Monday, February 16, 2015

Potensi Pertanian Berkelanjutan Dalam Membangun Persaingan Global Ekonomi



Membangun Pertanian yang senantiasa memikirkan rakyat perlu diperhatikan dengan melihat potensi yang ada. Globalisasi ekonomi terutama bidang agribsinis dan tantangan ekonomi dalam supply dan demand merupakan suatu proses yang menyebabkan semakin terintegrasinya berbagai aspek perekonomian suatu negara dengan perekonomian dunia. Misalnya, pembentukan harga komoditas di setiap negara semakin terintegrasi dengan dinamika pasar dunia dan preferensi konsumen di seluruh negara dalam aspek tertentu semakin mengarah kepada preferensi yang bersifat universal akibat globalisasi informasi. danya prinsip asal rakyat makan sehingga ditempuh cara instant yaitu impor pangan, pengembangan produksi dalam negeri diabaikan. Jangan adanya pandangan bahwa tanah, air, keanekaragaman hayati, dan tenaga merupakan komoditi, sehinga penting atau tidaknya tergantung harga. Sebagian besar penduduk Indonesia berada dipedesaan dan kehidupan mereka terutama dari usaha pertanian, maka setiap kegiatan pembangunan pertanian seharusnya dapat mencapai berbagai tujuan berikut ini, secara simultan yaitu: (a) peningkatan produksi, (b) peningkatan penghasilan dan kesejahteraan masyarakat setempat serta pengentasan kemiskinan, (c) peningkatan pemerataan dan keadilan, (d) penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat tani, (e) penggunaan sumber daya setempat yang meliputi termasuk sumber genetik, fisik dan manusia, (f) peningkatan dan pelestarian kualitas lingkungan hidup, dan (g) pengakuan dan penghargaan terhadap kearifan dan pengetahuan masyarakat tradisional/lokal. Prinsip dan tujuan simultan tersebut dapat dicapai melalui penerapan pertanian berwawasan lingkungan atau pertanian berkelanjutan.
Apabila kita analisa bantuan yang diberikan kepada petani merupakan buah dari kebijakan pemerintah. Tetapi yang terjadi adalah permainan beberapa pihak untuk meraih sebuah keuntungan sepihak dari adanya kebijakan tersebut. Sehingga menyebabkan tidak tersalurkannya bantuan untuk petani secara penuh. Bukan hanya salahnya proses sebuah kebijakan dilaksanakan, kontrol dari kebijakan itu-pun menjadi pertanyaan besar.Melihat potret kemiskinan pada tahun 2008 menunjukkan orang miskin sekitar 35 juta orang atau 15,4%, telah mengalami penurunan dibanding tahun 2004 sekitar 36,1 juta orang (16,7%). Sebagian besar penduduk miskin bermukim di pedesaan diperkirakan 63,48%, dan bekerja di sektor pertanian. Walaupun memerangi kemiskinan bukan hanya merupakan tugas sektor pertanian saja, akan tetapi tampaknya sektor pertanian dituntut untuk lebih berperan dalam memberantas kemiskinan, apakah yang berupa kemiskinan struktural, maupun lainnya. Sektor pertanian jangan hanya berorientasi dan memfokuskan diri pada upaya meningkatkan produksi dan kurang pada upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Faktor-faktor yang menyebabkan program pengentasan kemiskinan di Indonesia mengalami kendala dan bahkan dinilai gagal pada saat ini. Sebagian besar program pengentasan kemiskinan cenderung berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin. Hal itu, antara lain, berupa beras untuk rakyat miskin (raskin) dan program Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk orang miskin. Upaya seperti ini akan sulit menyelesaikan persoalan kemiskinan karena sifat bantuan tidaklah untuk pemberdayaan, bahkan dapat menimbulkan ketergantungan. Program-program bantuan yang berorientasi pada kedermawanan pemerintah ini justru dapat memperburuk moral dan perilaku masyarakat miskin. Untuk masalah kemiskinan di sektor pertanian tidak bisa disalahkan pada salah satu pihak, terutama pemerintah. Tujuan pemerintah adalah untuk menyejahterakan rakyat melalui program-programnya. Program tersebut sudah dirancang sedemikian rupa sesuai dengan kondisi masyarakat. Dan diharapkan dengan program yang ada terus exist sesuai dengan pembinaan dan koordinasi dengan berbagai pihak dengan sinergisitas dan kolaborasi membangun bangsa. (Sources: Berbagai sumber media terkait, data media, data diolah F. Hero K. Purba). 

No comments: