Bedasarkan perdagangan Kamis 3 Juli 2014 di Bursa
ICE US, harga kakao ditutup melemah. Harga kakao berjangka ICE US untuk kontrak
September 2014 ditutup turun 0,35% ke tingkat harga $3.106/ton atau melemah
$11/ton. Harga referensi biji kakao untuk penetapan HPE biji kakao mengalami
penurunan sebesar US$35,31 atau 1,2 persen dari US$2.967,72/MT menjadi
US$2.932,41/MT. Pada tahun 2012, komoditas kakao telah menyumbang devisa
sebesar USD 1.053.446.947
(1,053 Milyar)dari ekspor biji kakao dan produk kakao olahan. Volume
ekspor kakao selama tahun 2012 mencapai 11.484,02 ton. Ekspor ini meningkat 19,5% dari realisasi ekspor Oktober
tahun ini yang seberat 9.249,69 ton. Trend ekspor menanjak menjelang tutup tahun,
namun volume ekspor kakao sepanjang 2012 dipastikan lebih rendah dibandingkan
realisasi ekspor di 2011. Askindo mencatat, volume ekspor komoditas ini selama
Januari-November 2012 mencapai 124.128 ton. Sepanjang tahun lalu, ekspor kakao
mencapai 210.067 ton. Ekspor kakao untuk produk downstream tiga yang merupakan
produk akhir olahan kakao hanya US$ 74,9 juta pada 2009, namun pada 2011 sudah
mencapai US$ 209,3 juta. Tujuan utama ekspor biji kakao antara
lain Malaysia, Amerika, Singapura, Brazil dan Cina yang mencakup 93,1 persen
dari total ekspor kakao Indonesia. Permintaan kakao dunia selama periode
2004-2008 menunjukkan peningkatan yang terlihat dari laju pertumbuhan impornya
sebesar 3,39 persen per tahun. Kenaikan mencapai tiga kali lipat. Untuk produk
downstream I atau produk intermediate kakao dari nilai ekspornya US$ 250,4 juta
pada 2009 naik menjadi US$ 518,9 juta pada 2011. Ekspor kakao menunjukkan
pergeseran dari dominasi biji kakao pada 2009 menjadi kakao olahan mulai 2011. Pada 2009, ekspor biji kakao mencapai 80% atau 439
ribu ton. Angka ini menurun menjadi 70% atau 210 ribu ton pada 2011.
(Berdasarkan data media terkait, data diolah F. Hero K Purba).
Untuk penetapan
harga patokan ekspor biji kakao yang juga menurun sebesar US$ 35 atau 1,3
persen dibanding US$ 2.669 per metrik ton pada periode bulan sebelumnya menjadi
US$ 2.634 per metrik ton. BK biji kakao tidak berubah dibandingkan periode
bulan sebelumnya, yaitu sebesar 10 persen. Hal tersebut tercantum pada kolom
ketiga lampiran II PMK 75 Tahun 2012.Produksi kakao berkelanjutan berdampak signifikan pada perekonomian
negara-negara berkembang dan memberikan mata pencaharian bagi 40 sampai 50 juta
orang di seluruh dunia. Tidak seperti industri agribisnis yang lebih besar,
sebagian besar masih berasal dari kakao pada keluarga-menjalankan peternakan
kecil yang memiliki akses terbatas ke sumber daya dan pasar terorganisir. Untuk
mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi produksi kakao dunia, aktor publik
dan sektor swasta semakin bermitra untuk mendedikasikan dana dan keahlian untuk
meningkatkan pertanian kakao yang berkelanjutan dan kondisi komersial negara
berkembang lokal. Dengan bantuan dari World Cocoa Foundation (WCF), upaya ini
akan diterjemahkan ke dalam kehidupan yang lebih baik di tingkat petani,
peningkatan sumber daya dan investasi di tingkat nasional, dan lingkungan,
lebih aman lebih aman bagi petani kecil yang memasok sebagian besar produksi
kakao bagi konsumen dunia..
Industri dalam negeri dapat meningkatan jatah biji
kakao. Tahun 2011, industri pengolahan mendapat kuota sekitar 207.000 ton.
Tahun depan, pasar domestik diberi jatah untuk menyerap 250.000 ton biji kakao
produksi nasional. Namun, alokasi jatah bahan baku itu tidak setara dengan
target produksi industri pengolahan sebesar 400.000 ton pada 2012. khasiat
coklat dari chocolate shop untuk kesehatan
adalah sebagai antioksidan, antioksidan dalam coklat untuk chocolate souvenir diperoleh dari
biji kakao yang mengandung antioksidan flavonoid yang berguna untuk menahan
radikal bebas. Kandungan kakao (biji cokelat) lebih dari 70% juga memiliki
manfaat untuk kesehatan, karena cokelat kaya akan kandungan antioksidan yaitu
fenol dan flavonoid. Dengan adanya antiosidan, akan mampu untuk menangkap
radikal bebas dalam tubuh. Produksi kakao mempunyai arti yang strategis
dan penting karena pasar ekspor biji kakao Indonesia masih sangat terbuka dan
pasar domestik masih belum tergarap. Dalam pengembangan potensi kakao ini hampir sekitar 80% dari produksi kakao nasional di
ekspor karena daya serap industri pengolahan dalam negeri relatif rendah. sebagai penghasil/pengekspor
kakao dunia, Indonesia juga melakukan impor kakao baik dalam bentuk cocoa
beans, whole or broken, raw or roasted maupun chocolate and other food
preparation containing cocoa. Proyeksi
lima tahun kedepan diperkirakan jumlah pabrik pengolahan kakao sebesar 16
(enam belas) unit usaha ditahun 2012 akan tumbuh menjadi 20 (dua puluh) unit
usaha ditahun 2015.Citra mutu kakao Indonesia
yang dikenal rendah serta rendahnya kapasitas industri pengolahan dapat
menghambat peningkatan daya saing kakao dan kakao olahan Indonesia.
No comments:
Post a Comment