
Pengembangan biofuel seyogyanya
dalam pola rencana jangka pendek adalah untuk mengurangi ketergantungan kita
pada konsumsi sumber energi fosil. Indonesia
memiliki berbagai macam tanaman penghasil bioenergi seperti kelapa sawit,
jarak, kemiri sultan, kelapa, tebu, sagu dan sebagainya. Untuk komoditas pertanian
yang dijadikan sebagai bahan baku bioenergi akan memerlukan serangkaian proses
untuk diproduksi, dipanen, ditransportasikan, dan dikonversikan menjadi
biofuel, dan didistribusikan bagi utilisasi akhir. Sedangkan
rencana jangka panjang adalah bagaimana bahan bakar terbarukan utamanya yang
dihasilkan dari sumber-sumber berbasiskan tanaman (nabati) diarahkan sebagai
substitusi atas bahan bakar yang selama ini kita gunakan secara total. Bahan baku biofuel lain yaitu Crude Palm Oil
(CPO), produksinya saat ini masih lebih dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
bahan baku minyak goreng di dalam negeri, dibanding untuk pembuatan biodiesel.
Sebagai
contoh dari tanaman Jarak Pagar (Jatropha) salah satu bahan baku biodiesel yang
saat ini digalakan pemerintah untuk dikembangkan secara besar-besaran bagi
pemenuhan kebutuhan bahan baku biodiesel. Dalam pengembangannya masih
terkendala dengan ketersediaan bibit dan keterbatasan lahan penanaman. Sejauh
mana pengembangan untuk energy alternative dan perhitungan skala agribisnisnya.
Pengembangan energi alternatif menjadi solusi utama dalam mempersiapkan pasokan
sumber energi di masa depan, meskipun jumlah cadangan minyak dunia relatif
masih besar, sekitar 1,35 triliun barel, tetapi kondisi
pertumbuhan industri di dunia menunjukan potensi timbulnya persaingan kebutuhan
terhadap minyak bumi. Situasi yang cukup mengkhawatirkan adalah tingginya
pertumbuhan kebutuhan minyak bumi oleh Cina dan India, yang telah mencapai 3,3%
dan 4% per tahun akan menjadi pemicu melonjaknya harga minyak pada
beberapa tahun kedepan. Persaingan yang sangat ketat di masa depan untuk
mendapatkan pasokan minyak bumi, menjadi dorongan utama pemerintah
Indonesia untuk mengembangkan energi alternatif, karena saat ini selain
produsen. Indonesia memiliki banyak jenis tanaman yang berpotensi menjadi
energi bahan bakar alternatif. Untuk pengembangan Bio Energi berbasis komoditi
lokal memerlukan penanganan integrasi yang komprehensilf baik secara horizontal
maupun yang terkait secara berkelanjutan. Pengembangan penyediaan Bahan Baku
Bahan Bakar Nabati (Bio-energi) memerlukan komitmen dan dukungan dari semua pihak
yang terlibat dari instansi Pemerintah baik Pusat dan Daerah, maupun Dunia
Usaha. Potensi bioenergi ini juga
memiliki potensi memperluas
lahan untuk pertanian dan menciptakan pasar baru bagi petani. (Sources: data Litbang Kementan, data media,
data diolah F. Hero K. Purba)
No comments:
Post a Comment