Upaya
memenuhi kebutuhan pangan dan komoditas pertanian lainnya seiring dengan laju
pertumbuhan penduduk, hampir tidak mungkin dapat dicapai hanya dengan upaya
peningkatan produktivitas. Strategi yang dapat meningkatkan untuk
meningkatkan harga jual komoditas pertanian ditingkat petani yaitu dengan
cara Pertama dengan cara memotong rantai pemasaran, karena dengan terputusnya
rantai pemasaran akan menaikan harga ditingkat petani. Kedua dengan
memberikan informasi yang memadai tentang harga pasar kepada petani. Sampai
hari ini masih banyak para petani di daerah terpencil yang minim pengetahuan
dan kemampuan dalam menganalisa pasar. Ketiga dengan menggunakan pengaturan
pola budidaya agar komoditas pertanian tidak berbuah tergantung musim. Skenario
untuk kebutuhan pangan dan upaya pencapaiannya mendatang akan mendorong
peningkatan produksi dan riset untuk mencapainya. Skenario itu juga sekaligus
untuk menjawab kecemasan akan terjadinya kekurangan pangan di masa depan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS)
mencatat, pada Januari hingga November 2013, pemerintah Indonesia mengimpor
lebih dari 17 milyar kilogram bahan pokok senilai US$ 8,6 milyar atau setara Rp
104,9 trilyun. Pada 2013 mencatat Indonesia mengimpor beras, masing-masing dari
Vietnam (171.286 ton), Thailand (194.633 ton) , India (107.538 ton), Pakistan
(75.813 ton), dan Myanmar (18.450 ton).Ironisnya, sebagian bahan pangan yang
diimpor Indonesia justru bisa dihasilkan di negeri sendiri, seperti kentang,
teh, cengkeh, jagung, hingga beras. Tantangan untuk sektor pertanian Indonesia terpuruk
akibat kalahbersaing dengan produk pertanian impor. Impor
beras Indonesia dari sejumlah negara mencapai 2,75 juta ton dengan nilai US$
1,5 miliar atau 5% dari total kebutuhan dalam negeri. Sementara itu, volume
impor kedelai tercatat 60% dari total konsumsi dalam negeri sekitar 3,1 juta
ton dengan nilai US$ 2,5 miliar, jagung (11% dari konsumsi 18,8 juta ton, US$
1,02 miliar), gandum (100%, US$ 1,3 miliar), gula putih (18%, US$ 1,5 miliar),
daging sapi (30%, US$ 331 juta), dan susu (70%).Pangsa pasar
produk makanan dan minuman impor pada tahun lalu mencapai 6%, setara US$4
miliar dari total omzet industri makanan dan minuman nasional. Sementara itu
berdasarkan data untuk nilai impor produk hortikultura tahun 2007 hanya 798
juta dollar AS, naik menjadi 1,7 miliar dollar AS tahun 2011. Nilai impor
produk hortikultura pada Januari-Juli 2012 saja mencapai 1 miliar dollar AS
atau setara Rp 10 triliun. Lebih separuh dari nilai impor hortikultura tahun
2012, yakni 600 juta dollar AS, disumbang oleh impor buah. Mendukung terwujudnya swasembada pangan secara
berkelanjutan, Penyedia pangan yang
efektif dan efisien secara deduktif pertanian terpadu meningkatkan efektivitas dan efisiensi produksi yang berupa peningkatan
produksi dan penurunan biaya produksi, Penyediaan pangan secara berkelanjutan,
siklus dan keseimbangan nutrisi serta energi yang akan membentuk suatu
ekosistem secara keseluruhan akan terjadi dalam pertanian terpadu, sehingga
berkelanjutan produksi akan tercapai komoditas pangan tidak boleh bertumpu pada
ketersediaan pangan dari luar, tetapi harus bertumpu pada ketersediaan pangan
dari dalam negeri, tidak boleh bertumpu pada Multi Nasional Coorporate. Investasi memang diperlukan untuk akselerasi
pertumbuhan ekonomi nasional. Upaya peningkatan produksi pangan nasional harus
dapat dimanfaatkan agar petani mampu memperoleh peningkatan pendapatan dan
kesejahteraannya. (Sources: Berbagai sumber media terkait, data diolah F. Hero
K. Purba).
Berbagai
permasalahan di sektor pertanian, seperti peningkatan kebutuhan baku berbasis
perkebunan, swasembada pangan, kepemilikan lahan, arah pengembangan
bioteknologi, dan problem pertanian di negeri ini, memerlukan kecerdikan untuk
menghadapi masalah-masalah itu. Keberanian membuat keputusan pengaturan impor bahan
pangan Pertanian dengan mempertimbang segala aspek dan dampak dalam mengatasi
masalah dan tantangan di masa mendatang.
No comments:
Post a Comment