Wednesday, February 11, 2015

Komoditas Pertanian Dalam Tantangan dan Harapan dalam Kompetisi Persaingan Global



Upaya memenuhi kebutuhan pangan dan komoditas pertanian lainnya seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, hampir tidak mungkin dapat dicapai hanya dengan upaya peningkatan produktivitas. Strategi yang dapat meningkatkan  untuk meningkatkan harga jual  komoditas pertanian ditingkat petani yaitu dengan cara Pertama dengan cara memotong rantai pemasaran, karena dengan terputusnya rantai pemasaran akan menaikan harga ditingkat petani.  Kedua dengan memberikan informasi yang memadai tentang harga pasar kepada petani. Sampai hari ini masih banyak para petani di daerah terpencil yang minim pengetahuan dan kemampuan dalam menganalisa pasar. Ketiga dengan menggunakan pengaturan pola budidaya agar komoditas pertanian tidak berbuah tergantung musim. Skenario untuk kebutuhan pangan dan upaya pencapaiannya mendatang akan mendorong peningkatan produksi dan riset untuk mencapainya. Skenario itu juga sekaligus untuk menjawab kecemasan akan terjadinya kekurangan pangan di masa depan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Januari hingga November 2013, pemerintah Indonesia mengimpor lebih dari 17 milyar kilogram bahan pokok senilai US$ 8,6 milyar atau setara Rp 104,9 trilyun. Pada 2013 mencatat Indonesia mengimpor beras, masing-masing dari Vietnam (171.286 ton), Thailand (194.633 ton) , India (107.538 ton), Pakistan (75.813 ton), dan Myanmar (18.450 ton).Ironisnya, sebagian bahan pangan yang diimpor Indonesia justru bisa dihasilkan di negeri sendiri, seperti kentang, teh, cengkeh, jagung, hingga beras. Tantangan untuk sektor pertanian Indonesia terpuruk akibat kalahbersaing dengan produk pertanian impor. Impor beras Indonesia dari sejumlah negara mencapai 2,75 juta ton dengan nilai US$ 1,5 miliar atau 5% dari total kebutuhan dalam negeri. Sementara itu, volume impor kedelai tercatat 60% dari total konsumsi dalam negeri sekitar 3,1 juta ton dengan nilai US$ 2,5 miliar, jagung (11% dari konsumsi 18,8 juta ton, US$ 1,02 miliar), gandum (100%, US$ 1,3 miliar), gula putih (18%, US$ 1,5 miliar), daging sapi (30%, US$ 331 juta), dan susu (70%).Pangsa pasar produk makanan dan minuman impor pada tahun lalu mencapai 6%, setara US$4 miliar dari total omzet industri makanan dan minuman nasional. Sementara itu berdasarkan data untuk nilai impor produk hortikultura tahun 2007 hanya 798 juta dollar AS, naik menjadi 1,7 miliar dollar AS tahun 2011. Nilai impor produk hortikultura pada Januari-Juli 2012 saja mencapai 1 miliar dollar AS atau setara Rp 10 triliun. Lebih separuh dari nilai impor hortikultura tahun 2012, yakni 600 juta dollar AS, disumbang oleh impor buah. Mendukung terwujudnya swasembada pangan secara berkelanjutan,  Penyedia pangan yang efektif dan efisien secara deduktif pertanian terpadu meningkatkan efektivitas dan efisiensi produksi yang berupa peningkatan produksi dan penurunan biaya produksi, Penyediaan pangan secara berkelanjutan, siklus dan keseimbangan nutrisi serta energi yang akan membentuk suatu ekosistem secara keseluruhan akan terjadi dalam pertanian terpadu, sehingga berkelanjutan produksi akan tercapai komoditas pangan tidak boleh bertumpu pada ketersediaan pangan dari luar, tetapi harus bertumpu pada ketersediaan pangan dari dalam negeri, tidak boleh bertumpu pada Multi Nasional Coorporate. Investasi memang diperlukan untuk akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. Upaya peningkatan produksi pangan nasional harus dapat dimanfaatkan agar petani mampu memperoleh peningkatan pendapatan dan kesejahteraannya. (Sources: Berbagai sumber media terkait, data diolah F. Hero K. Purba).
Berbagai permasalahan di sektor pertanian, seperti peningkatan kebutuhan baku berbasis perkebunan, swasembada pangan, kepemilikan lahan, arah pengembangan bioteknologi, dan problem pertanian di negeri ini, memerlukan kecerdikan untuk menghadapi masalah-masalah itu. Keberanian membuat keputusan pengaturan impor bahan pangan Pertanian dengan mempertimbang segala aspek dan dampak dalam mengatasi masalah dan tantangan di masa mendatang.

No comments: