Membangun
Pertanian yang senantiasa memikirkan rakyat perlu diperhatikan dengan melihat
potensi yang ada. Globalisasi ekonomi terutama bidang agribsinis dan tantangan
ekonomi dalam supply dan demand merupakan suatu proses yang menyebabkan semakin
terintegrasinya berbagai aspek perekonomian suatu negara dengan perekonomian
dunia. Misalnya, pembentukan harga komoditas di setiap negara semakin
terintegrasi dengan dinamika pasar dunia dan preferensi konsumen di seluruh
negara dalam aspek tertentu semakin mengarah kepada preferensi yang bersifat
universal akibat globalisasi informasi. danya
prinsip asal rakyat makan sehingga ditempuh cara instant yaitu impor pangan,
pengembangan produksi dalam negeri diabaikan. Jangan adanya pandangan bahwa
tanah, air, keanekaragaman hayati, dan tenaga merupakan komoditi, sehinga
penting atau tidaknya tergantung harga. Sebagian besar penduduk Indonesia
berada dipedesaan dan kehidupan mereka terutama dari usaha pertanian, maka
setiap kegiatan pembangunan pertanian seharusnya dapat mencapai berbagai tujuan
berikut ini, secara simultan yaitu: (a) peningkatan produksi, (b) peningkatan
penghasilan dan kesejahteraan masyarakat setempat serta pengentasan kemiskinan,
(c) peningkatan pemerataan dan keadilan, (d) penciptaan lapangan kerja bagi
masyarakat tani, (e) penggunaan sumber daya setempat yang meliputi termasuk
sumber genetik, fisik dan manusia, (f) peningkatan dan pelestarian kualitas
lingkungan hidup, dan (g) pengakuan dan penghargaan terhadap kearifan dan
pengetahuan masyarakat tradisional/lokal. Prinsip dan tujuan simultan tersebut
dapat dicapai melalui penerapan pertanian berwawasan lingkungan atau pertanian
berkelanjutan.
Apabila kita analisa bantuan yang
diberikan kepada petani merupakan buah dari kebijakan pemerintah. Tetapi yang
terjadi adalah permainan beberapa pihak untuk meraih sebuah keuntungan sepihak
dari adanya kebijakan tersebut. Sehingga menyebabkan tidak tersalurkannya
bantuan untuk petani secara penuh. Bukan hanya salahnya proses sebuah kebijakan
dilaksanakan, kontrol dari kebijakan itu-pun menjadi pertanyaan besar.Melihat
potret kemiskinan pada tahun 2008 menunjukkan orang miskin sekitar 35 juta
orang atau 15,4%, telah mengalami penurunan dibanding tahun 2004 sekitar 36,1
juta orang (16,7%). Sebagian besar penduduk miskin bermukim di pedesaan
diperkirakan 63,48%, dan bekerja di sektor pertanian. Walaupun memerangi
kemiskinan bukan hanya merupakan tugas sektor pertanian saja, akan tetapi
tampaknya sektor pertanian dituntut untuk lebih berperan dalam memberantas
kemiskinan, apakah yang berupa kemiskinan struktural, maupun lainnya. Sektor
pertanian jangan hanya berorientasi dan memfokuskan diri pada upaya
meningkatkan produksi dan kurang pada upaya meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani. Faktor-faktor yang menyebabkan program pengentasan kemiskinan di Indonesia mengalami kendala dan bahkan dinilai
gagal pada saat ini. Sebagian besar program pengentasan kemiskinan cenderung
berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin. Hal itu,
antara lain, berupa beras untuk rakyat miskin (raskin) dan program Bantuan
Langsung Tunai (BLT) untuk orang miskin. Upaya seperti ini akan sulit
menyelesaikan persoalan kemiskinan
karena sifat bantuan tidaklah untuk pemberdayaan, bahkan dapat menimbulkan
ketergantungan. Program-program bantuan yang berorientasi pada kedermawanan
pemerintah ini justru dapat memperburuk moral dan perilaku masyarakat miskin.
Untuk masalah kemiskinan di sektor pertanian tidak bisa disalahkan pada salah
satu pihak, terutama pemerintah. Tujuan pemerintah adalah untuk menyejahterakan
rakyat melalui program-programnya. Program tersebut sudah dirancang sedemikian
rupa sesuai dengan kondisi masyarakat. Dan diharapkan dengan program yang ada
terus exist sesuai dengan pembinaan dan koordinasi dengan berbagai pihak dengan
sinergisitas dan kolaborasi membangun bangsa. (Sources: Berbagai sumber media terkait, data media, data diolah F. Hero
K. Purba).
No comments:
Post a Comment