Pohon kelapa saja dapat menghasilkan gula yang
indeks glikemiknya berbeda, apalagi kalau dibandingkan dengan gula aren yang
jenis pohonnya saja berbeda. Kalau anda mencari informasi melalui google
mengenai glikemik indek anda akan menemukan beberapa informasi yang menyatakan bahwa
indeks glikemik gula aren adalah 35. Sebagai contoh Gula kelapa merupakan
komoditas dipilih sebagai produk unggulan daerah kawasan Kabupaten Banyumas
dikarenakan selama ini telah banyak diusahakan oleh masyarakat setempat.
Kelompok Tani Legen Ardi Raharja, Klaster Gula Kelapa, Kabupaten Banyumas
merupakan salah satu perajin gula kelapa. Pengerajin gula kelapa di Kabupaten
Banyumas, Provinsi Jawa Tengah yaitu 26.863 orang yang tersebar disejumlah
Kecamatan Cilongok dan Kebasen, sedangkan klaster gula kelapa terdapat 298
kelompok yang tersebar di seluruh Kecamatan. Untuk lahan kelapa deres di
Kabupaten Banyumas seluas 5.157 hektar dengan jumlah pohon kelapa 1.746.871
batang. Untuk produksi gula kelapa asal Banyumas ini, bisa mencapai 63.102 per
tahun. Dari hasil produksi perajin gula kelapa ini, tidak hanya dipasarkan di
dalam negeri. Namun sudah ada yang diekspor ke Singapura, Jepang, Korea,
Belanda, Jerman, Timur Tengah dan AS. Untuk gula kelapa kualitas ekspor,
misalnya, di tingkat petani (belum termasuk ongkos kirim dan kemasan) harganya
sekitar Rp 4.900 per kilogram. Perajin di Banyumas mempunyai posisi tawar
karena mampu menjaga kualitas gulanya. Untuk mempertahankan harga dan lebih
menyejahterakan petani, salah satu inovasi yang dilakukan para perajin adalah
membuat gula kelapa kristal yang sering disebut brown sugar. Dalam waktu
pengerjaan gula ini empat jam lebih lama, tetapi harga di tingkat petani bisa
mencapai Rp 9.000 per kilogram. Gula jenis ini banyak diminati di luar negeri,
khususnya Jerman dan Jepang untuk industri perhotelan, supermarket, pabrik
kecap.
Mendorong
peningkatan mutu dengan pabrikasi dan diversifikasi produk olahan dan pemberian
bantuan bibit pohon kelapa berkualitas untuk peremajaan. Selain itu memberikan
pembinaan dan pelatihan kepada perajin berupa teknik dan budidaya tanaman serta
peralatan pengolah gula kelapa, pemberian bantuan simpan pinjam dan fasilitasi
pinjaman perbankan. Untuk meningkatkan kualitas dalam memproses gula kelapa,
termasuk dari sisi higienitas dan keseragaman produk diperlukan pemahaman
secara menyeluruh kepada kelompok perajin gula kelapa sehingga prospek ke depan
dapat mempertahankan permintaan pasar lebih baik lagi. Produksi dan pengembangan minyak kelapa dipedesaan
memberikan suatu dampak positif yaitu:
- Produksi
minyak kelapa dapat dijual di pasar lokal maupun regional yang hasilnya
merupakan pendapatan tunai keluarga petani. Nilai pendapatannya akan jauh lebih
menguntungkan apabila dibandingkan dengan pengolahan kelapa menjadi kopra.
- Dengan
adanya minyak kelapa, ketergantungan masyarakat pedesaan terhadap konsumsi
minyak makan dari minyak nabati lain akan berkurang.
- Pendapatan
petani dan nilai tambah/ added value komoditas meningkat.
- Penganekaragaman produk olahan kelapa dan
efisiensi pemanfaatan bahan baku.
- Terciptanya lapangan kerja di pedesaan dan perkotaan
Hasil
dari Nira kelapa, gula kelapa yang bermutu baik didapatkan dengan
melakukan pengendalian mutu mulai dari tahap produksi nira sampai dengan
pengemasan gula kelapa. Nira yang digunakan harus bermutu baik dan tidak
berwarna (bening). Pemasakan nira harus memperhatikan waktu dan suhu pemasakan agar
tidak menyebabkan pembentukan gula reduksi yang berlebihan sehingga gula
berwarna hitam. Untuk Gula merah ekspor yang ada di koperasi dalam bentuk
kristal atau gula semut. Rumitnya pembuatan gula membuat harganya mencapai 2
kali lipat dibandingkan harga gula merah di tingkat petani. Beberapa
produk kelapa asal Indonesia lebih murah. Hal ini mengindikasikan dalam
perolehan manfaat perdagangan kelapa Indonesia pengaruh faktor non harga masih
cukup signifikan. Faktor-faktor yang terkait dengan: kualitas produk, tingginya
biaya transportasi, dan kompleksitas prosedur ekspor diduga turut berpengaruh
terhadap perolehan manfaat perdagangan (ekspor) produk kelapa Indonesia yang
belum maksimal. Harapkan potensi pengolahan gula kelapa ini dapat secara optimal
dimanfaatkan dalam peningkatan perekonomian di tingkat petani dan masyarakat.
(Berbagai sumber media terkait, data Litbang, data diolah F. Hero K. Purba).
No comments:
Post a Comment