Berdasarkan data Tahun 2014 produksi karet
Indonesia mencapai 3,15 juta ton. Pertumbuhan produksi karet 2015 yang tidak
terlalu besar untuk menekan risiko semakin merosotnya harga karet dunia.Karet merupakan bahan baku untuk produksi ban dan sarung
tangan karet. Harga
komoditas ini telah mengalami kenaikan sebesar 51% dari level terendah dalam
tiga tahun belakangan yang dicapai pada bulan Agustus 2014. Pertumbuhan ekonomi China
kembali normal dan sektor property di AS terangkat menandakan kembalinya gairah
ekonomi di negara tersebut. Produksi karet diperkirakan masih akan melampaui
konsumsi sebesar 179,000 metric ton tahun ini dan pada tahun 2014 akan turun ke
153,000 ton. Tingkat surplus ini turun tajam dibandingkan surplus
tahun 2012 yang mencapai 460,000 ton. Untuk kenaikan harga karet tahun ini juga
didorong oleh keputusan bersama tiga negara produsen utama karet Indonesia,
Thailand dan Malaysia. Pada bulan Agustus lalu ketiga negara ini telah setuju
untuk membatasi ekspor untuk mendorong harga di tingkat global. Permintaan dari
China diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar 7.2% tahun ini setelah di
tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 4.5%. Konsumsi di AS akan meningkat 4.5%
setelah kontraksi 6.3% di 2013.
Indonesia negara terbesar kedua penghasil karet
setelah Thailand. Areal kebun karet Indonesia mencapai 3,4 juta hektare. Adapun
Kendala peningkatan produksi karet di Indonesia adalah banyaknya tanaman karet yang kondisinya
sudah tua atau rusak (berusia di atas 20 tahun). Selain itu, tingkat
produktivitas tanaman masih rendah, karena sebagian besar berasal dari benih
sapuan, bukan klon unggul. Terutama di perkebunan rakyat, penggunaan benih klon
unggul rata-rata baru mencapai 40%. Namun produktivitas karet Indonesia masih
rendah,yakni hanya 0,8 ton per hektare. Perkembangan komoditi karet menurut
data tahun 2011, Indonesia hanya mampu memberikan kontribusi untuk kebutuhan
karet dunia sebanyak 2,41 juta ton karet alam atau urutan kedua setelah
Thailand yang sebesar 3,25 juta ton. Menurut data Gabungan Perusahaan Karet
Indonesia (GAPKINDO), untuk tahun 2011 produksi karet alam dunia diasumsikan
hanya berkisar 10,970 juta ton sementara untuk konsumsi diperkirakan mencapai
11,151 juta ton sehingga terjadi kekurangan pasokan atau minus sekitar 181.000
ton. Kurangnya produk karet alam dunia di tahun 2011 salah satunya di karenakan
terganggunya produksi karet di beberapa negara seperti Australia, hujan deras
yang disebabkan oleh lamina yang juga menyebabkan banjir di negara tersebut
telah mengganggu proses penyadapan karet. Negara penghasil karet alam seperti
Thailand, Indonesia dan Malaysia yang dikenal dengan International Tripartite
Rubber Council (ITRC) karena ketiga negara tersebut menjadi penghasil karet
alam terbesar. Thailand menjadi negara penghasil karet alam terbesar dengan
produksi karet pada tahun 2012 sebesar 3,5 juta ton, sementara Indonesia di
peringkat kedua dengan produksi karet pada periode yang sama sebesar 3 juta ton
kemudian disusul oleh Malaysia dengan produksi 946 ribu ton pada periode yang sama.
Jika melihat kondisi harga karet di pasar rubber Tokyo, Jepang sudah berada di
level USD 3,3/kg. Untuk terus menjaga stabilitas harga karet, ITRC akan meminta
Vietnam untuk ikut bergabung. Pasalnya, secara statistik produksi karet Vietnam
juga mempunyai porsi yang cukup tinggi di kawasan Asia Tenggara (pada tahun
2012 melebihi mencapai 860 ribu ton). Empat Negara yakni Indonesia, Thailand,
Malaysia dan Vietnam akan menguasai hampir 74 persen pasar dunia. Untuk itu pemerintah
pusat dan daerah melalui Dinas Provinsi dan kabupaten atau instansi terkait
bersinergi dengan pelaku usaha agribisnis karet membangun kualitas karet dalam
potensi pemasaran Internasional dengan daya saing mutu produk karet yang
berkualitas dan kontinuitas, kapasitas dalam memenuhi pemasaran global. (Berbagai sumber media
terkait, data BPS, data diolah F. Hero K Purba).
No comments:
Post a Comment